Anda di halaman 1dari 9

MODIFIKASI KITOSAN MELALUI PROSES SWELLING DAN CROSSLINKING

MENGGUNAKAN GLUTARALDEHIT SEBAGAI PENGADSORPSI


LOGAM Cr (VI) PADA LIMBAH INDUSTRI BATIK

MODIFICATION OF CHITOSAN BY SWELLING AND CROSSLINKING


USING GLUTARALDEHYDE AS HEAVY METAL Cr (VI) ADSORBENT
IN BATIK INDUSTRY WASTES

Budi Hastuti1, Abu Masykur2 and Fariha Ifada 1


1
Chemistry Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, UNS
2
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, UNS
E-mail : Budihastuti_saptono@yahoo.co.id

Study on chitosan modification by swelling and crosslinking and its application as a


selective adsorbent for heavy metals Cr (VI) in batik industry wastes was done. Swelling is
intended to improve chitosan porosity, whereas crosslinking is to increase the resistance of
chitosan against acid. Natural samples are generally acidic, thus limiting chitosan application as
an adsorbent. Modification of chitosan by combining swelling and crosslinking is expected to
increase its adsorption capacity in binding heavy metal ions in water.
At first, chitosan was dissolved in 1% acetic acid, and swelling process was then
conducted by spraying into 5% NaOH solution to form chitosan beads. Next chitosan beads
were crosslinked using Glutaraldehyde (Glut) with various concentrations of 8, 10, 20, and 25%.
The modified chitosan was later contacted with Cr (VI) to test its adsorption capacity with
variation of pH and contact time. Finally, application of modified chitosan was done in batik
industry wastes containing Cr (IV).
Based on the results, chitosan-Glu 25% (v/v) was the optimum concentration of
crosslingker to adsorb Cr (VI) ions. Modified chitosan has a solubility resistance to acids, even
though a strong acid. Modification of chitosan improved also its adsorption capacity to Cr (VI)
from 74% (pure chitosan) to 89% with contact time 30 min. and pH 3. On the application to the
batik wastes, the modified chitosan were able to adsorb Cr (IV) up to the level of 5 ppm. Thus,
the modified chitosan has a potential to be applied as an adsorbent of Cr (VI) in batik industry
wastes.

Keywords: Chitosan, Swelling, Crosslinking, Glutaraldehyde (Glut)

