PENDAHULUAN
1
meninggal (Lismiyati 2009). Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani
dapat mengalami Dengue Syok Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit volume cairan akibat
meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju
luar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang terlambat
ditangani di rumah sakit mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya
pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu,
diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah
sakit.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan tugas makalah mengenai SGD Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Penyakit DHF. Mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan dan meningkatakan
kualiatas hidup pasien penderita DHF.
2
1. Untuk mengetahui tentang penyakit DHF
2. Untuk mengetahui epidemologi penyakit DHF.
3. Untuk mengetahui etiologi DHF
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit DHF.
5. Untuk mengetahui manifestasi dari penyakit DHF
6. Untuk mengetahui klasifikasi dan komplikasi penyakit DHF.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit DHF.
8. Untuk mengetahui penatalaksaan untuk pasien DHF.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien yang mengalami penyakit DHF
1.4 Manfaat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi.
2010).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk.
2008).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah
Dengue (Hidayat, 2006). Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam
berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan
atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, trombositopenia ringan dan
bintikbintik perdarahahan (ptekie) spontan (Noer, 2000).
Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, 2000).
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi
virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 7
hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti
petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran
menurun, dan syock(Soegijanto, 2006).
4
2.2 Epidemologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan
demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock syndrome (DSS)
ditularkan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Dalam 50 tahun terakhir,
kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke
negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan
(WHO, 2009).
Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784,
sedangkan di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 1870.
Di Afrika wabah demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 1873 dan di
Amerika Serikat pada tahun 1922 terjadi wabah demam dengue dengan 2 juta
penderita. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa
provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita
79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih (Kusriastuti R.
Depkes RI. 2005). Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi
jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004.
Di beberapa negara penularan virus dengue dipengaruhi oleh adanya
musim, jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan
curah hujan..
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada
kelompok umur <15 tahun 95% dan mengalami pergeseran dengan adanya
peningkatan proporsi penderita pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan
proporsi penserita pada kelompok >45 tahun sangat rendah seperti yang
terjadi di Jawa Timur bekisar 3,64% (Wirahjanto A, Soegijanto S edisi 2.
2006).
2.3 Etiologi
1. Virus dengue
5
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia,
maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,
1990; 36). Diketahui ada empat jenis virus yang mengakibatkan demam
berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
2. Nyamuk aedes aegypti
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne
siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
3. Host (pembawa)
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya
maupun virus dengue tipe lainnya.
2.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan
bereaksi dengan anti body dan terbentuklah kompleks virus anti body yang
tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini
mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh
darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
6
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob, hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ
vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia. Bila virus
menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja
hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun,
karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam
lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran
hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan
abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan
antibody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan
merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III,
dan IV (Nursalam, dkk. 2008).
Imunopatogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang
kontroversial. Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan
patogenesis pada DBD dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder
(teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody
dependent enhancement ( ADE ). Teori infeksi sekunder menyebutkan
bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus,
akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi terhadap jenis virus tersebut
untuk jangka waktu yang lama, tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi
sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang
berat. Pada teori kedua (ADE), menyebutkan tiga hal yaitu antibodies
enhance infection, T-cells enhance infection serta limfosit T dan monosit akan
melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD dan
SSD.Singkatnya secara umum ADE dijelaskan sebagai berikut, bahwa jika
terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut
7
dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat
dalam tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus, justru
dapat menimbulkan penyakit yang berat (Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K). 2004).
8
fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola
mata terasa pegal.
2.6 Klasifikasi
Menurut WHO (1986) DHF diklasifikasi berdasarkan derajat beratnya
penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4, sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Uji tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Deajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat lain.
3. Derajat III
9
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan)
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity
dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
10
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.
11
seluruh lengan dan
anterior anterior tangan
tangan
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut:
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa: susu, teh manis,
sirop dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan, mengandung Na+130 mEq/liter, K+,4 mEq/liter, korektor
basa 28 mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca++ 3 mEq/liter.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan)
jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian
dengan kompres dingin.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
(kolaborasi dengan dokter)
10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum,
perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksan laboratorium
yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter)
b. DHF tanpa rejatan (Syok)
1. Alur Tatalaksanaan Pemberian Cairan DHF Grade I dan II
12
c. DHF dengan mengalami renjatan (syok)
13
2. Alur Tatalaksanaan Pemberian Cairan DHF Grade IV
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DHF GRADE III
Kasus:
Bagas Fadil berumur 6 tahun dibawa oleh ibunya ke RS Sehat Sentosa dengan
mengeluh badan bagas demam 4 hari, tubuhnya menggigil keluar keringat
dingin dan lembab, keluar darah dari gusi dan hidung, timbul bintik-bintik merah
15
dikulit, tubuhnya lemas, tidak nafsu makan, muntah, batuk, kepala pusing, wajah
pucat dan bibir kering. Sekarang bagas dirawat di kamar BINGILIO 4 lantai 3.
