Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan

Keberagaman Indonesia

Disusun Oleh:

Muhamad Alfauziya - F1D016044

ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2017
1
BAB I

PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya; suku, bahasa dan

adat istiadat dan sumber daya alam yang melimpah. Merupakan negara yang elok

dan indah, negara yang menarik mata berjuta manusia di muka bumi. Di balik

keindahan negaranya, Indonesia, yang merupakan sebuah negara yang sedang

berkembang, tentu memiliki segudang masalah yang belum terselesaikan dengan

tuntas. Dinamika politik, ideologi, ekonomi, demografi, sosial budaya dan

pertahanan keamanan menjadi momok menakutkan bagi Indonesia dan tidak

memungkinkan untuk menyurutkan semangat generasi muda untuk turut

menyelesaikan masalah ini. Terutama masalah politik dan ideologi yang lebih

banyak melibatkan pemikiran-pemikiran dan wawasan kebangsaan yang luas, tentu

akan lebih sulit dan mungkin menjadi masalah yang tidak pernah terpecahkan.

Masalah ideologi di Indonesia memang sangat kompleks dan rumit. Tidak

sembarang warga negara dapat turut membantu dan berkontribusi di dalamnya.

Ideologi membutuhkan pemikiran dan wawasan yang rasional dan sesuai dengan

fakta yang terjadi di lapangan. Setiap butir pemikiran akan menjadi bahan

pertanyaan; mengapa seperti ini, bagaimana bisa seperti ini, apa alasannya bisa

seperti ini dan sebagainya. Dan belum tentu pemikiran setiap manusia sama, dari

dua ratus juta penduduk Indonesia tentu tidak ada satu pun yang memiliki pemikiran

yang benar-benar sama dengan penduduk lainnya, oleh karena itulah penyatuan

pemikiran dan ide di Indonesia merupakan hal yang terbilang cukup sulit karena

harus menyesuaikan banyak pemikiran. Setiap pemikiran harus dipertanggung

jawabkan oleh penyalur pemikiran atau ide tersebut. Karena hal-hal itulah, mungkin
2
masyarakat di Indonesia lebih memilih menjadi buta ideologi daripada harus

memiliki aspirasi dan pemikiran, lalu tidak ada yang memperhatikan aspirasi atau

pemikiran tersebut dan akhirnya menjadi sia-sia.

Bila pemikiran tentang ideologi seperti yang telah penulis singgung diatas

masih diimplementasikan oleh warga negara di Indonesia khususnya generasi muda,

tentu bangsa kita tidak akan pernah mengalami kemajuan. Bangsa yang maju adalah

bangsa yang berani mengambil resiko. Dengan generasi muda terus mempelajari

ideologi, minimal ideologi bangsanya sendiri bukan tidak mungkin Indonesia akan

menjadi negara yang lebih kuat. Dan langkah awal untuk membuat agar warga

negara Indonesia memiliki pemikiran berani dan terbuka adalah dengan

memperkenalkan ideologi itu sendiri. Ideologi memang harus rasional dan dapat

dipertanggung jawabkan, namun bukan berarti pemikiran atau ide yang keluar dari

seseorang akan terus diperdebatkan dan dipertanyakan. Bukan berarti ideologi itu

salah, karena tidak ada yang salah dengan pendapat seseorang.

Penulis mengangkat topik ini karena permasalahan buta ideologi di

Indonesia dikhawatirkan akan mengancam keberadaan dan keeksisan ideologi

negara kita sendiri, Pancasila, khususnya bila itu terjadi pada generasi muda.

Penulis mencoba mengangkat topik ini dalam kemasan sebuah kasus yang lebih

dapat dicerna untuk semua kalangan, karena harus diakui apabila kita

membicarakan ideologi tanpa ada contoh dan bukti yang konkret dan nyata hasilnya

akan sia-sia. Penulis memang tidak menjelaskan dan menjabarkan pengertian

ideologi, macam-macam ideologi dan sebagainya, namun diharapkan dengan

contoh kasus yang penulis angkat akan membuka mata para pembaca agar menjadi

melek ideologi.
3
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita mendapat masalah bagaimana