A. Pendahuluan
Proses industrialisasi tidak dapat lepas dari sangat penting bagi kemantapan ekosistem
efek negatif yang ditimbulkan, adanya bahan perairan, namun hubungan kemantapan
sisa industri baik yang berbentuk padat tersebut akan segera terganggu bila terjadi
maupun cair berpengaruh terhadap masukan bahan bersifat racun. Masuknya
lingkungan sekitarnya. Bilamana sisa-sisa bahan pencemar akan mampu menurunkan
tersebut dilepaskan ke perairan bebas, akan potensi sumber daya hayati. Pencemaran oleh
terjadi perubahan nilai dari perairan itu baik bahan-bahan industri yang mengandung
kualitas maupun kuantitas sehingga perairan bahan berbahaya, misalnya pestisida, logam
dapat dianggap tercemar. Hubungan dinamik berat seperti krom (Cr), merkuri (Hg),
dari keseimbangan komposisi komponen cadmium (Cd), plumbum (Pb) cenderung
unsur hara, bahan organik dan biomassa
1
meningkatkan kasus keracunan dan gangguan (Pasaribu.2004). Proses adsorpsi kitosan akan
kesehatan masyarakat. terganggu dengan suasana asam dalam
Jenis pencemaran logam berat berasal dari larutan. Dalam suasana asam akan melarutkan
limbah perindustrian yang masuk ke kitosan, sehingga akan membatasi sifat
lingkungan. Hal ini disebabkan karena kitosan sebagai adsorben. Hal ini disebabkan
senyawa-senyawa atau unsur logam berat dalam suasana asam akan menyebabkan
banyak dimanfaatkan dalam industri. Industri berkurangnya gugus amina yang merupakan
tekstil menggunakan logam berat sebagai gugus aktif yang mampu berikatan dengan
bahan pengikat warna agar warna yang ion-ion logam. Untuk itu maka perlu
dihasilkan menjadi lebih terang dan indah. dilakukan crosslingking(sambung silang)
Selain itu unsur logam berat juga banyak kitosan untuk meningkatkan ketahanan
dimanfaatkan sebagai bahan baku, katalisator terhadap asam, meningkatkan kestabilan
maupun sebagai bahan tambahan, bahkan juga kitosan dengan membentuk senyawa
sebagai bahan pewarna. (Hutagalung, 1991). perantara. Dan untuk meningkatkan
Menurut Nordberg., et.al (1986) logam berat kecepatan adsorpsi kitosan dalam
jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak mengadsorpsi ion-ion logam berat. Dan untuk
dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di lebih mengoptimalkan daya adsorpsi kitosan,
dalamnya hingga nantinya dibuang melalui sebelum menyambung silang, kitosan
proses ekskresi. Adanya logam berat di diswelling (digelembungkan ) terlebih dahulu
perairan, berbahaya baik secara langsung untuk meningkatkan keporosan kitosan.
terhadap kehidupan organisme, maupun Dengan demikian modifikasi kitosan dengan
efeknya secara tidak langsung terhadap membuatnya menjadi komposit dengan
kesehatan manusia. Sehingga untuk mengolah mengkombinasi dua metode pengaktifan
limbah cair yang dihasilkan memerlukan yakni metode swelling kitosan dilanjutkan
suatu proses yang ramah lingkungan. Dengan crosslinking(sambung silang) kitosan
demikian maka perlu dilakukan penelitian diharapkan dapat meningkatkan daya adsorpsi
untuk mengurangi kandungan logam berat kitosan dalam mengikat ion logam berat di
dalam limbah industri. Adapun salah satu perairan.
metode alternatif yang mudah dan murah
dalam pengurangan kandungan logam berat A. Metodologi
dengan menggunakan kitosan sebagai 1. Alat dan bahan
adsorben. a. Alat-alat yang digunakan
Kitosan dipillih sebagai material dasar Peralatan yang digunakan meliputi
adsorben karena biaya produksinya rendah, alat gelas laboratorium, seperangkat alat
tidak menghasilkan limbah baru, dan efektif refluks, evaporator Buchi, timbangan
pada konsentrasi ionik rendah. Kitosan juga elektronik, pemanas dan pengaduk magnet,
memiliki selektifitas dan kapasitas adsorpsi saringan Buchner, oven, termometer,
yang tinggi(Lin et al. 2007). Kitosan dapat stirer, magnet bar, pH meter, spektrometer
mengadsorpsi logam berat pencemar dalam FTIR FTIR (Shimadzu 8201PC), AAS
perairan karena adanya gugus amina dan (Shimadzu), dan SEM (JSM-35 C).
hidroksil yang bersifat sangat reaktif dan b. Bahan-bahan yang digunakan
bersifat basa. Kitosan akan mempertukarkan Bahan-bahan yang digunakan dalam
proton yang dimiliki logam pencemar dengan penelitian ini meliputi Kitosan, NaOH (E-
elektron yang dimiliki oleh nitrogen (N). Merck), HCl (E-Merck), NaHCO3(E-
Akan tetapi, kitosan memiliki sifat mudah Merck), CH3COOH(E-Merck), HNO3(E-
larut dalam asam asetat, dan juga larut Merck), H2SO4 (E-Merck), Glutaraldehit
sebagian dalam asam encer, seperti HNO3, 25%, Dioksan (E-Merck), Benzaldehit (E-
HCl, HClO4, dan lain-lain, sehingga Merck), Ethanol 95%(lokal), Akuabides
penggunaan kitosan secara langsung sebagai (Lokal), Kertas Saring (Whatman 21),
adsorben akan menjadi kurang efektif

