GURU
Statistik Inferensial
Dosen pengampu: Dr. Bambang Ismanto, M.Si dan Prof. Dr. Slameto, M.Pd
Oleh:
NIM: 942016021
2016
PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA
GURU
Abstrak
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
guru. Berbagai teknik supervisi baik secara kelompok maupun individu perlu
dipahami oleh kepala sekolah. Dalam perencanaan program supervisi, kepala
sekolah harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari program pembelajaran
yang disusun oleh guru. Hal ini juga menjadi pedoman bagi kepala sekolah
dalam penyusunan program supervisi. Pelaksanaan dan evaluasi program
supervisi ditujukan untuk membantu guru dalam meningkatkan/
mengembangkan program pembelajaran guna memberikan layanan
pendidikan yang bermutu bagi peserta didik.
Kinerja seseorang termasuk guru dipengaruhi oleh motivasi internal
dan eksternal. Motivasi internal merupakan dorongan atau variabel-variabel
atau hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan motivasi
eksternal berasal dari luar. Supervisi kepala sekolah merupakan variabel yang
berasal dari luar diri guru tetapi memiilik peran penting dalam memotivasi
guru termasuk meningkatkan kinerja (Syarif, 2011). Dengan supervisi oleh
kepala sekolah diharapkan kinerja guru meningkat. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap
kinerja guru serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja guru melalui supervisi kepala sekolah.
3
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan
pembaca khususnya tentang pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap
kinerja guru.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan kepada pemangku
kepentingan khususnya kepala sekolah yaitu menerapkan teknik supervisi
yang tepat (sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik guru) dan intensif
untuk meningkatkan kinerja guru.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
didik dalam proses pembelajaran. Pertumbuhan para siswa inilah yang
menjadi tujuan utama dari seluruh proses pendidikan (Muljono, 2010).
Keberhasilan pendidikan ditunjukan output bahkan outcome pendidikan yaitu
siswa. Hal ini tidak terlepas dari peran setiap pihak-pihak terkait terutama
guru.
Supervisi kepala sekolah merupakan usaha kepala sekolah dalam menstimulasi
secara kontinu perkembangan guru-guru di sekolah, baik secara individu maupun
secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran sehingga guru dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan
setiap murid secara kontinu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam
interaksi belajar dan mengajar (Syarif, 2011).
Pendapat Syarif menegaskan kembali akan pentingnya peran kepala sekolah
sebagai supervisor dalam mendorong guru untuk mengembangkan diri dan
begitu pula selanjutnya. Guru perlu mendorong dan membimbing siswa dalam
proses pembelajaran yang bermakna.
Dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah dipaparkan lima dimensi kompetensi kepala sekolah. Salah
satu dimensi kompetensi yang dimaksud adalah supervisi. Adapun fungsi
supervisi berdasarkan dimensi kompetensi supervisi, yaitu:
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru,
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Ketiga fungsi diatas perlu dipahami dan dilaksanakan oleh kepala sekolah
dalam merencanaan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjut
program supervisi untuk perbaikan maupun pengembangan di masa
mendatang.
6
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawabnya
(Mangkunegara, 2011 dalam Hidayati, 2015). Jadi, kinerja (performance)
merupakan hasil kerja yang dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif
dari diri seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab
yang dipercayakan.
Kinerja guru adalah tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas dan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dilihat dari kemampuan berupa
kemampuan perencanaan, pengorganisasian kemampuan pengelolaan kegiatan
belajar mengajar, hasil tugas dalam efisiensi dan efektivitas kerja serta perilaku
dalam bentuk cara berkomunikasi dan memberikan dorongan (Syarif , 2011).
7
peningkatan kedisiplinan, pemberian motivasi bahkan pemberian insentif yang layak
sehingga memungkinkan guru merasa puas (Mafudah & Asrori, 2016).
