Anda di halaman 1dari 7

TEKNIS RENCANA PENDIRIAN AGROWISATA DAN DESTINASI EKOWISATA DESA BANTIRAN

A. Teknis Umum Perencanaan Pendirian Agrowisata


1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting dan strategis dimasa depan.
Dalam identifikasi pengembangan industri pariwisata perlu direncanakan secara rinci dan
matang. Pengembangan industri pariwisata ke depannya diharapkan mampu menjadi tulang
punggung perekonomian negara. Dewasa ini, pilihan utama dalam perencanaan pendirian
industri pariwisata terfokus pada pengembangan potensi agrowisata yang ada.
Pemanfaatan potensi agrowisata masih belum dilakukan secara optimal. Padahal,
pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengaruhnya
terhadap ekonomi negara. Maka dari itu, perlu dilakukan suatu rencana umum dalam
pendirian potensi agrowisata yang ada.
2. Pengertian Kawasan Agrowisata
Agrowisata memiliki banyak persamaan dengan ekowisata, terutama karena keduanya
berbasis pada sumberdaya alam dan lingkungan. Dibeberapa negara, kata agrowisata dan
ekowisata dikelompokkan dalam satu pengertian dan kegiatan yang sama, karena agrowisata
merupakan bagian dari ekowisata. EKOWISATA atau ecotourism merupakan pengembangan
industri wisata alam yang bertumpu pada usaha-usaha pelestarian alam atau konservasi.
Beberapa contoh ekowisata adalah Taman Nasional, Cagar Alam, Kawasan Hutan Lindung,
Cagar Terumbu Karang, Bumi Perkemahan dan sebagainya. AGROWISATA, menurut Moh. Reza
T. dan Lisdiana F, adalah objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism
dapat diartikan juga seabagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada
pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik
pertanian, peternakan, perikanan atau pun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak
sekedar mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan baik darat maupun
laut. Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada upaya-
upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam serta masyarakat
dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan
kawasan yang sudah atau akan dibangun seperti kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak
maupun kawasan industri perkebunan. Jadi, pengembangan kawasan agrowisata berarti
mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong
pertumbuhan ekonominya. Industri wisata ini yang diharapkan mampu menunjang
berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum.
3. Kriteria Kawasan Agrowisata
Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan
maupun peternakan, misalnya:
- Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian
tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.
- Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan,
pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor.
- Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik
terhadap industri & layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan
akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas
telekomunikasi dan infrastruktur.
b. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan
keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong
tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu
berkembangnya sektor agro.
c. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan
pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat
dikembangkan secara berkelanjutan.
4. Syarat Kawasan Agrowisata
Pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi beberapa prasyarat dasar antara lain:
a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan.
b. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan
sistem dan usaha agrowisata, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air
baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi
pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum
serta fasilitas sosial lainnya.
c. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk mengembangkan
kawasan agrowisata.
d. Pengembangan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya konservasi alam dan
kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya
maupun ekosistem secara keseluruhan.
5. Tujuan Pengembangan Kawasan Agrowisata
Pariwisata diarahkan sebagai sektor andalan dan unggulan yang diharapkan memberikan
kontribusi yang berperan sebagai:
a. penghasil devisa negara
b. mendorong pertumbuhan ekonomi nasional/daerah,
c. pemberdayaan ekonomi masyarakat
d. memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha
e. meningkatkan pemasaran produk nasional
f. meningkatkan kesejahteraan
g. memelihara kepribadian bangsa
h. melestarikan fungsi dan mutu lingkungan hidup.
6. Teknis Perencanaan Pendirian Kawasan Agrowisata
a. Pengembangan Agrowisata
Pengembangan kawasan agrowisata ini menuntut pengelolaan ruang (tata ruang) yang
lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi, penertiban maupun peninjauan
kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan agrowisata, baik dari sisi ekologi, ekonomi
maupun sosial budaya. Penataan kawasan agrowisata ini sangat mungkin beririsan dengan
pemanfaatan kawasan lain seperti kawasan pemukiman atau kawasan industri. Prioritas
perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Oleh karena itu
dalam pengembangannya diperlukan pendekatan kawasan yang bukan hanya meliputi sisi
ekologi, tetapi juga sosial budaya dan ekonomi. Sehingga dalam jangka panjang, bukan
hanya pelestarian daya dukung lingkungan saja yang tercapai, tetapi juga pertumbuhan
ekonomi yang stabil serta budaya yang lestari. Pengembangan kawasan agrowisata harus
dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan,
perikanan, pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan
dan sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan.
Agrowisata dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu
menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya pengembangan
kawasan agrowisata pada kawasan agropolitan, pengembangan kawasan agrowisata pada
kawasan perkebunan, pengembangan kawasan agrowisata pada tanaman pangan dan
hortikultura, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan peternakan,
pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya.
b. Prinsip Pengembangan
Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsip tertentu yaitu:
- Harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang
berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat, seperti:
Mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai dasar pengembangan kawasan.
Mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas tentang pentingnya
pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter sosial budaya.
Menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan bangunanbangunan
bersejarah maupun tradisional.
- Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan kenyamanan
pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat, seperti:
Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan
sektor agro.
Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata sehingga menghidupkan
ekonomi lokal.
Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal.
Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan sekitarnya.
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal.
- Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya dan
kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan
agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam
koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama
pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata
yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata secara
berkelanjutan.
- Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan melibatkan
pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Dengan demikian diharapkan perencanaan & pengembangan kawasan semakin baik
dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.
c. Ruang Lingkup/Cakupan Kawasan Agrowisata
Ruang Lingkup atau cakupan kawasan agrowisata dapat meliputi pegunungan, lereng,
lembah, perairan (sungai dan danau). Tetapi jika dilihat dari segi fungsi dapat terdiri dari:
- Sub Sistem Lahan Budidaya
Kawasan lahan budidaya merupakan kawasan dimana produk-produk agribisnis
dihasilkan. Kawasan ini dapat berupa pertanian tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan dan perikanan baik darat maupun laut. Kegiatan dalam kawasan ini antara
lain pembenihan, budidaya dan pengelolaan. Pengembangan produk wisata pada sub
sistem ini misalnya wisata kebun, wisata pemancingan, wisata pendidikan, wisata boga
di saung, penginapan saung, dan sebagainya.
- Sub Sistem Pengolahan & Pemasaran
Pengolahan produk-produk agribisnis dapat dilakukan di kawasan terpisah dengan
kawasan lahan budidaya. Kawasan ini dapat terdiri dari kawasan industri pengolahan
dan pemasaran baik bahan pangan maupun produk kerajinan. Standardisasi dan
pengemasan dapat juga dilakukan di kawasan ini sebelum produk-produk agribisnis siap
dipasarkan. Wisata belanja, wisata boga atau pun wisata pendidikan dapat
dikembangkan pada sub sistem ini.
- Sub Sistem Prasarana & Fasilitas Umum
Sub sistem ini merupakan sub sistem pendukung kawasan agrowisata. Prasarana dan
Fasilitas Umum dapat terdiri dari pasar, kawasan perdagangan, transportasi dan
akomodasi, fasilitas kesehatan serta layanan-layanan umum lainnya. Pengembangan
fasilitas ini harus memperhatikan karakter dan nilai-nilai lokal tanpa meninggalkan
unsur-unsur keamanan dan kenyamanan peminat agrowisata.
d. Interaksi antar Sub Sistem
Interaksi antar kawasan harus memperoleh perhatian yang serius misalnya kawasan cagar
budaya, cagar alam, kawasan pemukiman dan kawasan sentra industri. Interaksi
keseluruhan kawasan harus mampu mendukung pengembangan industri wisata secara
keseluruhan. Untuk itu diperlukan kesadaran kolektif yang kuat sesuai dengan semangat
pelayanan untuk pengembangan industri agrowisata.
- Cakupan Sektor Agrowisata
Pengembangan kawasan agrowisata dapat dilakukan sesuai dengan potensi yang dapat
dikembangkan di daerah. Hal ini perlu mempertimbangkan antara agroklimat,
kesesuaian lahan, budaya agro yang sudah berkembang, potensi pengembangan dan
kemungkinan-kemungkinan produk-produk turunan yang dapat dikembangkan di masa
depan. Berkaitan dengan sektor agribisnis yang dapat dikembangkan, tipologinya dapat
terdiri atas: usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, usaha perkebunan,
usaha peternakan, usaha perikanan darat, usaha perikanan laut, dan kawasan hutan
wisata konservasi alam. Pengembangan kawasan agrowisata dimungkinkan untuk
dilakukan secara lintas sektor. Kreativitas dan inovasi dalam pengembangan produk-
produk wisata dan membidik celah pasar merupakan sesuatu yang sangat penting.
Pengembangan kawasan agrowisata secara lintas sektoral ini harus direncanakan dan
dikemas secara terpadu dengan memperhatikan aksesibilitas, kemudahan dan
ketersedian berbagai fasilitas dan layanan. Semakin banyaknya pilihan produk wisata
dalam suatu kawasan memungkinkan kawasan agrowisata semakin menarik.
- Tipologi Kawasan Agrowisata
Kawasan agrowisata memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi usaha pertanian dan
agribisnisnya masing-masing. Adapun tipologi kawasan agrowisata tersebut dalam Tabel
1 dibawah ini, sebagai berikut:
- Infrastruktur
Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha
agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan yang antara lain meliputi:
1. Dukungan fasilitas sarana & prasarana yang menunjang kegiatan agrowisata yang
mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi mampu memberikan kemudahan,
kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. Fasilitas ini dapat berupa fasilitas
transportasi & akomodasi, telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan
sesuai dengan jenis agrowisata yang dikembangkan.
2. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem kegiatan agribisnis
primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan agribisnis primer,
seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin
ternak dan lain-lain. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa jalan, sarana
transportasi, pergudangan sarana produksi pertanian, fasilitas bimbingan dan
penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, fasilitas lain yang diperlukan
3. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/ pertanian
primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan produksi dan keberlanjutan
(sustainability) usaha budi-daya pertanian: tanaman pangan dan hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini
antara lain, jalan-jalan pertanian antar kawasan, arana air baku melalui pembuatan
sarana irigasi untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian, dermaga, tempat
pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan perahu pada kawasan budi daya
perikanan tangkapan, baik di danau ataupun di laut, sub terminal agribisnis dan
terminal agribisnis.
4. Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang dibangun baik jenis
maupun bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa tanpa melakukan
eksploitasi yang berlebihan dan menimbulkan dampak yang seminimal mungkin
pada lingkungan sekitarnya. Teknologi yang digunakan dapat bervariasi dan
sebaiknya jenis teknologi harus disesuaikan dengan kondisi setempat.
5. Biro perjalanan wisata sebagai pemberi informasi dan sekaligus mempromosikan
pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja dalam usaha menjual tiket
dibandingkan memasarkan paket wisata.
- Kelembagaan
1. Lingkup pedoman kelembagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem pengelolaan
yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi terkait atau disebut
protokol.
2. Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku kepentingan
dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah.
3. Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis agrowisata yang dikembangkan, pihak-pihak
stakeholders yang berkepentingan dan terkait baik langsung maupun tidak langsung
dengan pengembangan kawasan agrowisata ini antara lain:
a. Kantor Kementerian Pariwisata & Persenibud
b. Dinas Pariwisata dan Persenibud
c. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
d. Dinas Pertanian
e. Dinas Kelautan dan Perikanan
f. Dinas Perdagangan dan Perindustrian
g. Dinas Perhubungan
h. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
i. Kanwil Pertanahan Nasional
j. TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
k. Pemerintah Daerah Tingkat I
l. Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten/kota
m. Dunia Usaha dan Masyarakat
n. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
o. Perguruan Tinggi
p. Dan Lain-Lain.

