Anda di halaman 1dari 13

RESPONSIBANK

Responsibank adalah sebuah perangkat penilaian bank sebagai lembaga keuangan yang
mempertimbangkan aspek sosial, hak asasi manusia dan lingkungan hidup dalam tindakan
bisnis mereka, termasuk didalamnya investasi yang mereka lakukan, sehingga tujuan utama
sebuah bank tidak hanya keuntungan semata namun juga selalu mempertimbangkan unsur-
unsur people, planet, profit .1 Perangkat Responsibank dilaksanakan berdasarkan Panduan
Pemeringkatan Responsibank yang pertama kali diinisiasi oleh kelompok masyarakat sipil di
Indonesia yang bernama Koalisi Responsibak Indonesia.2 Panduan ini digunakan untuk menilai
apakah bank telah mengakomodasi isu-isu sosial, hak asasi manusia dan lingkungan hidup
dalam menjalankan kegiatan pemberian pinjaman dan investasi. Panduan ini menilai bank
berdasarkan materi yang dipublikasikan oleh bank setiap tahunnya, misalnya Laporan Tahunan
maupun Laporan Keberlanjutan.3 Panduan ini pertama kali diinisiasi oleh Oxfam Novib pada
tahun 2009 di Belanda dengan nama Fair Bank Guide, inisiatif ini kemudian berkembang ke
Brazil pada tahun 2010 dan diterapkan secara internasional pada tahun 2013.4

Koalisi Responsibank Indonesia adalah bagian dari jaringan Global Fair Finance International
yang saat ini berada di 7 negara yakni, Belanda, Belgia, Brazil, Indonesia, Jepang, Prancis dan
Swedia.5 Jaringan ini terdiri dari organisasi-organisasi masyarakat sipil di Negara-neraga
tersebut yang peduli terhadap peranan industri keuangan dalam pembangunan berkelanjutan
dan pengurangan kemiskinan di negaranya masing-masing dan di dunia secara umum.6

Di Indonesia, Koalisi Responsibank terdiri atas berbagai organisasi masyarakat sipil yang
memiliki kepedulian terhadap isu-isu dan sektor-sektor yang dibiayai oleh industri keuangan,

1
Responsibank, http://responsibank.id/tentang-kami/, diakses tanggal 18 April 2016

2
Ibid.

3
Ibid.

4
Ibid.

5
Ibid.

6
Ibid.
isu-isu tersebut adalah isu kemiskinan, lingkungan hidup, industri ekstraktif, korupsi dan
sumber daya alam, dan khusunya adovokasi terhadap hak-hak konsumen.7

Adapun anggota dari Koalisi Responsibank Indonesia saat ini adalah Perkumpulan Prakarsa,
INFID (International NGOs Forum for Indonesian Development), PWYP (Publish What You
Pay) Indonesia, YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan masih terbuka kepada
pihak lain yang memiliki kepedulian yang sama untuk menjadi anggota.

Dalam hal melakukan penilaian terhadap bank, dikenal yang namanya Perangkat Assessment
Responsibank. Perangkat ini menilai kebijakan investasi bank/ lembaga keuangan dalam
beberapa tema terkait isu sosial, HAM dan lingkungan hidup yang dianggap penting untuk
diperhatikan leh bank. Secara umum, ada beberapa tema dan sector yang dinilai. Adapun isu
atau tema yang dinilai adalah: perubahan iklim; HAM; hak-hak pekerja; remunisasi;
perpajakan dan korupsi; transparansi dan akuntabilitas; dan keanekaragaman hayati.8 Adapun
sector-sektor yang dinilai adalah: persenjataan; pengan; kehutanan; pertambangan; minyak
bumi dan gas; dan pembangkit listrik.9

Penyusunan Perangkat ini berdasarkan beberapa kesepakatan internasional antara lain:

1. The Equator Principles;


2. EU Code of Conduct for Arms Export;
3. Extractive Industries Transparency Initiative;
4. IFC Environmental, Health, and Safety Guideliness;
5. IFC Performance Standards;
6. International Council on Mining and Metals;
7. OECD Due Diligence Guidance for Responsible Supply Chains of Minerals from
Conflict-Affected and High-Risk Areas;
8. OECD Guidelines for Multinational Enterprise;
9. Rio Declaration;
10. UN Global Compact;
11. UN Guiding Principles on Business and Human Rights;