8
dan kinerja guru (Khoeriyah, 2015). Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala
sekolah bertujuan memperbaiki, mengarahkan, mendorong guru dalam
mengembangkan diri baik secara individu maupun kelompok sehingga
pengajaran yang diberikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik
dan berguna bagi masa depan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imam dan Wahyuningsih (2016)
menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah sudah berjalan dengan baik. Kepala sekolah menyusun
perencanaan program supervisi akademik, melaksanakan, dan menindaklanjuti
hasil supervisi sesuai dengan yang seharusnya. Dalam penelitian ini dapat
diketahui bahwa faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan supervisi
akademik adalah profesionalitas kepala sekolah yang tinggi, kompetensi
supervisi akademik kepala sekolah yang tinggi, guru yang rata-rata sudah siap
disupervisi.
Temuan penelitian Fikro (2016) yaitu prinsip yang digunakan kepala
sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik guna peningkatan kinerja guru
ada empat prinsip yaitu prinsip ilmiah, prinsip demokratis, prinsip kerjasama
dan prinsip konstruktif dan kreatif. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi
akademik kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru melalui tiga tahapan
yaitu pertemuan awal, observasi kelas, dan tindak lanjut. Tahap pertemuan
awal terdiri dari penyusunan jadwal supervisi, penyusunan supervisor, guru
yang akan disupervisi, serta penyusunan instrumen supervisi. Tahap yang
kedua yaitu observasi kelas terdiri dari dua macam teknik. Teknik yang
pertama berupa kunjungan kelas secara insidental, teknik yang kedua
musyawarah dan pertemuan. Tahap tindak lanjut berupa umpan balik atau
evaluasi dari hasil kegiatan supervisi akademik. Tindak lanjut pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru melalui
beberapa cara, yakni dilaksanakan pengangkatan status guru, pembinaan
bersama, pelatihan, diikutkan guru senior, dialog pribadi dengan kepala
sekolah, serta dibina sampai sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
9
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Sobri (2013), kepala
sekolah memberikan supervisi dengan berbagai teknik untuk membantu guru
memperbaiki performasi mengajaran yang akhirnya memperbaiki
pembelajaran pada siswa. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu
mengidentifikasi dan menentukan teknik supervisi berdasarkan kebutuhan dan
gaya belajar guru. Beberapa guru mungkin akan sangat terbantu jika
disupervisi dengan teknik kelompok daripada teknik individu. Bagi beberapa
guru, teknik individu dengan demonstrasi mengajar lebih bermanfaat untuk
meningkatkan kinerjanya daripada kunjungan kelas. Penentuan teknik
supervisi oleh kepala sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru.
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang dibuat oleh peneliti, sebagai berikut:
Ho= Tidak ada pengaruh signifikan antara supervisi oleh kepala sekolah
terhadap kinerja guru.
Ha= Ada pengaruh signifikan antara supervisi oleh kepala sekolah terhadap
kinerja guru.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Supervisi oleh
Kinerja Guru
Kepala Sekolah
(Y)
(X)
11
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (supervisi) terhadap
variabel terikat (kinerja).
12
BAB IV
HASIL PENELITIAN, INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN
13
26 3.92 3.50
27 3.92 3.67
28 4.00 3.83
29 3.75 3.75
30 3.92 3.67
31 4.00 3.67
32 4.00 3.75
33 3.83 3.83
34 4.00 3.67
35 3.67 3.75
36 3.83 3.92
37 4.00 3.67
38 3.67 3.58
39 4.00 3.50
40 3.83 3.92
41 3.58 3.50
42 3.83 3.75
43 4.00 3.83
44 3.67 3.83
45 3.75 3.83
46 3.92 3.50
47 3.92 3.58
48 3.92 3.33
49 4.00 3.58
50 3.83 3.58
51 3.92 3.50
52 4.00 3.75
53 4.00 3.67
54 3.67 3.67
55 3.83 3.50
56 3.92 3.75
57 3.67 3.92
58 4.00 3.67
59 3.92 3.58
60 4.00 3.50
61 3.92 3.50
62 4.00 3.75
14
Berikut output statistik deskriptif menggunakan SPSS 22:
Tabel 4.2 Output Statistik Deskriptif
Statistics
spvks Kinerjagr
N Valid 62 62
Missing 0 0
Mean 3.8382 3.6353
Std. Error of Mean .02557 .03152
Median 3.9200 3.6700
a
Mode 3.92 3.50
Std. Deviation .20135 .24821
Variance .041 .062
Skewness -3.389 -4.052
Std. Error of Skewness .304 .304
Kurtosis 17.805 25.063
Std. Error of Kurtosis .599 .599
Range 1.33 1.84
Minimum 2.67 2.08
Maximum 4.00 3.92
Sum 237.97 225.39
15
g. Skewness = -3,399, skewness mengukur kemencengan dari data dan Std.