1.3 Tujuan Penulisan


4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Buta Ideologi di Indonesia

Indonesia berideologikan Pancasila, yang berisi lima sila dasar yang

mencerminkan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Nama Pancasila

terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau

asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila

adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan

Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar

1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang

berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun

1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Warga negara Indonesia sudah sepatutnya mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Namun dalam kenyataannya di

lapangan, banyak masyarakat yang tidak melakukannya, bahkan tidak mengenal

dengan baik Pancasila itu sendiri dan nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Itulah

yang menjadi awal permasalahan ideologi di Indonesia. Pemikiran yang tertutup

dan cenderung apatis terhadap jati diri bangsanya sendiri akan menjadi bumerang

dan akan membuat Indonesia semakin terpuruk. Pemikiran bahwa ideologi itu

hanya untuk kalangan elit juga dapat memperparah keadaan, karena pemikiran

semacam itu akan membuat seolah-olah semuanya urusan politik dan ideologi
5
hanya dapat ditanggulangi oleh kalangan elit politik. Masyarakat tidak akan peduli

dan bukan tidak mungkin jika kalangan elit politik tidak mengindahkan amanah

masyarakat untuk mengurus dan memperbaiki ideologi bangsa. Bukti konkret

yang terjadi saat ini, korupsi, misalnya. Selain karena petinggi politik yang terlibat

tidak bertanggung jawab, masyarakat juga turut membantu petinggi yang terlibat

tersebut untuk korupsi karena keapatisannya tentang politik dan ideologi, tentang

apa yang terjadi dengan negaranya. Lagi-lagi, kembali ke awal, masalahnya ada

pada ketidakpahaman masyarakat Indonesia tentang ideologi bangsanya sendiri.

Hal yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi buta ideologi

ini adalah dengan memperkenalkan tentang ideologi kepada masyarakat dengan

cara dan kemasan yang lebih mudah dicerna. Politik dan ideologi memang identik

dengan istilah rumit. Bila para pendidik dapat menjelaskannya dengan bahasa yang

sederhana, kemungkinan besar masyarakat akan mulai mengerti dan memahami

tentang ideologi dan akan menghubungkan teori tersebut dengan masalah yang

dihadapi Indonesia saat ini.

2.2 Ideologi ISIS dan Penolakannya di Indonesia

ISIS merupakan ideologi baru yang mengkhawatirkan masyarakat dunia

karena perilaku radikalnya yang tidak kenal belas kasihan. Ada yang berpendapat

bahwa ISIS adalah hal yang benar karena membela Islam, ada pula yang

menyatakan bahwa ISIS adalah ideologi yang dapat memusnahkan umat manusia

di muka bumi, oleh karena itu harus segera disingkirkan. Saat ini, ISIS dikabarkan

menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai negara yang memiliki

penduduk beragama Islam paling banyak. Seperi yang dikutip dari bbc.co.uk, di

Indonesia, sejauh ini telah ada bentuk dukungan oleh sejumlah warga Indonesia

terhadap ideologi dan aksi kelompok ISIS. Hal ini ditandai aksi bai'at atau sumpah
6
yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat di sejumlah tempat di

Indonesia termasuk di sebuah kampus di Ciputat, Propinsi Banten. Beberapa aksi

massa di Jakarta juga sempat diwarnai pengibaran bendera ISIS. Ada pula sejumlah

situs internet yang menyatakan terang-terangan mendukung kelompok militan

Islam tersebut. Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir disebut-sebut pula

menyatakan dukungannya kepada ISIS, walaupun belakangan ini diragukan oleh

Pemerintah Indonesia.

Untungnya, pemerintah Indonesia menyatakan untuk menolak ideologi

yang diusung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, alias ISIS dan

melarang pengembangan ideologinya di Indonesia. Dikutip dari bbc.co.uk,

leputusan menolak faham ISIS diputuskan dalam rapat kabinet yang dipimpin

Presiden Yudhoyono, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan

dari Kantor Kepresidenan, Senin (04/08) sore.

Pemerintah Indonesia menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama

melainkan ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi

Pancasila. Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya, beragam

agama, bila Indonesia turut mendukung gerakan ISIS yang mengatasnamakan

agama, maka tindakan Indonesia ini akan dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai

luhur Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa mewakili seluruh

agama yang ada di Indonesia mulai dari Islam, Kristen, Budha, Hindu hingga

Katholik dan mewakili masyarakat Indonesia yang bertuhan dan menjunjung tinggi

apa yang dianutnya, menjunjung tinggi keberadaan agama lain dan tidak

melakukan diskriminasi terhadap kaum agama minoritas.