7
Ibid.

8
Responsibank Indonesia Final Buklet, h.4

9
Ibid, h.5
12. WWF Gold Standard.

Penyusunan tersebut disesuaikan dengan kesepakatan koalisi dimasing-masing Negara, selain


itu Perangkat ini juga mengacu pada beberapa banyak prinsip dan kesepakatan internasional
lainnya, seperti standar-standar industry tertentu dan keberlanjutan serta sertifikasi-sertifikasi
yang telah banyak diterapkan di industri tertentu.10

Penilaian yang dilakukan ditentukan dengan cara membagi jumlah elemen assessment, skor
tersebut dihitung dengan membagi jumlah elemen assessment dengan total jumlah elemen yang
dinilai, hasilnya dikalikan dengan 10 dan kemudian dibulatkan ke angka antara 1 dan 10, jika
skor lebih rendah dari 1 maka dibulatkan menjadi 1.11 Penilaian terhadap bank oleh
Responsibank dilakukan satu kali dalam satu tahun. Hasil dari penilaian yang dilakukan oleh
Responsibank dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat melalui website Responsibank

Setelah melakukan penilaian, Responsibank mengirimkan hasil penilaian kepada


bank/lembaga keuangan dan memberikan kesempatan lembaga yang bersangkutan untuk
memberikan masukan atau sanggahan atas hasil penilaian yang ada.12 Responsibank melalui
websitenya memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan Responsibank. Adapun bentuk tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah
melakukan pemeriksaan apakah bank yang bersangkutan transparan dan memilik kebijakan
investasi yang bertanggung jawab pada tema-tema yang dinilai pada panduan ini dengan cara
membandingkan skor bank yang diinginkan.13 Selain itu masyarakat juga secara langsung
dapat memberikan keluhan atau proses bahkan pujian langsung kepada bank yang
bersangkutan melalui website Responsibank.14

Extractive Industries Transparency Initiatives (EITI)

EITI dibentuk pada tahun 2002 sebagai bentuk inisiatif multi-stakeholder secara sukarela untuk
industri ekstraktif dimana menyatukan pemerintah, industri dan masyarakat sipil. Yang

10
Ibid, h.6

11
Ibid, h.7

12
Ibid, h.9

13
Responsibank Indonesia, http://responsibank.id/banks/ambil-tindakan/, diakses tanggal 18 April 2016

14
Ibid.
termasuk di dalamnya adalah industri minyak, gas bumi, mineral dan batubara15 Tujuan
dibentuknya EITI adalah untuk menciptakan sebuah standar transparansi global pada semua
kegiatan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ekstraktif kepada
pemerintah negara yang memiliki sumber daya alam dan untuk melakukan cross-check
terhadap semua pendapatan pemerintah yang diterima dari perusahaan-perusahaan.

Menurut World Bank, masalah pengelolaan sumber daya alam mempengaruhi setengah dari
penduduk dunia, hal ini disebabkan karena 3,5 miliar orang hidup di negara-negara penghasil
minyak, gas dan sumber daya mineral yang berlimpah.16 Di beberapa negara berkembang yang
memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, pendapatan utama dari industri
ekstraktif hilang seketika untuk digunakan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dan
pengurangan kemiskinan, hal ini disebabkan karena tata kelola industri ekstraktif yang buruk,
korupsi, tidak bayar pajak, penggelapan, bahkan konflik kekerasan.17 Hilangnya dana yang
dihasilkan tersebut diperkirakan setara dengan sepuluh kali bantuan OECD dalam countries
official development assistance (ODA) yang diberikan kepada negara-negara berkembang.18

EITI menjadi salah satu upayan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan sumber daya alam (minyak, gas, dan pertambangan) di negara-negara berkembang
sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang bias terjadi.19 Dengan adanya kampanye
Publish What You Pay mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair meluncurkan gagasan
untuk menciptakan sebuah standar sukarela transparansi global di World Summit 2002 tentang
Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg, Afrika Selatan.20 Dengan latar belakang
semangat pemberantasan korupsi dan meningkatkan transparansi maka dibuatlah Evian Action
Plan 2003, EITI secara resmi didirikan pada koneferensi pertama di London pada tanggal 17
Juni 2003.21

15
Grieger Gisela, The Extractive Industries Transparency Initiative: state of play, European Parliamentary
Research Service, 2014, h.1.