Error of Skweness = 0,304. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi
dengan standard error skewness. Rasio Skewness = -3,399/0,304 =
-10,9836.
Jika rasio skewness berada diantara nilai -2.00 sampai dengan 2.00 maka
distribusi data adalah normal, sehingga data di atas berdistribusi tidak
normal.
h. Kurtosis = 17,892. Kurtosis menukur puncak dari distibusi normal dan
Std. Error of Kurtosis = 0,599. Sama seperti skewness, maka rasio
kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard errornya. Rasio
Kurtosis = -17,892/0.599 = - 29, 8697 sehingga lebih meyakinkan kita
bahwa distribusi dari data adalah tidak normal.
i. Range = 1,33, selisih nilai maksimum dan minimum.
j. Skor Minimum = 2,67, nilai terkecil (minimum) supervisi.
k. Skor Maksimum = 4, nilai terbesar (maksimum) supervisi.
l. Sum = 237,92, jumlah seluruh nilai supervisi dari 62 responden.
Berikut penjelasan kolom variabel kinerja guru:
a. Rata-rata (Mean) = 3,6358 yang artinya menunjukkan rata-rata nilai
kinerja guru dari 62 responden tersebut yaitu 3,6358.
b. Standard Error of Mean = 0,03144.
c. Median = 3,6667, menunjukkan titik tengah data yaitu jika data diurutkan
dan dibagi dua sama besar.
d. Mode = 3,50, menunjukkan nilai yang sering muncul.
e. Simpangan Baku (Std. Deviation) = 0,24759, menunjukkan dispersi rata-
rata dari sampel.
f. Variance = 0,061.
g. Skewness = -4,059, skewness mengukur kemencengan dari data dan Std.
Error of Skewness = 0.304. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi
dengan standard error skewness. Rasio Skewness = -4,059/0.304= - 13,35.
Jika rasio skewness berada diantara nilai -2.00 sampai dengan 2.00 maka
16
distribusi data adalah normal, sehingga data di atas berdistribusi tidak
normal.
h. Kurtosis = 25,130, kurtosis mengukur puncak dari distibusi normal dan
Std. Error of Kurtosis = 0,599. Sama seperti skewness, maka rasio
kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard errornya. Rasio
Kurtosis = 25, 130/0.599 = 41,9533 sehingga lebih meyakinkan kita
bahwa distribusi dari data adalah tidak normal.
i. Range = 1,83, selisih nilai maksimum dan minimum.
j. Skor Minimum = 2,08, nilai terkecil (minimum) kinerja.
k. Skor Maksimum = 3,92, nilai terbesar (maksimum) kinerja.
l. Sum = 225,42 , jumlah seluruh nilai kinerja dari 62 responden.
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai rasio skewness dan
kurtosis pada analisis data deskriptif dapat diketahui bahwa data berdistribusi
tidak normal. Oleh karena itu, peneliti menggunakan analisis statistik non-
parametrik. Berikut hasil dan pembahasan hasil analisis statistik non
parametrik menggunakan SPSS 22:
Tabel 4.3 Output Statistik Deskriptif- Non Parametrik
Descriptive Statistics
17
a. Rata-rata (Mean) = 3,6358 yang artinya menunjukkan rata-rata nilai
kinerja guru dari 62 responden tersebut yaitu 3,6358.