Dalam bagian lain keterangannya, Menkopolhukam Joko Suyanto

mengatakan, pemerintah Indonesia akan memblokir situs-situs yang isinya


7
menyebarkan faham gerakan ISIS, termasuk tayangan video di Youtube.

Pemerintah Indonesia menurut Joko, akan menggelar pula operasi hukum terhadap

pendukung ISIS yang terbukti melakukan kekerasan. Operasi keimigrasian juga

akan digelar untuk mencegah warga Indonesia yang akan bepergian khususnya ke

daerah konflik di Timur Tengah atau maupun ke Asia Selatan.

Namun, walaupun pemerintah telah berupaya keras mencegah agar ISIS

tidak menyebar di Indonesia, akses informasi saat ini yang kian canggih akan

memudahkan untuk masyarakat Indonesia yang menginginkan untuk bergabung

dengan ISIS. Kemungkinan buruk yang dapat terjadi adalah adanya sekolompok

masyarakat yang benar-benar sudah menjadi anggota ISIS lalu melakukan

perekrutan secara sembunyi-sembunyi di Indonesia. Solusinya selalu kembali lagi

dari awal, yaitu keteguhan masyarakat Indonesia untuk mempertahankan ideologi

Pancasila yang dianutnya.

2.3 Ideologi ISIS Mengancam Keberagaman Indonesia

Dikutip dari beritasatu.com, ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait

Indonesia, Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa ISIS adalah ideologi yang tidak

pro demokrasi dan keberagaman. ISIS hendak merubah ideologi dengan kekerasan,

ISIS tidak setuju dengan demokrasi karena asalnya dari barat. Menurut beliau, ISIS

memiliki empat indikator yang bisa dengan mudah diidentifikasi sebagai organisasi

yang mengancam keutuhan di masyarakat, yaitu mereka selalu berbicara soal

pemurnian agama. Mereka hanya memandang kelompoknya dan melihat orang di

luar mereka sebagai kafir atau tidak beriman. Mereka juga anti Syiah, malah di Irak

mereka menyatakan akan menghabisi Syiah. Selain itu, mereka juga anti

pluralisme.
8
Pemurnian agama dilakukan karena sebuah agama berjalan dengan tidak

mengacu kepada ajaran yang turun dari Tuhannya secara murni dan otentik. Para

petinggi di agama tersebut merubah isi kitab sucinya dan menyesuaikan dengan

keadaan dan kondisi umatnya pada zaman tertentu. ISIS berpendapat bahwa Islam

saat ini sudah tidak murni, dengan kata lain banyak ajaran-ajaran Islam yang

menyimpang tersebar luas di dunia. Masyarakat Islam di dunia tidak melakukan

hal-hal yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman dahulu, tidak melakukan

Sunnah yang dianjurkan Rasulullah.

ISIS tidak melihat orang di luar kelompoknya sebagai orang yang baik.

Mereka menganggap manusia yang beragama selain Islam adalah kafir dan harus

dimusnahkan dari dunia, agar hanya umat Muslim yang dapat hidup di dunia.

Padahal, walaupun dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa hanya Islamlah agama

yang diridhai Allah Swt, dengan kata lain Islamlah satu-satunya agama yang benar,

namun bila kita meninjau kembali, di dunia kita hidup dalam keberagaman dan

berbagai perbedaan. Sudah sewajarnya kita saling menghargai antar perbedaan

tersebut, karena itulah yang telah diberikan Tuhan kepada kita, makhluk-Nya. ISIS

melakukan hal yang sebaliknya, mereka anti prulalisme dan benci dengan

perbedaan pendapat bahwa Islamlah agama yang benar dan agama lain salah,

bahwa kita harus memusnahkan semua manusia selain Islam di muka bumi ini.

Dengan pemikiran-pemikiran macam ini, sudah tentu ISIS dapat mengancam

keberagaman masyarakat Indonesia bila praktek penyebaran ideologinya terus

menerus dilakukan.