16
Ibid, h.2.

17
Ibid.

18
Ibid.

19
Ibid.

20
Ibid.

21
Ibid.
Hingga saat ini terdapat 51 negara yang mengimplementasikan prinsip-prinsip EITI tapi belum
tunduk pada ketentuan EITI, 31 negara tunduk pada ketentuan EITI dan 47 negara telah
mempublikasikan hasil pendapatan, selain itu telah terdapat 288 laporan EITI yang total
keseluruhan yakni USD 1.891 Triliun penghasilan negara dari minyak, gas, dan
pertambangan.22 Adapun tahap-tahap dan persyratan untuk sebuah negara untuk bisa
menerapkan prinspi-prinsip EITI adalah terdiri dari beberapa tahap, pertama adalah tahap
pengajuan permohonan untuk pencalonan EITI hingga tahap akhir untuk mempertahnkan
status sebagai compliant state, adapun syarat pendaftaran tersebut adalah:23

1. Pemerintah diharuskan untuk memberikan pernyataan publik yang jelas mengenai


keinginannya untuk menerapkan EITI.
2. Pemerintah dituntut untuk berkomitmen untuk bekerja dengan masyarakat sipil dan
perusahaan dalam penerapan EITI.
3. Pemerintah diwajibkan untuk menunjuk individu senior untuk memimpin pada
penerapan EITI.
4. Pemerintah wajib membentuk kelompok multi-stakeholder untuk mengawasi
penerapan EITI.
5. Kelompok multi-stakeholder, berkonsultasi dengan pemangku kepentingan utama EITI
harus menyepakati dan mempublikasikan rencana kerja dan anggaran, yang mencakup
target yang terukur, jadwal pelaksanaan, dan dengan memasukkan kajian atas potensi
kendala kapasitas.

Persyaratan Persiapan:24

6. Masyarakat sipil sepenuhnya terlibat dalam proses ini secara mandiri, aktif, dan efektif.
7. Pemerintah wajib melibatkan perusahaan dalam penerapan EITI.
8. Pemerintah diharuskan menghapus semua hambatan terhadap penerapan EITI.
9. Kelompok multi-stakeholder harus menyetujui ide akhir dari apa yang dianggap
subtantif dan bentuk pelaporan.

22
EITI Countries, https://eiti.org/countries, diakses tanggal 18 April 2016
23
Using EITI policy Reform: Revenue Watch Institute Guide to The EITI Standard, Revenue Watch Institute,
2014

24
Ibid.
10. Organisasi yang ditunjuk untuk menghasilkan laporan rekonsiliasi EITI harus
dipercaya oleh kelompok multi-stakeholder sebagai organisasi yang kredibel, dapat
dipercaya dan memiliki kompetensi teknis.
11. Pemerintah perlu untuk memastikan bahwa semua perusahaan dan entitas pemerintah
yang relevan memberikan laporan.
12. Pemerintah diwajibkan untuk memastikan bahwa laporan perusahaan didasarkan pada
standar audit internasional.
13. Pemerintah perlu memastikan bahwa laporan pemerintah didasarkan pada standar audit
internasional.

Persyaratan disclosure: 25

14. Perusahaan mengungkapkan secara lengkap semua pembayaran material sesuai dengan
template pelaporan yang disepakati.
15. Instansi Pemerintah mengungkapkan secara lengkap seluruh pendapatan material
sesuai dengan template pelaporan yang disepakati.
16. Kelompok multi-stakeholder harus puas bahwa organisasi yang dikontrak untuk
merekonsiliasi angka dari perusahaan dan pemerintah telah melakukannya dengan
memuaskan.
17. Rekonsiliator harus memastikan bahwa Laporan EITI bersifat komprehensif,
mengidentifikasi semua perbedaan, jika mungkin menjelaskan perbedaan tersebut, dan
bila perlu membuat rekomendasi untuk tindakan perbaikan yang harus diambil.