b. Simpangan Baku (Std. Deviation) = 0,24759, menunjukkan dispersi rata-
rata dari sampel.
c. Skor Minimum = 2,08, nilai terkecil (minimum) kinerja.
d. Skor Maksimum = 3,92, nilai terbesar (maksimum) kinerja.
spvks knrjgr
N 62 62
a,b
Normal Parameters Mean 3.8382 3.6353
Std. Deviation .20135 .24821
Most Extreme Differences Absolute .211 .244
Positive .211 .136
Negative -.206 -.244
Test Statistic .211 .244
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000c
18
Tabel 4.5 Output Regression Model Summary
Model Summaryb
ANOVAa
Total 3.739 61
19
Tabel 4.7 Output Regression-Coefficients
Coefficientsa
Std. Zero-
Model B Error Beta t Sig. order Partial Part Tolerance VIF
spvks 1.0
.704 .130 .573 5.414 .000 .573 .573 .573 1.000
00
Pada tabel coefficients, nilai pada kolom B terdapat nilai constant (a) = 0,935
dan supervisi (b) =0,704, sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai
berikut:
Y = a+ bX atau Y = 0,935 + 0,704X.
Koefisien b merupakan koefisien arah regresi dan menyatakan perubahan rata-
rata variabel Y untuk setiap perubahan X sebesar satu satuan. Perubahan ini
merupakan pertambahan bila b bertanda positif dan penurunan bila b bertanda
negatif. Sehingga dari persamaan tersebut dapat diterjemahkan:
- Konstanta sebesar 0,935 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai supervisi
maka nilai kinerja sebesar 0,935.
- Koefisien regresi X sebesar 0,704 menyatakan bahwa setiap penambahan
1 nilai supervisi, maka nilai kinerja bertambah sebesar 0,704.
Selain menggambarkan persamaan regresi, output ini juga
menampilkan uji signifikansi dengan uji t yaitu untuk mengetahui apakah ada
pengaruh yang nyata (signifikan) variabel supervisi (X) terhadap variabel
kinerja (Y).
Hipotesis:
- HO = tidak ada pengaruh yang nyata (signifikan) variabel kinerja (X)
terhadap variabel kinerja (Y)
- Ha = ada pengaruh yang nyata (signifikan) variabel kinerja (X) terhadap
variabel kinerja (Y)
20
Dari output di atas dapat diketahui nilai t hitung = 5,414 dan nilai signifikansi
0,000 < 0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh
yang nyata (signifikan) variabel kinerja (X) terhadap variabel kinerja (Y).
4.3 Pembahasan
Hasil pengolahan data penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh
signifikan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian-penelitian relevan yaitu ada pengaruh positif antara
supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hal ini juga menunjukan
bahwa selain motivasi internal guru yang disupervisi, motivasi eksternal juga
memiliki andil dalam peningkatan kinerja guru. Kegiatan supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah sebagai sarana untuk memberikan motivasi
eksternal baik berupa pengarahan, bimbinganan, dan bantuan kepada guru.
Segala hal yang telah dilakukan kepala sekolah dalam mencapai tujuan
supervisi diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik bagi
generasi penerus bangsa.
Pengaruh yang signifikan ini perlu dibarengi dengan konsistensi dan
integritas dari kepala sekolah selaku supervisor. Berbagai teknik supervisi
perlu dipelajari dan diterapkan sesuai kebutuhan. Teknik yang sama untuk
kebutuhan yang berbeda-beda tidak efektif dalam mencapai tujuan/ sasaran
program supervisi yang direncanakan. Kepala sekolah perlu melibatkan pihak-
pihak lain seperti wakil kepala sekolah, guru-guru yang sudah memiliki
pengalaman dan kemampuan professional, warga sekolah lainnya, dan
masyarakat. Kepala sekolah sebagai supervisor mengambil peran yang
signifikan dalam menggerakkan dan meningkatkan kinerja seluruh
stakeholders khususnya guru.