Lembaga-lembaga tersebut diatas seharusnya bertanggung jawab dalam


perencanaan dan pengembangan agrowisata, berkaitan dengan penyediaan
berbagai infrastruktur yang diperlukan. Pengalokasian akses seperti akses informasi,
komunikasi dan transportasi menjadi tanggung jawab sektor publik. Tetapi dalam
implementasinya, sektor publik berkonsentrasi pada perangkat keras, dari
aksesakses tersebut, sedangkan perangkat lunak dan pengoperasiannya dapat
dilakukan tidak hanya oleh sektor publik tetapi juga sektor swasta, terutama para
pengusaha yang relevan dengan masing-masing akses tersebut. Pembangunan
pusat-pusat informasi menjadi sangat krusial untuk memacu pengembangan
agrowisata pada umumnya. Hal ini karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu
produk unggulan non migas bagi penerimaan daerah. Disamping itu pemda dan
sektor yang relevan bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup di lokasi. Oleh karena itu pelaksanaan
kegiatan agrowisata harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan pemda. Untuk
itu perlu ada instrumen yang jelas dan terukur agar monitoring kegiatan agrowisata
dapat dilakukan secara optimal.

B. Destinasi Ekowisata yang Terdapat di Desa Bantiran


1. Air Terjun
2. Terasering
3. Tempat Foto yang Menarik
4. Wisata Agama
5. Wisata Budaya

Anda mungkin juga menyukai