Persyaratan Diseminasi:26

18. Pemerintah dan kelompok multi-stakeholder harus memastikan bahwa Laporan EITI
mudah dipahami dan dapat diakses publik sedemikian rupa untuk mendorong agar
temuan laporan tersebut berkontribusi dalam debat umum.

Persyaratan Kajian dan Validasi:27

19. Perusahaan minyak, gas dan pertambangan harus mendukung penerapan EITI.

25
Ibid.

26
Ibid.

27
Ibid.
20. Pemerintah dan kelompok multi-stakeholder harus mengambil langkah-langkah untuk
bertindak berdasarkan hikmah yang diperoleh, menyelesaikan perbedaan dan
memastikan bahwa penerapan EITI dilakukan secara berkelanjutan. Negara yang
menerapkan EITI wajib menyampaikan laporan Validasi sesuai dengan tenggat waktu
yang ditetapkan oleh Dewan.

Persyaratan untuk mempertahankan status sebagai Compliant State:28

21. Negara harus menjaga kepatuhan terhadap semua persyaratan untuk mempertahankan
status Patuh.

Negara yang memilik status sebagai compliant states harus mematuhi beberapa prinsip-prinsip
utama EITI, adapun prinsip-prinsip utama dari EITI adalah:29

1. memiliki keyakinan yang sama bahwa penggunaan yang bijak atas kekayaan sumber
daya alam harus menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dan
pengurangan kemiskinan, yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menciptakan
dampak ekonomi dan sosial yang negatif;
2. Menegaskan bahwa pengelolaan kekayaan sumber daya alam untuk kepentingan warga
suatu negara berada dalam ranah pemerintah berdaulat yang dilaksanakan untuk
kepentingan pembangunan nasional mereka;
3. Menyadari bahwa manfaat dari ekstraksi sumber daya merupakan arus pendapatan
selama bertahun-tahun dan dapat sangat tergantung pada harga;
4. Menyadari bahwa pemahaman publik atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah dari
waktu ke waktu dapat membangun debat publik dan memberi informasi atas opsi yang
sesuai dan realistis untuk pembangunan berkelanjutan;
5. Menggarisbawahi pentingnya transparansi pemerintah dan perusahaan dalam industri
ekstraktif dan perlunya meningkatkan pengelolaan keuangan publik dan akuntabilitas;
6. Menyadari bahwa pencapaian transparansi yang lebih besar harus diletakkan dalam
konteks yang menghormati kontrak dan hukum;

28
Ibid.

29
The EITI Standard: Requirements for EITI Implementing Countries, 2016
7. Menyadari bahwa transparansi keuangan dapat meningkatkan iklim investasi domestik
maupun asing;
8. Percaya pada prinsip dan praktek akuntabilitas oleh pemerintah kepada semua warga
negara untuk mengelola aliran pendapatan dan belanja publik;
9. Berkomitmen untuk mendorong penerapan standar yang tinggi terkait transparansi dan
akuntabilitas dalam kehidupan publik, aktivitas pemerintah, dan dalam bisnis;
10. Percaya bahwa dibutuhkan pendekatan yang konsisten dan bisa diterapkan, yang secara
sederhana dapat dilakukan dan digunakan, untuk keterbukaan pembayaran dan
pendapatan di industri ekstraktif;
11. Percaya bahwa keterbukaan atas pembayaran di suatu negara harus melibatkan semua
perusahaan industri ekstraktif yang beroperasi di negara tersebut;
12. Pencari solusi, kami percaya bahwa semua pemangku kepentingan termasuk
pemerintah dan institusinya, perusahaan industri ekstraktif, perusahaan jasa, organisasi
multilateral, organisasi keuangan, investor, dan organisasi non-pemerintah memiliki
kontribusi penting dan relevan.