2
K2Cr2O7 (E-Merck), bufer pH dan dan diencerkan dengan akuades.
aquades.
2. Pengaruh Waktu Kontak adsorpsi
2. Cara Penelitian Cr(VI) menggunakan adsorben kitosan
a. Preparasi pembuatan adsorben Adsorbsi dilakukan menggunakan
komposit kitosan sistem batch pada suhu ruangan. Larutan
Kitosan 2 gram dilarutkan dalam Cr(VI) 5 ppm, pH 3 diukur menggunakan
100 mL asam asetat 1 % (v/v) dan diaduk pH meter TOA dengan menambahkan
secara kontinyu selama 2 jam. Kemudian HCl atau NaOH, lalu ditambah 1 mL
NaHCO3 dimasukkan kedalam larutan bufer pH. Sebanyak 20 mL larutan Cr(VI)
kitosan pada suhu kamar dengan variasi 5 ppm yang telah diatur pHnya
komposisi NaHCO3:kitosan 0,2:2,0 (b/b) dimasukkan ke dalam gelas beker 50 mL
dan diaduk kurang lebih selama 1 jam. dan ditambahkan 10 mg adsorben
Setelah itu larutan disemprotkan pada (Kitosan dan Kitosan-Glut) kemudian
larutan NaOH 5 % sebanyak 300 mL(b/v) diaduk dengan magnetik stirer, diatur
menggunakan injeksi gel kitosan yang waktu kontaknya selama 15, 30, 60 dan 90
terbentuk, selanjutnya dicuci dengan menit. Larutan disaring kemudian diukur
aquades sampai netral. Kemudian bead konsentrasinya menggunakan AAS.
kitosan yang terbentuk tersebut Larutan standar dibuat dari larutan induk
ditambahkan agen crosslinker Cr(VI) 100 ppm dan diencerkan dengan
glutaraldehit 25 % dengan rasio 1:1 (v/v), akuades.
larutan kemudian dicampur sampai
homogen dengan stirrer dan dibiarkan 3. Pengaruh Konsentrasi Kroslinker
selama 2 jam pada 80oC. Kemudian bead Glutaraldehit pada adsorpsi Cr(VI)
kitosan yang sudah dicrosling dicuci menggunakan adsorben kitosan
dengan aquades untuk menghilangkan sisa Adsorbsi dilakukan menggunakan
NaOH, dan dikeringkan menggunakan sistem batch pada suhu ruangan. Larutan
oven pada suhu 60 0 sampai kering ( 8 Cr(VI) 5 ppm,
jam). Selanjutnya komposit kitosan pH 3 diukur menggunakan pH meter TOA
berikatan silang dianalisis dengan dengan menambahkan HCl atau NaOH,
spektrometri inframerah. lalu ditambah 1 mL bufer pH. Sebanyak
20 mL larutan Cr(VI) 5 ppm yang telah
b. Adsorpsi Kitosan termodifikasi diatur pHnya dimasukkan ke dalam gelas
1. Pengaruh pH pada adsorpsi Cr(VI) beker 50 mL dan ditambahkan 10 mg
menggunakan adsorben kitosan. adsorben (Kitosan dan Kitosan-Glut
Adsorbsi dilakukan menggunakan bead). Kitosan-Glut bead dibuat dengan
sistem batch pada suhu ruangan. Larutan memvariasi konsentrasi glutaraldehit 8,
Cr(VI) 5 ppm diatur pHnya ( 2, 3, 5 dan 10, 20 dan 25 %. Selanjutnya larutan
pH 7) lalu ditambahkan 1 mL bufer pH. Cr(VI) dikontakkan dengan masing-
pH larutan diukur menggunakan pH meter masing kitosan termodifikasi dengan
TOA dengan menambahkan HCl atau diaduk menggunakan magnetik stirer,
NaOH. Sebanyak 20 mL larutan Cr(VI) 5 selama 30 menit.
ppm yang telah diatur pHnya dimasukkan
ke dalam gelas beker 50 mL dan B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
ditambahkan 10 mg adsorben (C, CG dan a. Pembentukan Kitosan Termodifikasi
CE) kemudian diaduk dengan magnetik Proses pembuatan kitosan
stirer selama 30 menit. Larutan disaring termodifikasi diawali dengan proses
kemudian diukur konsentrasinya swelling yaitu dengan melarutkan kitosan
menggunakan AAS. Larutan standar ke dalam asam asetat hingga terbentuk gel
dibuat dari larutan induk Cr(VI) 100 ppm kitosan. Setelah itu gel yang terbentuk

