Grand Case Collum FEMUR
Grand Case Collum FEMUR
oleh :
Putri Amanda
1210312051
Pembimbing:
2017
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA 28
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan
umumnya disebabkan oleh trauma langsung dan trauma tidak langsung. Penyebab fraktur
adalah trauma yang dibagi menjadi 3 antara lain: trauma langsung, trauma tidak langsung
dan trauma ringan. (1) Trauma langsung yaitu benturan pada tulang biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan). (2) Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan (3) Trauma ringan yaitu keadaaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang
itu sendiri sudah rapuh atau terdapat underlying disease atau patologi.1
Fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan
kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Insidens fraktur ini
berhubungan dengan peningkatan usia terutama dengan meningkatnya frekuensi jatuh yang
berhubungan dengan osteoporosis pada lanjut usia. Peningkatan jumlah terbesar fraktur ini terdapat
pada usia lebih dari 65 tahun. Hal ini juga lebih umum terdapat pada wanita (2-3 kali lebih banyak
daripada pria atau sekitar 75% untuk fraktur panggul dan 4 kali lebih banyak daripada pria
untuk fraktur collum femoris ) yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi
misalnya osteomalacia, diabetes militus, stroke, alkoholisme, dan penyakit kronis lain.2
Fraktur neck femur juga dilaporkan sebagai salah satu jenis fraktur dengan prognosis
yang tidak terlalu baik, disebabkan oleh anatomi neck femur itu sendiri, vaskularisasinya
yang cenderung ikut mengalami cedera pada cedera neck femur, serta letaknya yang
3
intrakapsuler menyebabkan gangguan pada proses penyembuhan tulang. Insiden fraktur
leher femur diperkirakan akan meningkat menjadi 2 kali lipat dalam 30 tahun ke depan. Ini
adalah refleksi dari bertambahnya jumlah individu yang berusia di atas 65 tahun, dan yang
kelompok pasien ini semakin banyak, sehingga pemerintah dan Badan administrasi
Penulisan grand case ini bertujusn untuk memahami serta menambah pengetahuan
Meode penulisan grand case ini yaitu menggunakaan tinjauan kepustakaan yang
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang femur adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang pada
rangka tubuh. Pada ujung proksimal femur terdapat caput femur yang nantinya
berartikulasi dengan asetabulum. Di bawah bagian caput terdapat collum femur yang
tebal lalu diikuti bagian corpus yang panjang. Garis intertrokanter akan membatasi
caput femur. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Caput femur masuk dengan
pas ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125 dari collum femur dengan
Ujung atas dari corpus femur memiliki dua prosessus yang menonjol yakni
trokanter mayor dan trokanter minor. Kedua trokanter ini merupakan tempat
melekatnya otot untuk menggerakkan sendi panggul. Pada corpus umumnya bagian
permukaan yang halus, namun ada terdapat bagian yang permukaannya kasar yang
Ujung corpus bagian bawah melebar membentuk kondillus medial dan kondilus
lateral. Pada permukaan posterius kedua kondilus tersebut membesar dengan fossa
interkondilar yang terletak diantara keduanya. Area triangular diatas fosa interkondilar
5
Ukuran dan bentuk dari collum femur sangatlah bervariasi antar individu. Terdapat
pada individu normal. Diameter dari caput femur sebesar berkisar antara 40 60 mm
tergantung dari ukuran tubuh individu. Ketebalan dari kartilago sendi bervariasi antara
4mm pada apex caput femur dan 3mm pada bagian perifer. Collum femur bersudut dengan
diafisis femur (neck shaft angle) sekitar 125 - 135 pada panggul yang normal, sudut
collum shaft femur yang kurang dari normal disebut coxa vara, dan sudut yang
berukuran lebih besar dari ini disebut coxa valga. Sudut collum femur dan femoral neck
rencana reduksi dan fiksasi. Peningkatan sudut anteversi femur yang ditemukan pada kasus
coxa vara atau coxa valga akan mempengaruhi tempat peletakan implant1, 4
6
Aliran darah ke caput femur berasal dari tiga sumber : (1). Pembuluh darah kapsular,
pembuluh darah intramedullary, dan pembuluh darah dari ligamentum teres. Pada orang
dewasa, sumber paling penting untuk vaskularisasi untuk caput femur adalah pembuluh
darah yang berasal dari pembuluh darah kapsular. Pembuluh darah kapsular ini berasal dari
arteri femoralis circumflexa medial dan lateral yang pada 79% dari populasi merupakan
cabang dari arteri femoralis profunda, sedangkan pada 20% populasi salah satu dari cabang
ini berasal dari arteri femoralis, dan sisa 1% dari populasi kedua pembuluh darah ini
berasal dari arteri femoralis. A. Circumflexa medialis dan lateralis membentuk cincin
ascending cervical capsular vessel. Kemudian pembuluh darah ini menembus kapsul
anterior pada pangkal dari leher femur setinggi garis intertrokanterika. Pada sisi posterior
dari leher femur, pembuluh darah ini menembus kapsul dibawah serat orbicularis menuju
permukaan sendi. Didalam kapsul, pembuluh darah ini disebut sebagai pembuluh darah
retinakular. Terdapat empat kelompok utama (anterior, medial, lateral, dan posterior)
dimana kelompok lateral adalah kontributor utama untuk suplai darah pada caput femur.4
7
Fleksi panggul terjadi akibat kontraksi dari otot iliopsoas yang berinsersi pada trokanter
minor. Saat collum femur intak, kontraksi pada otot ini juga menyebabkan rotasi interna.
