Anda di halaman 1dari 15

Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher

Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Laporan Kasus

MAKSILEKTOMI TOTAL DENGAN EKSENTERASI ORBITA


PADA KARSINOMA MUKOEPIDERMOID SINONASAL
Bestari J. Budiman, Yurni

Abstrak
Karsinoma mukoepidermoid sinonasal merupakan salah satu tumor ganas
pada saluran nafas atas. Gejalanya pada stadium dini tidak khas, sehingga
jarang terdiagnosis. Histopatologi merupakan diagnosis pasti dan salah satu
faktor yang menentukan pilihan terapi dan prognosis. Prinsip penatalaksanaan
karsinoma sinonasal adalah multimodalitas dengan pembedahan sebagai
pilihan utama. Maksilektomi merupakan suatu tindakan bedah pada tumor
sinonasal. Terdapat beberapa jenis maksilektomi berdasarkan lokasi dan
perluasan tumor.
Dilaporkan sebuah kasus pasien laki-laki usia 33 th yang telah dilakukan
maksilektomi total dengan eksenterasi orbita atas indikasi karsinoma
mukoepidermoid sinonasal dengan infiltrasi ke orbita.

Kata kunci: karsinoma sinonasal, maksilektomi, eksenterasi orbita,


mukoepidermoid.

Abstract
Sinonasal carcinoma is one of malignant upper aerodigestive tract tumor.
Low grade of sinonasal tumor is not specific, so is it rare to be early diagnosis.
Histopathology is true diagnoses and one of factors to determine the choice of
therapy and prognosis. The principal management of sinonasal carcinoma is
multimodality which surgery as main choice. Maxillectomy is surgical approach of
malignant sinonasal tumor. There are many kinds of maxillectomy based on
location and tumor invasion.
Has been reported one of patient, male 33 years old which had performed
total maxillectomy with orbital exenteration by indicated sinonasal
mucoepidermoid carcinoma with orbital infiltration.

Keywords: sinonasal carcinoma, maxillectomy, orbital exenteration,


mucoepidermoid

1
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

PENDAHULUAN Dr. M. Djamil Padang didapatkan


Karsinoma sinonasal adalah jumlah kasus karsinoma sinonasal
tumor ganas yang terdapat pada 21 orang dengan jenis karsinoma
kavum nasi dan sinus paranasal. mukoepidermoid sinonasal baru
Tumor ganas sinonasal mempunyai pertama ditemukan.
prevalensi kurang 1 % dari seluruh Diagnosis karsinoma
neoplasma dan kurang 3 % dari mukoepidermoid sinonasal
seluruh tumor saluran nafas atas, ditegakkan berdasarkan anamnesis,
namun lebih dari 10 % dari seluruh pemeriksaan fisik THT-KL,
tumor sinonasal. Karsinoma pemeriksaan radiologi dan
sinonasal yang berasal dari sinus pemeriksaan histopatologi sebagai
maksila sekitar 60 %, dari kavum diagnosis pasti. Karsinoma
nasi 22 %, dari sinus etmoid 15 %, mukoepidermoid sinonasal sering
dari sinus frontal dan sinus ditemukan dalam stadium lanjut
sphenoid 3 %. Secara histopatologi karena pada stadium dini sering
jenis squamous cell carcinoma bersifat asimtomatis atau keluhan
adalah yang paling sering ditemukan tidak khas yang mirip dengan
yaitu sekitar 55 %, diikuti dengan sinusitis atau alergi. 1-4
jenis non ephitelial neoplasm 20 %, Prinsip penatalaksanaan
tumor kelenjar 15 %, karsinoma mukoepidermoid
undifferentiated carcinoma 7 % dan sinonasal adalah multimodalitas
jenis lain 3 %. 1,2,3 dengan pembedahan sebagai pilihan
Karsinoma mukoepidermoid utama dilanjutkan dengan
adalah salah satu jenis histopatologi radioterapi dan atau kemoterapi.
tumor ganas kelenjar liur. Jenis ini Pemilihan modalitas ini berdasarkan
paling sering berasal dari kelenjar kepada banyak faktor antara lain
liur mayor diikuti kelenjar liur lokasi, stadium, kondisi pasien,
minor.3-4 Simpson dkk dikutip dari penyakit penyerta, fasilitas (kamar
Mardi. K dkk4 menemukan kasus operasi, alat, obturator),
karsinoma mukoepidermoid pengalaman operator, dan
sinonasal 0,6 % dari seluruh tumor lainnya.5-7
ganas kelenjar liur dan 4,8 % dari Maksilektomi merupakan
seluruh karsinoma tindakan bedah pada karsinoma
mukoepidermoid. sinonasal dengan prinsip tindakan
Karsinoma sinonasal di RSUP adalah reseksi dan pengangkatan.
Dr. M. Djamil Padang mempunyai Terdapat beberapa jenis
angka kejadian yang cukup sering. maksilektomi berdasarkan lokasi
Data satu tahun terakhir dari dan perluasan tumor, pada kasus ini
kunjungan poliklinik THT-KL RSUP dilakukan maksilektomi total