3
disemprotkan ke dalam larutan NaOH
hingga terbentuk bead kitosan. Proses
swelling ini dimaksudkan untuk
meningkatkan luas permukaan dan untuk
meningkatkan keporosan kitosan. Setelah
proses swellling, dilakukan proses
kroslingking kitosan dengan Glutaraldehit.
Proses krosling bead kitosan dengan
Glutaraldehit dilakukan dengan
mereaksikan bead kitosan yang telah
kering dan dibuat serbuk dengan
glutaraldehide. Reaksi yang terjadi adalah
terbentuknya ikatan imine antara gugus
amina kitosan dengan aldehide melalui
reaksi basa Sciff. Gambar 1 merupakan Gambar 2. Skema Crossling Kitosan dengan
spektra Inframerah dari Kitosan Kitosan- Glutaraldehit
Glu bead.
Hasil spektra inframerah kitosan dan kitosan
glutaraldehide (Gambar 1) menunjukkan
bahwa proses krosling berhasil dilakukan.
Pada spektra IR kitosan yang telah
dikrosling terlihat meningkatnya puncak
pada 2939 cm-1 yang menunjukkan vibrasi
ulur CH2, yang dikuatkan dengan semakin
tingginya puncak 1381 cm-1, merupakan
vibrasi bending CH2. Munculnya puncak
pada bilangan gelombang 1573 cm-1 adalah
vibrasi ulur ikatan imine (C=N),
menunjukkan reaksi antara aldehide dengan
amina.

b. Proses Adsorpsi
Keterangan : 1. Penentuan pH Optimum
A : Kit Glut Penentuan pH optimum dilakukan
B : Kitosan untuk mengetahui pH interaksi dimana
Gambar 1. Spektra IR kitosan awal dan adsorben menyerap secara maksimum. Hasil
kitosan yang dikrosling penelitian tentang pengaruh pH terhadap
dengan glutaraldehide. jumlah ion logam Cr(VI) yang terserap oleh
adsorben kitosan maupun kitosan
Sedangkan reaksi yang terjadi pada termodifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.
kitosan yang bercroslingking dengan
glutaraldehit ditunjukkan pada gambar 2