Adapun hal-hal yang harus dilaporkan dalam laporan EITI adalah semua pembayaran material
dari minyak gas dan pertambangan kepada pemerintah; pendapatan material yang diperoleh
pemerintah dari perusahaan minyak gas dan pertambangan; hak produksi pemerintah tuan
rumah, misalnya, bagi hasil keuntungan minyak; hak produksi perusahaan milik negara;
keuntungan pajak; royalty; dividen; bonus (seperti bonus penandatanganan, penemuan,
produksi); dan biaya lisensi, biaya sewa, biaya masuk dan biaya yang diterima pemerintah
sebagaimana disepakati oleh kelompok multi-stakeholder.30

Negara yang mengimplementasikan prinsip-prinsip EITI diwajibkan untuk membuat laporan


EITI pertama dalam jangka waktu 18 bulan dihitung sejak pertama kali diakui oleh EITI,
setelahnya, negara yang mengimplementasikan diharapkan untuk membuat laporannya setiap
tahun.31 Laporan EITI harus mencakup data yang tidak melebihi dua periode akuntansi terakhir
(misalnya, sebuah Laporan EITI diterbitkan dalam kalender / tahun buku 2010 paling lambat
harus didasarkan pada data kalender / tahun keuangan 2008).32 Jika Multi-Stakeholder

30
Revenue Watch Institute, Op.Cit., h. 20

31
The EITI Standard: Requirements for EITI Implementing Countries, 2016

32
Revenue Watch Institute, Op.Cit., h.16
melakukan hal yang berbeda dari norma ini, hal ini harus jelas ditunjukkan dalam rencana kerja
EITI beserta alasannya yang dikomunikasikan kepada Dewan EITI. 33 Negara-negara yang
belum menerbitkan laporan selama lebih dari dua tahun dapat dikenakan mekanisme
penghentian sementara yang ditetapkan dalam Catatan Kebijakan.34 Dalam hal pelaporan EITI
terlambat secara signifikan, kelompok multi-stakeholder harus mengambil langkah-langkah
untuk memastikan bahwa Laporan EITI diterbitkan untuk periode-periode pelaporan tersebut
sehingga setiap tahun dalam rangkaian tersebut harus dilaporkan.35

Dewan EITI menganalisa laporan akhir melalui validasi dan memutuskan status dari negara
tersebut.36 Dalam hal Laporan Validasi akhir tidak menjabarkan informasi yang rinci mengenai
pemenuhan akan Persyaratan EITI, Dewan akan menugaskan Sekretariat Internasional untuk
memberi informasi tambahan. Dalam semua keputusan terhadap Validasi, Dewan
menempatkan prioritas terhadap kebutuhan akan perlakuan yang setara antar negara dan
kebutuhan untuk melindungi integritas nama EITI.37

Communication on Progress (COP) United Nations Global Compact

Communication on Progress adalah laporan tahunan secara terbuka yang dilakukan oleh pelaku
bisnis anggota UNGP kepada stakeholders sebagai bentuk upaya dalam mengimplementasikan
prinsip-prinsip dalam United Nations Global Compact.38 Sebagai bentuk integritas utama
UNGP, COP bertujuan untuk melayani melalui wadah penyediaan informasi terkait kinerja

33
Ibid.

34
Ibid.

35
Ibid.

36
Ibid., h.40

37
Ibid.
38
UN Global Compact Policy on Communicating Progress,
https://www.unglobalcompact.org/docs/communication_on_progress/COP_Policy.pdf, h.1, diakses tanggal 19
April 2016
berkelanjutan, disaat yang bersamaan COP dapat menjadi alat yang efektif dalam dialog dan
sharing antar stakeholders dalam menentukan praktik bisnis yang terbaik.39 Sebagai dokumen
publik, COP merupakan wujud komitmen perusahaan dalam hal transparansi dan
akuntabilitas.40 Apabila sebuah perusahaan gagal dalam mengumpulkan COP pada website
UNGC, maka akan beraikbat pada perubahan status perusahaan dan dapat berakhir pada
pemberhentian perusahaan menjadi anggota.41 COP memudahkan semua stakholder untuk
mendapatkan informasi terkait kinerja keberlanjutan sebuah perusahaan.42

Adapun hal-hal yang paling minimal wajib ada dalam COP adalah:

1. Sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa akan melanjutkan mendukung UNGC dan
memperbarui komitmen keanggotan dalam hal inisiatif dan prinsip-prinsip yang
diterapkan;
2. Deskripsi tindakan yang telah atau akan dilakukan, misalnya kebijakan yang relevan,
prosedur-prosedur, dan kegiatan-kegiatan lainnya, sebagai wujud implementasi
prinsip-prinsip UNGC dalam empat area isu utama, apabila perusahaan tidak
melaksanakan salah stau dari isu utama tersebut maka harus disertakan dalam laporan
alasan apa yang menyebabkan tidak terpenuhinya prinsip tersebut;
3. Pengukuran hasil dari apa yang dilakukan, misalnya tingkat tercapainya target,
indikator keberhasilan, atau hasil kualitatif kuantitaf lainnya.43