2
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

dengan eksenterasi orbita.7,8 minum dan makanan lunak. Pasien


Tindakan ini masih jarang dilakukan mengeluhkan nyeri kepala hebat
di bagian THT-KL RSUP. Dr. M. namun tidak disertai muntah.
Djamil Padang. Data satu tahun Telinga berdenging tidak ada,
terakhir didapatkan pasien yang telinga terasa penuh tidak ada.
dilakukan tindakan maksilektomi Bengkak di leher dan ketiak tidak
total dengan eksenterasi orbita 2 ada. Nyeri menelan dan sukar
orang. membuka mulut tidak ada. Suara
Prognosis karsinoma serak dan sesak nafas tidak ada.
mukoepidermoid sinonasal Pasien dirujuk dari poliklinik Mata
umumnya jelek, namun sangat dengan diagnosis tumor sinonasal
tergantung pada stadium dan dekstra dengan infiltrasi ke orbita
keterlibatan kelenjar getah bening. dekstra.
2,3,9 Pasien mempunyai kebiasaan
merokok sejak 16 tahun sebelum
LAPORAN KASUS masuk rumah sakit, 1-2 bungkus
Seorang pasien laki-laki perhari dan pasien juga mengaku
berusia 33 tahun datang ke poli sering mengkonsumsi alkohol sejak
THT-KL RS. M. Djamil Padang pada 7 tahun yang lalu. Ia bekerja di
tanggal 17 Oktober 2011 dengan pabrik kayu sejak 6 tahun yang lalu.
keluhan utama nyeri pada mata Pemeriksaan status generalis
kanan sejak 2 minggu sebelum didapatkan keadaan umum sedang,
masuk rumah sakit. Terdapat kesadaran komposmentis
pandangan ganda dengan bola mata kooperatif, tanda vital dalam batas
kanan dirasakan menonjol dan normal. Pemeriksaan fisik pada
kabur sejak 1 bulan sebelumnya. kedua telinga didapatkan dalam
Pipi kanan bengkak dan terasa kebas batas normal. Tes penala didapatkan
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah dalam batas normal. Hidung luar
sakit. Hidung tersumbat sejak 3 terdapat deformitas, dorsum nasi
bulan sebelumnya. Pilek dengan dekstra tampak menonjol, warna
ingus kental dirasakan sejak hidung sama dengan sekitar, perabaan
tersumbat. Riwayat hidung kanan padat, terfiksir dan tidak nyeri
sering berdarah sejak 1 bulan. tekan. Kavum nasi dekstra sempit,
Demam dan batuk kadang-kadang. konka inferior dan konka media
Gusi kanan atas terasa goyang. tertutup massa kenyal padat,
Langit-langit bagian kanan terasa berbenjol, hiperemis, tidak nyeri
bengkak. Sukar menelan dirasakan tekan dan mudah berdarah disertai
sejak seminggu sebelum masuk sekret yang mukopurulen. Kavum
rumah sakit, pasien hanya bisa nasi sinistra didapatkan sempit,