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Biodata
2. Keluhan Utama
Pada saat pertama kali datang ke rumah sakit keluarga pasien mengeluh
An. Bagas demam 4 hari, tubuhnya menggigil keluar keringat dingin dan
16
lembab, keluar darah dari gusi dan hidung, timbul bintik-bintik merah
dikulit, tubuhnya lemas, tidak nafsu makan, kepala pusing, wajah pucat
dan bibir kering.
1 bulan : BCG
a. Pre Natal
Selama kehamilan Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan
kurang lebih 6x dan mendapatkan imunisasi TT 2x. ibu pertama kali
periksa kehamilan pasa saat usia 4 bulan kehamilan. Ibu juga
menyatakan tidak pernah menderita sakit selama hamil, obat yang
diminum selama hamil yaitu tablet penambah darah dari bidan.
b. Natal
An. Bagas lahir ditolong oleh dukun, lahir spontan, langsung menangis,
lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari). BBL tidak ditimbang dan untuk
17
panjang badan, LK, LLA, LD juga tidak diukur karena didukun tidak
ada alatnya.
c. Post Natal
An. Bagas diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak
lahir sampai usia 2 tahun. Sejak usia 6 bulan An. Bagas diberikan susu
formula dan bubur tim dan diberi makan nasi biasa sampai sekarang.
a. Pertumbuhan
Ibu menyatakan An. Bagas lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari), menurut
ibu An. Bagas tumbuh normal seperti anak- anak yang lain. Ibu
menyatakan BBL dan PB tidak diukur, BB Sekarang : 14,4 Kg,
dengan TB : 102 cm.
b. Perkembangan
Menurut keterangan ibunya An. Bagas saat usia 11 bln sudah bisa
berjalan dengan dipegangi kedua lengannya. Saat ini semenjak sakit
An. Bagas lebih banyak berada di tempat tidur karena badanya lemas
dan anak juga kurang gerak. Perkembangan bahasa An. Bagas sudah
mulai mengoceh sejak usia 6,5 bulan dan sekang anak sudah bisa
mengucapkan kata-kata dan menyusun kalimat serta menjawab
pertanyaan yang diberikan kepadanya.
8. Keadaan Umum
Kesadaran : Somenollen
TTV ( Selasa, 15 September 2015)
Suhu : 38,5oC
RR : 45x / menit
TD : 80/60 mmHg
Nadi : 121x / menit
18
9. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Simetris, Konjungtiva anemis, Sclera tidak ikterik
19
Ibu menyatakan sebelum dirawat An. Bagas tidak mengalami keluhan
sakit, dan BAK 6-8x / hari, selama dirawat An. Bagas BAK 3-5x / hari
berwarna kuning kemerahan, bau khas, dan mengeluh sakit saat berkemih.
20
semakin tinggi sudah 4 hari
Veremia
DO : Badan An. Bagas teraba
(Hipertermia)
hangat. TTV; Suhu 38,5oC,
Peningkatan Suhu Tubuh
Nadi 121 x / menit, RR 19 x /
menit, dan akralnya dingin
2 DS : Px mengatakan tidak
suka minum Gigitan Nyamuk
DO :
A: BB turun 5kg, LLA Gigitan Nyamuk
16,15cm,
Virus Dengue
B: HB 10,9 Gr/dL, albumin
3,2 g/dL,
Veremia
C: px terlihat lemas, kurus, Perubahan
pucat, klien rewel & Nutrisi Kurang
Nyeri Menelan, Mual dan
cengeng, nafsu makan dari Kebutuhan
Muntah
menurun,
D: Menolak setiap kali Tidak Nafsu Makan
disuruh/disuap makan, setiap
diberi makan hanya Asupan Nutrisi Kurang
menghabiskan 3 sendok,
mengeluh sakit menelan,
mukosa mulut kering, mual-
muntah saat pengkajian 1 x
30 cc
21
Infeksi dengue
4
Vaskulitis + Reaksi
imunologik
Permeabilitas vaskuler
DS : Ibu mengatakan Px sulit meningkat Pola Nafas tiak
bernafas dan Px rewel Efektif
Kebocoran Plasma
Berhubungan
DO : Px sesak nafas, irama dengan
nafas cepat 45 x / menit, pola Efusi Serosa Penumpukan
nafas kussmaul, sianosis, TD Cairan menumpuk Cairan dirongga
menurun 80/60 mmHg, dan dirongga pleural Paru (Effusi
terdapat suara ronchi paru,terjadi penurunan Pleura)
ekspansi paru
Sesak
5 Gigitan Nyamuk
DS : Ibu mengatakan bahwa
Px mengalamai gusi berdarah Virus Dengue
22
Syok
3.4 Intervensi
23
normal (36-37oC) Menganjurkan pasien Peningkatan suhu tubuh
untuk banyak minum mengakibatkan penguapan tubuh
2. Px berhenti 2,5 liter / 24 jam dan meningkat sehingga perlu