4
Gambar 3.Variasi pH larutan dari proses
adsorpsi kitosan terhadap Gambar 4. Variasi waktu kontak adsorben
Cr(VI) kitosan terhadap Cr(VI)
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
Daya serap terbesar ada pada pH 3, adsorpsi logam Cr(VI) menunjukkan pola
mulai pH 3, daya serap dari kedua adsorben adsorpsi yang hampir sama untuk adsorben
kitosan telah stabil, dengan demikian pH 3 kitosan dan kitosan-Glu bead. yaitu 15 menit
dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. pertama adsorpsi meningkat tajam dan pada
Hal ini adalah sesuai dengan yang penambahan waktu berikutnya mengalami
dikemukakan oleh Sakkayawong et. al. kestabilan nilai adsorpsi. Adsorpsi optimum
(2005), bahwa dibawah kondisi asam atom- kitosan dan kitosan termodifikasi dalam
atom hydrogen (H+) pada larutan dapat mengadsorpsi logam Cr(VI) terjadi pada
memprotonasi gugus amina (-NH2) dari waktu yang sama yaitu 30 menit. Pada waktu
kitosan. 30 menit, kedua adsorben dari kitosan
R'NH2 + H+ R'NH3+ tersebut, sudah mampu mengadsorpsi secara
Gugus amina yang terprotonasi inilah yang optimal, dengan demikian lama waktu kontak
akan digunakan untuk mengadsorpsi logam 30 menit dijadikan sebagai acuan untuk
Cr(VI) melalui mekanisme tukar menukar penentuan waktu kontak pada proses adsorpsi
ikatan. Bukan hanya itu, tukar menukar ion kitosan dan kitosan termodifikasi terhadap
juga terjadi pada atom H pada gugus OH dari logam Cr(VI) pada limbah industri batik.
kitosan, dengan logam Cr dari larutan.
Dengan tukar menukar ion ini, terbentuklah 3. Variasi konsentrasi kroslingker
kompleks kitosan dengan ion logam (Cr VI) . Dengan memvariasi konsentrasi
kroslingker Glutaraldehit mampu
2. Penentuan Waktu Kontak meningkatkan adsorptifitas kitosan terhadap
Waktu kontak yaitu waktu yang logam Cr(VI) dalam larutan. Gambar 5
dibutuhkan adsorben untuk mengadsorpsi zat menunjukkan konsentrasi optimum dari
Logam Cr(VI). Untuk menentukan waktu kitosan-Glu bead dalam mengadsorpsi logam
kontak optimum maka adsorben sebanyak 5 Cr(VI).
mg dalam 20 ml larutan Cr(VI) 5 ppm pada
pH 3 dishaker dengan variasi waktu kontak
dari 15 menit, 30, 60, dan 90 menit. Kurva
hasil adsorpsi Cr(VI) oleh kitosan dan kitosan
termodifikasi pada variasi waktu kontak dapat
dilihat pada Gambar 4.

5
Gambar 6. Diagram batang kapasitas
Gambar 5 Variasi croslingker kitosan-Glu adsorpsi dari adsorben
bead dalam mengadsorpsi logam kitosan
Cr(VI) Berdasarkan tabel 3 dan gambar 6,
Berdasar gambar 5, konsentrasi 25 % terlihat bahwa kitosan dan kitosan
dijadikan sebagai konsentrasi acuan dalam termodifikasi memiliki kapasitas adsorpsi
mengkrosling kitosan agar bisa menghasilkan yang cukup tinggi, hal ini karena kitosan
adsorben selektif yang mampu mengadsorp memiliki gugus amina yaitu adanya unsur N
logam berat khususnya Cr(VI) dengan yang bersifat sangat reaktif dan bersifat basa
kapasitas yang tinggi. dan gugus hidroksi yang dapat mengikat
4. Perbandingan adsorpsi terhadap logam logam melalui mekanisme tukar menukar
Cr(VI) pada kondisi optimum ion.
Adsorpsi dilakukan pada kondisi Pada gambar terlihat bahwa kapasitas
optimum, dengan konsentrasi Glutaraldehit adsorpsi kitosan termodifikasi lebih tinggi
25%, pH larutan 3 dan waktu kontak 30 dibandingkan dengan kitosan, hal ini karena
menit. Perbandingan adsorpsi oleh kitosan kitosan termodifikasi yang melalui proses
dan kitosan termodifikasi dalam sweling yang membuat kitosan lebih poros
mengadsorpsi logam Cr(VI) 5 ppm pada dan permukaan lebih berongga kemudian
kondisi optimum dapat dilihat pada tabel 3 dikombinasi dengan proses crossling,
dan gambar 6. sehingga lebih meningkatkan
Konsentrasi Kapasitas kemampuannya sebagai adsorben, serta
Jenis Cr(VI) setelah adsorpsi ketahanannya terhadap suasana asam.
Adsorben terserap Adanya rongga-rongga yang lebih besar
ppm mg/g % pada kitosan termodifikasi dibandingkan
Kitosan 1,32 7,4 74 kitosan dapat dilihat pada gambar 7.
Kit-Glut 0,54 8,9 89