Para pelaku bisnis wajib mengumpulkan laopran COP pertama terhitung satu tahun setelah
menjadi anggota UNGC, dan selanjutnya menjadi laporan tahunan.44 Status anggota wajib
laporan COP dibagi menjadi dua, pertama status active dimana syarat-syarat yang harus ada
dalam COP terpenuhi, kedua adalah status advanced dimana anggota memenuhi semua
persyaratan serta terpenuhinya beberapa kriteria tambahan yakni mengimplementasikan 10
prinsip-prinsip UNGC dalam strategi dan pelaksanaan bisnis, malukan tindakan untuk
mendukung keberluasan tujuan PBB dan isu-isu utama; corporate sustainablity governence

39
Ibid.

40
Ibid.

41
Ibid.

42
Ibid.

43
Ibid, h.2.

44
Ibid.
dan kepemimpinan, apabila hal-hal tersebut terpenuhi maka status anggota menjadi
advanced.45

Apabila anggota tidak memenuhi syarat-syarat yang wajib ada dalam COP maka akan diberi
waktu 12 bulan untuk memenuhi semua persyaratan yang ada dan mengumpulkan laporan COP
yang baru, selama jangka waktu tersebut, anggota akan mendapatkan pelatihan khusus dan
dukungan serta bantuan dari Global Compact Office.46 Dalam hal anggota tidak
mengumpulkan laporan COP tepat waktu, maka status yang diberi adalah non-communicating,
apabila non-communicating gagal untuk mengmpulkan laporan COP dan gagal memnuhi
semua persyaratan selama jangka waktu satu tahun sejak statusnya menjadi non-
communicating, maka akan dikeluarkan dari keanggotaan Global Compact, apabila anggota
terebut ingin masuk kembali, maka harus memberi pernyataan inisiatif.47

LAPORAN CSR OLEH PERUSAHAAN

Menurut Peraturan OJK tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik
menyebutkan bahwa Direksi Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyusun laporan
tahunan.48 Laporan tahunan tersebut wajib memuat:

a. ikhtisar data keuangan penting;

b. laporan Direksi;

c. laporan Dewan Komisaris;

d. profil Emiten atau Perusahaan Publik;

e. analisis dan pembahasan manajemen;

f. tata kelola Emiten atau Perusahaan Publik;

g. tanggung jawab sosial dan lingkungan Emiten atau Perusahaan Publik;

45
Ibid.

46
Ibid.

47
Ibid, h.3

48
Pasal 1 (1) Peraturan OJK
h. laporan keuangan tahunan yang telah diaudit; dan

i. surat pernyataan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris tentang tanggung jawab atas
kebenaran isi laporan tahunan.49

Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 4 (empat) bulan setelah tahun buku
berakhir.50 Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK ini tidak
dilaksankan oleh perusahaan maka akan dikenakan sanksi administrasi sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 17. Laporan tahunan yang dibuat oleh perusahaan bersifat terbuka,
dimana wajib dimuat dalam Situs Web Emiten atau Perusahaan Publik dalam jangka waktu
tertentu bersamaan dengan penyampaian laporan tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan.51

Aturan lain mengenai laporan CSR ini disebutkan dalam Perauran Pemerintah Nomor 47
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, yang
menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS.52

Dari dua ketentuan aturan diatas dapat dilihat bahwa perusahaan wajib melakukan tanggung
jawab sosial dan lingkungan serta melaporkannya dalam bentuk laporan tahunan kepada
Otoritas Jasa Keuangan (khusus untuk Perusahaan Terbuka) dan dipertanggungjawabkan
dalam RUPS.

49
Pasal 3 Peraturan OJK

50
Pasal 6 Peraturan OJK

51
Pasal 14 (1) & (2) Peraturan OJK

52
Pasal 6 PP TJSL

Anda mungkin juga menyukai