Sedangkan saat terjadi fraktur pada collum femur, tarikan otot akan menyebabkan rotasi
eksterna pada batang femur. Rotasi eksterna dari panggul juga diakibatkan oleh kerja otot
piriformis, gemellus dan obturator internus. Sedangkan abduksi panggul akibat tarikan dari
otot gluteus yang dipersarafi oleh nervus gluteus superior. Aduksi pada panggul terjadi
akibat tarikan dari otot yang berada dalam kompartemen adductor, yang dipersarafi oleh
nervus obturator. Otot-otot ini terdiri dari m. adductor longus, adductor magnus, dan
adductor brevis. Kelompok otot ini tidak begitu penting dalam fraktur collum femur,
8
namun dapat menyebabkan pemendekan tungkai pada fraktur intrakapsular yang
2.2.1 Klasifikasi
Menurut lokasi fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang
Patah tulang collum femur yang terletak intraartikuler sukar sembuh karena bagian
proksimal pendarahannya sangat terbatas, sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu
yang cukup lama. Semua patah tulang di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak
ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini, kecuali jenis fraktur yang impaksi, baik yang
9
Tingkat IV : fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian
segmen yang bersinggungan
Klasifikasi Pauwel didasarkan atas bidang dari fraktur collum femur. Dibagi
menjadi tiga tipe yang berdasarkan apakah bidang fraktur berbentuk vertikal, oblik, atau
transverse. Klasifikasi ini diciptakan sebagai faktor prediktif kegagalan fiksasi maupun
kemungkinan non union dari fraktur collum femur yang semakin meningkat seiring dengan
10
2.4 Epidemiologi
Fraktur collum femur paling sering terjadi pada pasien wanita dengan usia tua, dan
jarang terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 60 tahun. Fraktur ini juga berhubungan
dengan faktor rasial, yaitu lebih sering terjadi pada ras kulit putih, bila dibandingkan
dengan ras kulit hitam. Angka kejadian meningkat secara eksponensial seiring dengan
pertambahan usia. 2
menjadi faktor resiko terjadinya fraktur collum femur, diantaranya adalah : (1) Body Mass
Index yang rendah (<18,5), (2) Paparan terhadap sinar matahari yang rendah, (3) Aktifitas
rekreasional yang rendah, (4). Perokok, (5). Riwayat fraktur akibat osteoporosis
1. Deformitas
2. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
4. Penekanan tulang.
5. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
7. Tenderness
8. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
11
11. Krepitasi
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan
anggota gerak. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak disadari oleh penderita
dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dengan
dislokasi fragmen yang minimal ataupun dengan keluhan lain seperti nyeri,
bengkok, bengkak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain
Setelah mengetahui keluhan utama pasien, harus ditanyakan mekanisme trauma dan
seberapa kuatnya trauma tersebut. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian, atau jatuh di kamar mandi pada orang tua,
penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada kerja., atau trauma olahraga.5
2. Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (Look)
12
Perhatikan posisi anggota gerak.
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ
lain.
Keadaan vaskularisasi.
b. Palpasi (Feel)
sangat nyeri.
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang. Nyeri
dapat berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu
sewaktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-
hati.