3
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

konka inferior eutrofi, konka media Diagnosis kerja adalah tumor


sukar dinilai, septum terdorong ke sinonasal dekstra suspek ganas
lateral, sekret mukopurulen. dengan infiltrasi ke orbita. Tanggal
Rinoskopi posterior didapatkan post 19 Oktober 2011 dilakukan biopsi
nasal drip, massa tidak ada. pada kavum nasi dekstra didapatkan
Pemeriksaan nasoendoskopi pada hasil pemeriksaan histopatologi
kavum nasi dekstra tampak massa adalah karsinoma mukoepidermoid.
memenuhi kavum nasi, berbenjol, Kemudian dilakukan pemeriksaan
hiperemis, mudah berdarah dan penunjang tomografi komputer,
pada kavum nasi sinistra tampak rontgen thoraks, laboratorium darah
kavum nasi sempit, septum lengkap dan kimia klinik, konsultasi
terdorong ke lateral, konka inferior ke bagian Mata dan bagian Saraf.
dan media eutrofi, tidak ada massa Pemeriksaan tomografi komputer
di nasofaring. Tenggorok dalam SPN pada potongan aksial
batas normal. Rongga mulut didapatkan gambaran massa pada
didapatkan palatum durum bagian sinus maksila dekstra yang
kanan terdorong ke inferior, mendestruksi dinding medial dan
permukaan licin, warna sama inferior antrum serta palatum
dengan sekitar, padat, nyeri tekan durum bagian dekstra, gambaran
tidak ada. Laringoskopi indirek massa juga memenuhi kedua kavum
didapatkan dalam batas normal. nasi (gambar 5). Potongan koronal
Kelenjar getah bening leher tidak didapatkan gambaran massa
membesar. Regio maksila dekstra memenuhi sinus maksila, sinus
tampak penonjolan, warna sama sphenoid, kavum nasi serta
dengan kulit sekitar, perabaan mendestruksi lantai orbita sampai
padat, tidak panas dan tidak nyeri periorbita dekstra (gambar 6).
tekan. Orbita dekstra tampak Pemeriksaan rontgen thoraks
proptosis (gambar 4). dan laboratorium darah lengkap
didapatkan dalam batas normal.
Konsultasi ke bagian Saraf
didapatkan kesimpulan tidak
terdapat tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial dan infiltrasi
tumor ke intrakranial.
Konsultasi ke bagian Mata
didapatkan hasil pemeriksaan status
Gambar 4. Regio maksila dekstra menonjol
dengan proptusio orbita dekstra. ophtalmologi (tabel 1) mata kanan
visus 1/60, gerak bola mata terbatas

4
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

darah, konselling dan terapi


preoperatif.

Tabel 1. Pemeriksaan status ophtalmologi


OD OS
Visus 1/60 5/5
Gambar 5. Tomografi komputer sinus
Segmen Normal Normal
paranasal potongan aksial. anterior
Papil Bulat, batas Bulat, batas
tegas tegas
Pemb. A:V= 2:3 A:V = 2:3
Darah
Retina Perdara Perdara
han- han-,
Gambar 6. Tomografi komputer sinus Eksudat - Eksudat-
paranasal potongan koronal.
Makula Rf fovea + Rf fovea+
Posisi Esotropia Ortho
ke segala arah dan disimpulkan
Gerak OD
karsinoma mukoepidermoid
sinonasal dekstra yang meluas ke
orbita dekstra.
Pasien didiagnosis dengan
karsinoma mukoepidermoid Diplopia 11 11 11
sinonasal dekstra stadium 3 dengan 11 11 11
infiltrasi ke orbita dekstra.
Direncanakan maksilektomi total 11 11 11
dengan eksenterasi orbita dekstra,
operasi bersama dengan bagian
Mata. Terapi yang diberikan injeksi
Tanggal 11 November 2011, Seftriakson 2 x 2 gr iv, drip
pasien dikonsulkan ke bagian Gigi, Metronidazol 3 x 500 mg iv, injeksi
didapatkan kesan perluasan tumor Deksametason 4 x 10 mg tapp off,
sinonasal dekstra ke rongga mulut injeksi Ranitidin 2 x 50 mg iv,
(palatum durum dan ginggiva Morfin 1 x 10 mg (bila perlu).
dekstra). Dilakukan pengukuran Tanggal 17 November 2011
massa tumor dan afdruk dilakukan operasi maksilektomi
(pencetakan) dalam mendapatkan total dengan eksenterasi orbita
model kerja untuk pembuatan dekstra dalam narkose umum.
obturator. Lalu dilakukan persiapan Operasi dimulai dengan eksenterasi
operasi diantaranya persiapan orbita dekstra oleh bagian Mata,
dilanjutkan dengan maksilektomi