demam dalam jelaskan manfaat bagi diimbangi dengan asupan cairan
jangka waktu pasien yang banyak
kurang dari 7 hari
Memberikan kompres
Kompres dengan air biasa /
dengan suhu biasa /
hangat dapat membantu
hangat pada daerah axilla
menunrunkan suhu tubuh
/ lipatan paha
24
105x/menit,
Pemberian cairan IV sangat
suhu 36-37oC
peting bagi pasien yang
Berikan cairan tambahan
dehidrasi untuk mengganti
3. Haluaran urine infus RL N 15 tetes/menit
kebutuhan volume cairan yang
normal 1.400
hilang
1.500 ml/hari
25
5. Pasien tidak
4. Diagnosa Keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan cairan dirongga pleura (effusi pleura).
Observasi terhadap
Untuk mengetahui sedini mungkin
Kriteria Hasil : pernapasan cuping
adanya sesak napas sehingga dapat
hidung, retraksi atau
1. Pasien dilakukan tindakan secepat mungkin
sianosis
memperlihatkan
frekuensi Posisi kepala tinggi memungkinkan
pernapasan yang Tinggikan kepala dan pengembangan paru dan memudahkan
efektif dan bantu mengubah pernapasan diafragma, pengubahan
mengalami posisi posisi meningkatkan pengisian udara
pertukaran gas segmen paru
pada paru
Auskultasi bunyi Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas
2. Pasien tidak nafas dan catat adanya atau kegagalan pernapasan sehingga
merasakan sesak bunyi nafas ronchi dapat dilakukan tindakan dengan cepat
nafas lagi
3. RR pasien
normal Terapi pengobatan diperlukan /
25x/menit Berikan terapi sesuai
diindikasikan bila terjadinya bronko
program
spasme
4. Hilangnya suara
ronchi pada
pasien
26
Tujuan Intervensi Rasional
27
Tidak terjasi syok Untuk memonitor kondisi
hipovolemik Monitor keadaan umum pasien selama perawatan
pasien, observasi tingkat terutama saat terjadi
kesadaran pasien perdarahan, perawat segera
mengenali syok
Kriteria Hasil :
Pemberian posisi
1. Volume cairan trendelenberg yang Untuk meningkatkan arus
tubuh kembali dimodifikasi dengan balik vena yang dipengaruhi
normal meninggikan tungkai pasien oleh gaya gravitasi, hal ini
sekitar 20 derajat, lutut berfungsi untuk redistribusi
2. Kesadaran diluruskan, dan kepala cairan
composmentis dinaikkan
28
terhadap perdarahan
didalamnya
Untuk menambah
Memberikan transfusi darah kekurangan darah yang
sesuai indikasi hilang akibat perdarahan
yang berkelanjutan
3.5 Evaluasi
2. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DHF adalah penyakit yang banyak menyerang anak dan remaja serta
secara seringkali menjadi penyebab kematian. Penderita yang mengalami
DHF biasanya menunjukkan gejala klinik seperti panas tinggi (2-7hari),
tampak bintik-bintik merah dibawah kulit, mual dan nyeri abdomen. Pada
kondisi yang lebih lanjut sering kali penderita mengalami perdarahan berupa
epitaksis, hematemesis, dan melena serta tidak jarang pula penderita sampai
mengalami Dengue Shock Syndrom (DSS). Virus Dengue masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan
demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit
kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan
berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. WHO (1975)
membagi DHF dalam 4 derajat : derajat I, derajat II, derajat III dan derajat IV.
30
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak . Salemba Medika
: Jakarta
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak.
Salemba Medika : Jakarta
Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak . CV Sagung Seto : Salemba
Medika
Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K). (2012). Diagnosis Laboratoris DBD Terkini.
Retrieved from http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_DIAGNOSIS%
20LABORATORIS%20DBD%20TERKINI_1778_1843
Lynda Juall Carpenito Monyet. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan 13th Ed.
ECG : Jakarta
31
WOC
Viremia
Proses Peradangan
32