PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman
modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk transformasi
dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik
dengan harapan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Modernisasi
mencakup banyak bidang, contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi.
Perkembangan teknologi informasi saat ini merupakan dasar untuk
mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu negara
didasarkan atas seberapa jauh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh
negara tersebut. Hal ini sangat beralasan dikarenakan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dasar dari setiap aspek kehidupan manusia.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang hidup dalam lingkungan
global, maka mau tidak mau juga harus terlibat dalam maju mundurnya penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri. Sebagai
negara yang masih berkembang, Indonesia dianggap belum terlalu maju dalam
penguasaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi, masyarakat
Indonesia sangat antusias terhadap perkembangan teknologi informasi yang semakin
menjamur. Terlebih lagi dengan bermunculan banyaknya sosial media yang
mengandalkan jaringan internet.
Dengan kemajuan teknologi infromasi yang semakin cepat dan menjamur
dikalangan masyarakat lupa akan aturan-aturan yang harus ditaati dan mencakup etika
dalam berinformasi di jejaring sosial. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
merumuskan dan menerbitkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektorink
(UU ITE) yang akan membantu warga Indonesia dalam membatasi penggunaan,
mengakses internet dengan sebaik-baiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
Terlihat bahwa ternyata yang berusaha dilindungi oleh UU ini juga dianggap
sebagai bagian yang perlu direvisi. Beberapa pihak, khususnya kolumnis, blogger, dan
sejenisnya merasa bahwa pasal tersebut mengancam kebebasan berpendapat dan
berekspresi. Bahkan sebelum disetujui, pasal 27 ayat 3 ini dipermasalahkan juga oleh
Dewan Pers diajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
a. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan
konvensional (tinta basah dan bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework
Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).
b. Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam KUHP.
c. UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang
berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di
Indonesia.
d. Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
e. Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37):
Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan).
Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan).
Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Teror)
Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)
Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)
Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)
Pasal 33 (Virus, DoS)
Pasal 35 (Pemalsuan Dokumen Otentik / phishing)