5
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

total oleh bagian THT-KL. Laporan insisivus. Pada saat reseksi ini,
operasi: pasien tidur posisi supine di dilakukan identifikasi dan ligasi
meja operasi, dilakukan aseptik dan cabang a. Maksilaris interna yaitu
antiseptik di lapangan operasi, duk a. Palatina, a. Sphenopalatina dan
steril dan oral pack dipasang. a. Alveolaris superior. Setelah
Operasi dimulai dengan membuat dilakukan reseksi didapatkan
penandaan insisi Weber Fergusson spesimen setengah rahang atas
pada wajah sisi kanan mulai dari bagian kanan. Sisa massa pada
kantus medial menelusuri dinding mukosa defek dikuret sampai ke
lateral dorsum nasi, ala nasi dan dasar tengkorak dan sphenoid. Sisa
vestibulum terus ke pertengahan massa pada dinding lateral kavum
kolumela dan piltrum bibir atas. nasi dekstra direseksi. Lalu defek
Dilakukan infiltrasi dengan epinefrin operasi diirigasi dengan NaCL 0,9 %
1:200.000 dilanjutkan dengan insisi dan povidon iodine. Defek operasi
tegak lurus dengan kulit menembus dievaluasi, tampak kavum nasi
subkutis dan fasia sampai tampak dekstra, nasofaring, rongga mulut
otot wajah. Perdarahan dirawat. dan orbita menjadi satu, perdarahan
A. Angularis diidentifikasi dan aktif tidak ada. Dipasang tampon
dipreservasi. Kulit pipi diretraksi ke yang diolesi antibiotik pada defek
lateral dan dinding lateral hidung operasi meliputi rongga orbita
diretraksi ke medial. Tampak massa dekstra, wilayah maksila dekstra
mendestruksi dinding anterior dan sampai ke kavum nasi dekstra
medial antrum sampai memenuhi dengan menggunakan jahitan
kavum nasi dekstra. Massa benang vicryl sebagai penyangga
mendestruksi superior antrum tampon. Luka insisi dijahit lapis
maksila dan inferior ke palatum demi lapis. Oral pack dikeluarkan.
durum. Dilakukan diseksi secara Nasogastric tube dipasang pada
tumpul dan tajam untuk kavum nasi sinistra. Operasi selesai.
memisahkan massa dari struktur Pasca operasi pasien tidak dirawat
sekitar, kemudian massa direseksi di ICU karena jalan nafas baik.
dan diangkat dengan forsep. Diagnosis post operatif adalah pasca
Selanjutnya dilakukan reseksi maksilektomi total dengan
setengah rahang bawah dengan gigli eksenterasi orbita dekstra atas
saw, mulai dari tuberositas maksila indikasi karsinoma
dekstra sejajar batas palatum mole mukoepidermoid sinonasal dekstra
dengan palatum durum, reseksi stadium 3 dengan infiltrasi ke orbita.
diteruskan ke anterior palatum Follow up hari ke-tiga pasca
durum sampai ke prosesus operasi keluhan nyeri mata kanan
alveolaris antara caninus dan dan kepala berkurang, keluar darah