2.4 Pemahaman yang Baik Terhadap Pancasila

Seperti yang penulis singgung di bab Permasalahan, masalah dari buta

ideologi yang ada di Indonesia saat ini adalah pemikiran yang cenderung apatis
9
terhadap yang terjadi di Indonesia saat ini; apa yang Indonesia sedang lakukan

untuk pembangunan, apa dasar-dasar hukumnya, apa manfaat dan dampaknya, dan

apa yang akan masyarakat kontribusikan terhadap Indonesia sendiri untuk

memajukan pembangunan. Sebagian masyarakat Indonesia saat ini, sayangnya,

lebih memilih untuk menyerahkan semua urusan politik dan ideologi terhadap

kalangan elit dan politisi. Saat para elit dan politisi membuat kebijakan yang

dianggap tidak sesuai keinginan masyarakat, maka langsung terjadilah keributan;

demonstrasi menolak kebijakan pemerintah ada dimana-mana. Mereka tidak

berpikir untuk bangsa; mereka berpikir untuk kenyamanan diri mereka sendiri.

Mereka tidak lagi mengutamakan azas gotong royong dan kekeluargaan yang

Indonesia miliki. Mereka tidak peduli, apa yang akan terjadi dengan negara,

bagaimana kejadiannya, siapa yang membuat negara hingga terjadi kejadian

tersebut, yang penting mereka hidup nyaman dan tentram. Namun, mungkinkah

dapat dicapai kehidupan yang tentram dengan perilaku masyarakat yang acuh tak

acuh? Mungkinkah dapat diraih kehidupan yang sejahtera dengan masyarakat yang

lempar batu sembunyi tangan? Mungkinkah Indonesia akan maju bila

masyarakatnya cenderung tidak peduli dengan kondisi negaranya? Kembali lagi

kepada ideologi, inilah hal yang sangat kritikal dan sensitif yang perlu masyarakat

Indonesia khususnya generasi muda cermati. Ideologi yang tertanam dengan kuat

dalam diri seseorang, akan membuatnya menjadi vested interest, akan membuatnya

menjadi sesuatu yang mendarah daging dan menjadi kebiasaan yang tidak bisa

ditinggalkan orang tersebut. Bila nilai-nilai luhur Pancasila belum tertanam kuat

dan belum mendarah daging di dalam diri kita, maka jangankan oleh ISIS, bahkan

oleh pengaruh buruk dari dalam negeri pun dapat menggoyahkan kita.
10
Oleh karena itu, mulai dari sekarang, Pendidikan Pancasila harus tetap

dilestarikan. Bukan hanya dipelajari lalu dilupakan, namun harus segera

diimplementasikan. Setelah membaca Pancasila, segera praktekkanlah nilai-nilai

luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Segalanya dapat dilakukan dari hal

yang kecil, seperti mengamalkan sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu

bisa menerima keberagaman agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia tanpa

melakukan diskriminasi dan memandang rendah agama dan kepercayaan lain. Hal

ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab dua.

2.5 Pemahaman yang Baik bahwa ISIS Tidak Sesuai dengan Kultur Indonesia

Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara; Islam, Kristen,

Katholik, Hindu dan Budha, serta memiliki beragam kepercayaan masyarakat yang

perlu dilestarikan dan dijunjung tinggi eksistensinya. Mayoritas penduduk

Indonesia adalah Islam, kemudian Kristen, Katholik dan Hindu serta Budha. Empat

agama menduduki posisi minoritas, dimana masyarakat yang menganut agama

tersebut tidak terlalu banyak dan tidak tersebar rata di Indonesia. Maka tidak heran,

Indonesia memiliki ribuan tempat ibadah umat Muslim, yaitu masjid dan atau

mushala yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, sedangkan tempat ibadah

agama lain jarang ditemui, kecuali di tempat tertentu seperti kompleks yang dihuni

oleh masyarakat Kristen dan sebagainya. Ini menandakan bahwa Islam

berkembang pesat dan menyeluruh di Indonesia.