Tabel 3. Tabel Perbandingan Kapasitas


adsorpsi dari adsorben kitosan

Gambar 7 a.Permukaani pada kitosan

6
data pada tabel 4 terlihat bahwa baik kitosan
maupun kitosan termodifikasi mampu
mengadsorpsi logam Cr(VI) dalam limbah
batik secara maksimal, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kitosan dan
kitosan termodifikasi sangat efektif
dimanfaatkan sebagai adsorben selektif
untuk mengadsorpsi logam berat Cr(VI)
pada limbah batik.

D. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Gambar 7b. Permukaan Kitosan-Glut bead Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
Adanya kombinasi antara proses diambil kesimpulan sebagai berikut :
swelling dan crossling kitosan mampu 1. Adsorben Kitosan mampu mengadsorpsi
meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap logam Cr(VI) dengan kapasitas adsorpsi
logam Cr(VI). Kapasitas adsorpsi dari Kit- sebesar 74 %.
Glu bead dalam mengadsorpsi ion Cr(VI) 2. Modifikasi kitosan dengan
adalah 89 %, hal ini menunjukkan bahwa mengkombinasi kitosan dengan
kitosan termodifikasi mampu dimanfaatkan crosslinking menggunakan Glutaraldehit
sebagai adsorben selektif terhadap logam 25 % mampu mengadsorpsi Cr(VI)
Cr(VI) sehingga dapat diaplikasikan sebagai dengan kapasitas adsorpsi 89 %.
metode untuk pengurangan kandungan 3. Sintesis kitosan termodifikasi berpotensi
Cr(VI) dalam limbah batik. untuk diaplikasikan sebagai adsorben
Cr(VI) pada limbah batik.

C. Aplikasi adsorben pada Limbah Cair


Industri Batik D AFTAR PUSTAKA
Kitosan termodifikasi yang
dikontakkan dengan limbah batik adalah Abu Masykur. 2008. Studi Awal Sintesis
kitosan yang diswelling terlebih dahulu Kitosan dari Limbah Udang untuk
kemudian dicrosling menggunakan Mengadsorpsi Logam Cu(II).
glutaraldehit 25 % lama waktu kontak Abu Masykur. 2009. Sintesis Turunan
masing-masing 30 menit, dan pH larutan 3. Kitosan dengan Crosslingk dan
Setelah itu diukur konsentrasinya Grafting Serta Aplikasinya pada
menggunakan AAS. Hasil uji AAS Adsorpsi Limbah Logam
ditunjukkan pada tabel 4. Baba Y, Hirakawa H, Yoshizuka, 1994,
Adsorption Equilibria of Silver(I) and
Mula-mula Setelah diadsorpsi Copper(II) Ions on N-(2-
No. (ppm) Adsorben Hydroxylbenzyl)chitosan Derivative,
Kitosan Kit-Glu Analytical Sciences, 10, 601-605.
bead Baba Y, Matsumura N, Shiomori K, and
1 0.037 0 0 Kawano Y, 1996, Selective
Adsorption of Mercury(II) on Chitosan
Tabel 4. Tabel hasil uji AAS logam Cr(VI) Derivatives from Hydrochloric Acid,
pada limbah batik Analytical Sciences, 14, 687-690.
Baba Y, Noma H, Nakayama R, and
Dari hasil uji AAS diperoleh data Matshushita Y, 2002, Preparation of
seperti yang ditunjukkan pada tabel 4. Dari Chitosan Derivatives Containing