13
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah
c. Pergerakan (Move)
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma untuk
menilai apakah terdapat nyeri dan krepitasi ketika sendi digerakkan. Selain itu
fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan
tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
3 Pemeriksaan Neurologis
neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena
4 Pemeriksaan Penunjang
lateral), dan sendi di atas dan di bawahnya harus terlibat. Pada beberapa kasus,
fraktur yang terjadi hanya bepindah secara minimal saja dan tidak terlihat dalam
foto polos namun dengan adanya trauma computed tomography scans (CTs),
2.7 Tatalaksana
indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu
dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang
akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate
dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa:
Sebuah grup kerja di Hungaria intensif ditangani dengan masalah patah tulang
collum femur dan pengobatan bedah,. Manninger et al, mempelajari dari 740 pasien yang
menjalani perawatan bedah di Central Research Institute of Budapest antara 1972 dan
1977. Mereka berkesimpulan bahwa nekrosis avaskular head femur dapat secara signifikan
dikurangi melalui tindakan bedah dengan reduksi dan fiksasi fraktur yang dilakukan dalam
Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur
15
2. Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi
Fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi interna. Fraktur yang
terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu terdapat resiko pergeseran pada fraktur-
fraktur itu, sekalipun berada di tempat tidur; jadi fiksasi akan lebih aman.
Prinsip terapi adalah reduksi yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas dini. Bila
pasien dibawah anestesi, pinggul dan lutut difleksikan dan paha yang mengalami fraktur
ditarik ke atas, kemudian dirotasikan secara internal, lalu diekstensikan dan diabduksi;
akhirnya kaki diikat pada footpiece. Pengawasan dengan sinar-X diguanakan untuk
memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral. Diperlukan reduksi yang tepat
pada fraktur stadium III dan IV; fiksasi pada fraktur yang tak tereduksi hanya mengundang
kegagalan. Kalau fraktur stadium III dan IV tidak dapat direduksi secara tertutup, dan
pasien berumur dibawah 60 tahun, dianjurkan untuk melakukan reduksi terbuka melalui
pendekatan anterolateral.
Tetapi, pada pasien tua (yang berusia lebih dari 70 tahun) cara ini jarang
diperbolehkan; kalau dua usaha yang cermat untuk melakukan reduksi tertutup gagal, lebih
Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau skrup berkanula atau,
kadang-kadang dengan sekrup kompresi geser (sekrup pinggul yang dinamis) yang
ditempelkan pada batang femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka femur bagian
atas. Kawat pemandu, yang disisipkan di bawah kendali fluoroskopik, digunakan untuk
memastikan bahwa penempatan alat pengikat telah tepat. Dua sekrup berkanula sudah
mencukupi; keduanya harus terletak sejajar dan memanjang sampai plat tulang subkondral;
pada foto lateral keduanya berada di tengah-tengah pada kaput dan leher, tetapi pada foto
16
Bila tidak dilakukan operasi ini cara konservatif terbaik adalah langsung
immobilisasi dengan pemberian anastesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi
dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan
bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.
Sejak hari pertama pasien harus duduk di tempat tidur atau kursi. Dia dilatih
melakukan latihan pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan memulai berjalan (dengan
alat penopang atau alat berjalan) secepat mungkin. Secara teoritis, idealnya adalah
Jenis-jenis operasi :
1. Pemasangan pin
Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur stadium III dan IV tak
dapat diramalkan sehingga penggantian prostetik selalu lebih baik. Karena itu,
kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur
dibawah 75 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk pasien yang sangat tua dan
sangat lemah dan pasien yang gagal menjalani reduksi tertutup. Penggantian yang paling
sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis bipolar tanpa semen yang
dimasukkan dengan pendekatan posterior. Penggantian pinggul total mungkin lebih baik
kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan
asetabulum, atau pada pasien dengan penyakit metastatik atau penyakit paget.
2. Hemiartroplasti
3. Artroplasti total
17
Pada pasien yang relatif muda, terdapat tiga prosedur, yaitu :
1. Kalau fraktur terlalu vertikal, tetapi kaput tetap hidup, osteotomi subtrokanter
dengan fiksasi paku-plat mengubah garis fraktur sehingga membentuk sudut yang
lebih horizontal.
2. Kalau reduksi atau fiksasi salah dan tidak terdapat tanda-tanda nekrosis, sekrup itu
pantas dibuang, fraktur direduksi, sekrup yang baru disisipkan dengan bener dan
3. Kalau kaput bersifat avaskular, kaput ini dapat diganti dengan prostesis logam;
Pada pasien yang berusia lanjut, hanya dua proses yang harus dipertimbangkan, yaitu ;
1. Kalau nyeri tidak hebat, pengankatan tumit dan penggunaan tongkat yang kuat atau
2. Kalau nyerinya hebat, maka tak perduli apakah caput avaskular atau tidak, kaput ini
terbaik dibuang; kalau pasien cukup sehat, dilakukan pergantian sendi total.