Menyadari hal tersebut, tentu saja banyak pihak luar yang memiliki ideologi

dan ingin menyebarluaskan ideologinya tertarik untuk mempengaruhi Indonesia

dengan segala propagandanya; ISIS yang menarik perhatian masyarakat Islam di

Indonesia menerangkan tentang pemurnian Islam, tentang Islam yang


11
sesungguhnya diridhai oleh Allah dan sebagainya. Dengan mengatasnamakan

agama, dan dengan strategi menyebarluaskan ideologi terhadap masyarakat

mayoritas, maka ISIS berharap dapat menambah jumlah pasukan mereka untuk

memerangi orang-orang tidak berdosa lainnya dan menggunakan kekerasan

sebagai tanda bahwa Islam itu kuat, Islam itu kokoh sehingga tidak ada kelompok

lain yang dapat mengalahkannya. Persepsi yang cukup masuk akal, karena

memang apabila kita telah mempengaruhi masyarakat mayoritas, maka dengan

otomatis masyarakat minoritas akan ikut terbawa, kecuali jika masyarakat

minoritas itu memiliki pendirian yang teguh dan kuat terhadap apa yang

dipercayainya. Dengan usaha yang gigih, bukan tidak mungkin ISIS akan

mempengaruhi dan terus menyebarkan ideologi radikalnya.

Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang cerdas, bahwa Indonesia

bukanlah negara agama. Indonesia adalah negara multikultur dimana lima agama,

beribu-ribu adat dan budaya, beribu-ribu suku hidup di dalamnya, dimana

perbedaan adalah keindahan yang dibanggakan oleh Indonesia. Indonesia tidak

menganakemaskan Islam dan tidak memandang rendah kaum minoritas.

Perkawanan dan persahabatan antar agama, antar etnis di Indonesia adalah hal yang

membanggakan. Kita, sebagai masyarakat yang berbudi luhur, harus menjunjung

sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia demi seluruh masyarakat Indonesia

dari Aceh sampai Papua dengan segala perbedaan budaya di dalamnya.

Menganggap bahwa seluruh agama itu sama, berhak melakukan kegiatan

keagamaannya, berhak mengajak untuk turut serta menjadi umat dalam agamanya,

berhak untuk beribadah tanpa diganggu. ISIS memang mengatasnamakan Islam,

namun bagi umat Islam, apakah Islam mengajarkan kita untuk tidak menghargai

setiap individu, setiap kelompok? Apakah Islam mangajarkan kita untuk


12
membunuh orang yang berbeda keyakinan dengan kita? Itulah esensi yang harus

kita pahami, kembali ke pemikiran awal, yaitu ideologi Pancasila kita harus kita

pegang kuat, harus kita teguhkan dan jadikan darah daging dalam diri kita

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
13
ISIS memang momok yang menakutkan bagi masyarakat dunia, termasuk

Indonesia. Kekerasan dan perilaku radikalnya, membunuh tanpa ampun,

menembak tanpa belas kasihan, membuat kita terluka sekaligus geram dan ingin

menghentikan perbuatan mereka. Namun, alih-alih terlampiaskan, geramnya kita

malah justru membuat ISIS dapat dengan mudah melancarkan aksinya kepada

orang lain yang tidak berdosa, yang akan menjadi korban selanjutnya. Mereka akan

lebih mudah masuk dan mempengaruhi kita saat kita benci terhadap mereka. Untuk

itulah, dibutuhkan pemahaman mengenai ideologi yang harus tertanam kuat pada

masyarakat Indonesia, harus mendarah daging dalam diri bangsa Indonesia agar

sebanyak apapun ideologi masuk dan berusaha mencoba menggantikan Pancasila

dengan yang lain, kita dapat menangkalnya dan tetap memegang teguh Pancasila

sebagai dasar negara dan dasar ketahanan nasional kita.

DAFTAR PUSTAKA

BBC, (2014, 11 Agustus).

Apakah Ideologi ISIS Bisa Mengancam Keberagaman Indonesia? Diperoleh pada 1


Januari 2015 dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/2014/08/140811_forum_isis
14
BBC,(2014, 4 Agustus).

Indonesia Larang Penyebaran Ideologi ISIS. Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140804_indonesia_larang_
faham_isis

Berita Satu,(2014, 5 Agustus).

ISIS Menolak Demokrasi dan Keberagaman. Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari
http://sp.beritasatu.com/home/isis-menolak-demokrasi-dan-keberagaman/61329

Anda mungkin juga menyukai