7
Methylthiocarbamoyl and Chitosan/Cu(II) Affinity Membrane
Phenylthiocarbamoil Groups and Their for Urea Adsorption, Journal of
Selective Adsorption of Copper(II) Applied Polymers, 90, 1108-1112.
over Iron(III), Analytical Sciences, 18, Mahmoud N.S., A.E.Ghaly., and F. Arab,
359-361. 2007, Unconventional Approach for
Brotowidjoyo, M.D. 1989. Zoologi Dasar. Demineralization of Deproteinized
Jakarta: Erlangga Crustacean Shells for Chitin
Budi Hastuti dan Saptono Hadi. 2008. Production, Am. J. Biochem. &
Pemanfaatan Biomassa Alga sebagai Biotech., 3(1), 1-9.
Metode Alternatif Untuk Manahan, S.E. 1977. Environmental
Menanggulangi Kandungan Logam Chemistry. Second Ed. Williard Press.
Berat Beracun Cr di Sungai Kawasan Boston
Industri Batik Lawean Surakarta. Oshita K., M. Oshima, Y Gao., K.H.Lee, S
Jurnal Saintmath Motomizu, 2002, Adsorption
Cahyaningrum, SE. 2001, Karakterisasi Behaviour of Mercury and Precious
Adsorpsi Ni(II) dan Cd(II) pada Metals on Cross-Linked Chitosan and
Kitosan dan Kitosan Sulfat dari The Removal of Ultratrace Amounts
Cangkang Udang Windu, Tesis S2 of Mercury in Concentrated
Kimia Universitas Gadjah Mada Hydrochloric Acid by a Column
Yogyakarta. Treatment with Cross-Linked
Chandra Purnawan. 2008. Kitosan dari Chitosan, Analytical Sciences, 18,
Cangkang Udang dan Aplikasi 1121-1125.
Kitosan sebagai Bahan Antibakteri Oshita K., Takayanagi T., Oshima M., and
pada Kain Katun. Tesis S2 Kimia Motomizu S., 2007, Adsorption
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Behavior of Cationic and Anionic
Cang YH., Huang CF., Hsu WJ., Chang FC., Species on Chitosan Resins Possessing
2007, Removal Hg2+ from Aqueous Amino Acid Moieties, Analytical
Using Alginat Gel Containing Sciences, 23, 1431-1434
Chitosan Journal of Applied Polymer Pourjavadi A, Mahdavinia G R., 2006,
Science, 104, 2896-2905. Superabsorbency, pH-Sensitivity and
Gibson S.L., H.J.Walls. S.B.Kennedy, and Swelling Kinetics of Partially
E.R.Weish, 2003, Chitosan Hydrolized Chitosan-g-
Hydrogels: Crosslink Kinetics and Gel poly(Acrylamide) Hydrogels Turk J
Properties, Polymeric Materials: Chem,30, 595-608.
Science & Engineering, 88, 199-200 Rhee JS, Jung MW, and Paeng KJ, 1998,
Hernndez R.B., Yola O.R., and Merc Evaluation of Chitin and Chitosan as
A.L.R., 2004., Chemical Equilibrium a Sorbent for the Preconcentration of
in the Complexation of First Phenol and Chlorophenol in Water,
Transition Series Divalent Cations Analytical Sciences, 14, 1089-1092.
Cu2+, Mn2+ and Zn2+ with Chitosan, J. Sigh A., Narvi S S., Dutta PK., and Pandey N
Braz. Chem. Soc., Vol. 18, No. 7, D., External Stimuli Response on a
1388-1396. Novel Chitosan Hidrogel Crosslinked
Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran Laut with Formaldehyde, Bull. Mater. Sci.,
Oleh Logam Berat dalam Status 29(3), 233-238.
Pencemaran Laut di Indonesia dan
Teknik Pemantauan. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI.
Liu J, Chen X, Shao Z, Zhou P., 2003
Preparation and Characterization of

8
.

Anda mungkin juga menyukai