Berdasarkan kajian teori mengenai upaya meningkatkan kinerja guru
melalui supervisi, kepala sekolah dapat mempertimbangkan beberapa
alternatif yang tersedia. Kepala sekolah dapat melakukan pembinaan,
penataran, pelatihan ataupun kesempatan belajar untuk meningkatkan
kompetensi guru (Mafudah & Asrori, 2016). Melalui pembinaan, penataran,
21
pelatihan, atau in-house training di luar rutinitas mengajar akan membuat guru
lebih fresh artinya guru mendapatkan suasana dan pengalaman baru terutama
berkaitan dengan pengembangan diri dalam kompetensi guru. Selain itu, guru
di recharge artinya diisi ulang atau pengembalian maupun penambahan
semangat bagi guru sebelum mereka kembali melakukan tugasnya sebagai
guru dalam pembelajaran dengan siswa.
Berdasarkan fungsi manajemen, kepala sekolah dapat melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengevaluasian. Perencanaan
meliputi identifikasi kebutuhan guru, menentukan teknik supervisi yang tepat,
membuat program supervisi, dan lainnya. Pengorganisasian dapat dilakukan
dengan melibatkan pengawas, wakil kepala sekolah bagian kurikulum,
dan/guru yang memiliki kompetensi tinggi dalam program supervisi baik
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Pelaksanaan supervisi dilakukan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Pada tahap evaluasi, kepala sekolah
dan pihak-pihak yang terlibat atau dilibatkan melakukan evaluasi berkaitan
dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan supervisi guna tindak
lanjut.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh yang signifikan supervisi
kepala sekolah terhadap kinerja guru.
2. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru
melalui supervisi kepala sekolah yaitu kepala sekolah dapat
mempertimbangkan alternatif lain seperti mengadakan pembinaan,
pelatihan, atau penataran di luar rutinitas mengajar. Selain itu, kepala
sekolah melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengevaluasian dengan matang dan melibatkan pihak-pihak yang lain
seperti pengawas, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan guru-guru
yang memiliki kompetensi tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan, saran yang peneliti berikan antara lain:
1. Bagi Dinas Pendidikan Kota yaitu memberikan/meningkatkan pembinaan
kepada kepala sekolah selaku supervisor sehingga mampu menerapkan
teknik supervisi yang tepat bagi para guru.
2. Bagi kepala sekolah yaitu mempelajari dan mempraktekkan berbagai
teknik supervisi yang tepat dan mempertimbangan upaya-upaya lain
sebagai alternatif guna meningkatkan kompetensi sebagai kepala sekolah
sekaligus membantu dan meningkatkan kinerja guru.
3. Bagi guru yaitu mempelajari dan mempraktekkan berbagai model/ metode
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi sekaligus membantu
peserta didik dalam proses pembelajaran.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Mafudah, L., & Asrori, A. (2016). PENGARUH PEMAHAMAN KURIKULUM,
MOTIVASI KERJA, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU SMK. Economic Education Analysis
Journal, 5(2), 389.
Muljono, P. (2010). Supervisi dan Evaluasi dalam Manajemen Pendidikan.
Nurhidayah, S., Haryono, A. T., & Hasiholan, L. B. (2016). PENGARUH
PROGRAM LIFE SKILLS, FASILITAS SEKOLAH DAN
KEMAMPUAN GURU TERHADAP MOTIVASI SISWA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI (Study Empiris Pada Siswa Kelas XI
SMA PGRI 2KAYEN). Journal of Management, 2(2).
Permendiknas, R. I. No. 13. ( 2007). Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Pertiwi, C. R. (2012). Pengaruh Supervisi Pengajaran dan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri se-Kabupaten
Lamongan. SKRIPSI Jurusan Administrasi Pendidikan-Fakultas Ilmu
Pendidikan UM.
Sobri, A. Y. PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN. Volume 24 Nomor
1 Maret 2013, 9.
Syarif, H. M. (2011). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Supervisi Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru. Journal. iainjambi, ac. id.
Teta, J. (2011). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Fasilitas Mengajar
terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011 (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).
25