2.8 Komplikasi5,9
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang disertai
pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran.tidak ada cara untuk
mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa minggu kemudian, scan
18
nanokoloid dapat memperlihatkan berkurangnya vaskularitas. Perubahan pada
sinar-X, meningkatnya kepadatan pada kaput femoris mungkin tidak nyata selama
berbualan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Baik fraktur itu menyatu atau tidak,
kolapsnya kaput femoris akan menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi.
Penanganan nekrosis avaskular kaput femur dengan atau tanpa gagal pertautan juga
dengan eksisi kaput dan leher femur dan kemudian diganti dengan protesis metal.
3. Nonunion
Lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur leher femur tidak dapat mengalami union
terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan
lokasi yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan kareana vaskularisasi yang jelek,
reduksi yang tidak adekuat, fiksasi yang tidak adekuat dan lokasi fraktur adalah
intra-artikuler.
Tulang di tempat fraktur remuk, fragmen terpecah dan paku atau sekrup menjebol
keluar dari tulang atau terjulur ke lateral. Pasien mengeluh nyeri, tungkai
4. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder terjadi karena adanya kolaps kaput femur atau nekrosis
avaskuler. Kalau terdapat banyak kehilangan gerakan sendi dan kerusakan meluas
19
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny T
Umur : 67 tahun
RM : 975651
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
- Awalnya pasien sedang berjalan di dalam rumah, kemudian terpeleset. Pasien terjatuh
20
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
Nadi : 92 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
Status Internus
Kepala : normocephal
21
Dinding dada : Tidak ditemukan kelainan
Paru :
Perkusi : Sonor
Jantung :
Regio Abdomen :
Perkusi : Timpani
- Feel : Nyeri tekan (+), Krepitasi (-), NVD (sensorik dan motorik
22
3.4 Diagnosis Kerja
Laboratorium
Hb : 11,5 gr%
Trombosit : 406.000/mm3
Hematokrit : 35%
PT : 11,1 detik
Pemeriksaan Radiologi
23
3.6 Diagnosis Akhir
3.7 Tatalaksana
Skin traksi
24
BAB 4
DISKUSI
Seorang perempuan usia 67 tahun datang dengan keluhan nyeri panggul kiri sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pinggang terjadi akibat pasien terpeleset
kemudian terjatuh dengan posisi bertumpu pada panggul kiri. Mekanisme trauma seperti
ini tergolong ringan, namun, pada lanjut usia trauma seperti ini dapat menyebabkan fraktur
(fraktur patologis). Sejumlah faktor mempengaruhi populasi lansia untuk patah tulang
adalah osteoporosis, gizi buruk, penurunan aktivitas fisik, gangguan penglihatan, penyakit
neurologis, keseimbangan yang buruk, dan atrofi otot. Secara epidemiologi, osteoporosis
sering terjadi pada wanita lajut usia disebabkan oleh rendahnya estrogen akibat
menopause.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis tidak ada kelainan, status lokalis regio
femur sinistra tampak deformitas namun tidak terdapat luka dan edema. Terdapat nyeri
tekan, NVD (sensorik dan motorik baik, refilling kapiler < 2), dan Range of
Movement terbatas. Temuan pada pemeriksaan fisik mendukung atas dugaan fraktur.
Selain itu, didukung dengan anamnesis sebelumnya mengenai mekanisme trauma, maka
diagnosis kerja pada pasien ini adalah suspek fraktur collum femoris sinistra tertutup.
Dari pemeriksaan rontgen didapatkan garis fraktur pada collum femoris kiri dan shenton
line yang terputus. Shenton line merupakan garis imajiner yang dibentuk dari bagian
inferior ramus pubis superior hingga ke collum femoris bagian inferomedial. Sehingga,
25
Pengobatan fraktur collum femoralis dapat berupa terapi konservatif dengan
indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu
dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang
akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi. Hip prosthese menjadi pilihan pada fraktur stage III dan IV pada orang tua,
untuk mengurangi repeat operation. Total Hip Replacement dapat diindikasikan jika
acetabulum.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat dan Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 2. Jakarta: EGC. 2004
2. Apley AG, Solomon Luis. Apleys System of Orthopaedics and fracture.7th Edition.
Greens 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010, p. 1563 1592
5. Kenneth J.K., Joseph D.Z. Handbook of Fractures, 3rd Edition. Pennsylvania. 2006.
6. Thomas M. S., Jason H.C. Open Fractures. Mescape Reference (update 2012, May
7. Jonathan C. Open Fracture. Orthopedics (update 2012, May 27). Available from
9. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green.
Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.
2081-93.
10. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.
Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby
Elsevier. United States. 2007. Page 408-410
27
Foto Klinis Pasien
28