6
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

dari mulut tidak ada, demam tidak Hari ke-tujuh pasca operasi
ada. Tanda vital dalam batas normal. keluhan tidak ada. Tanda vital dalam
Pemeriksaan fisik didapatkan batas normal. Pasien sudah bisa
tampon terpasang baik, darah minum dan makan lunak sedikit-
merembes dari verban hidung dan sedikit. Nasogastric tube dilepas.
mata tidak ada, bau tidak ada. Luka bekas operasi tenang
Rongga mulut tidak tampak darah (gambar 8) dan jahitan luka operasi
mengalir pada defek operasi. dibuka.
Pemeriksaan laboratorium pasca Pasien direncanakan untuk
operasi didapatkan Hb 8,6 gr/dl dan segera dilakukan radioterapi
leukosit 18.000/mm3. Dilakukan adjuvant. Namun karena peralatan
transfusi darah PRC 2 unit dan
didapatkan laboratorium setelah
transfusi Hb 11,2 gr/dl dan leukosit
22.000/mm3. Terapi diteruskan.
Hari ke-lima pasca operasi,
keluhan semakin berkurang.
Pemeriksaan fisik tanda vital dalam
batas normal. Tampon dibuka dalam
anastesi umum mengingat antisipasi
Gambar 8. Foto hari ke-tujuh pasca oerasi.
perdarahan masif. Defek operasi
dievaluasi, perdarahan aktif dan
radioterapi di RS. M. Djamil Padang
tanda-tanda infeksi tidak ada,
dalam perbaikan, maka pasien akan
selanjutnya dilakukan pemasangan
dirujuk ke RS. Cipto Mangunkusumo
obturator (gambar 7) oleh ahli
Jakarta, namun pasien tidak
Bedah Gigi dan Mulut. Kemudian
bersedia dengan alasan biaya.
pasien dianjurkan untuk latihan
Selanjutnya dianjurkan untuk
minum dan mengunyah. Terapi drip
dilakukan kemoterapi adjuvant dan
Metronidazol dihentikan dan terapi
pasien bersedia.
yang lain diteruskan.
Hari ke-sembilan pasca
operasi dilakukan persiapan
kemoterapi terdiri dari pemeriksaan
laboratorium darah lengkap dan
kimia klinik yang didapatkan dalam
batas normal, pemeriksaan
audiometri didapatkan telinga
kanan normal dengan ambang
Gambar 7. Obturator dengar 18,75 dB dan telinga kiri

7
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

normal dengan ambang dengar ada. Pada pemeriksaan fisik


11,25 dB. Hari ke-sepuluh pasca didapatkan telinga dan tenggorok
operasi diberikan kemoterapi didapatkan dalam batas normal.
dengan menggunakan kombinasi Hidung luar tampak tidak ada
regimen Paclitaxel dan Cisplatin. deformitas, dorsum nasi dekstra
Berat badan pasien 53 kg, tinggi tidak menonjol. Kavum nasi dekstra
badan 157 cm dan luas permukaan sangat lapang, massa tidak ada,
tubuh didapatkan 1,32 mm2. Dosis sekret tidak ada. Kavum nasi
Paclitaxel yang diberikan adalah sinistra didapatkan lapang, konka
230 mg (175 mg/mm2) dan Cisplatin inferior dan media eutrofi, deviasi
80 mg (60 mg/mm2). Follow up septum tidak ada, sekret tidak ada.
selama kemoterapi, keluhan Mata kanan didapatkan sikatrik
sariawan, mual muntah, demam, bekas operasi dan tidak ada tanda
gatal dan mencret tidak ada. radang. Regio maksila dekstra tidak
Hari ke-empat belas pasca tampak penonjolan, warna sama
operasi keluhan tidak ada. dengan sekitar, nyeri tekan tidak
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda ada. Kelenjar getah bening leher
vital dalam batas normal, defek tidak membesar (gambar 9).
operasi tampak tenang. Pasien boleh
pulang dan diberi terapi
Ampicillin sulbaktam 3 x 500 mg,
vitamin B-kompleks 3 X 1 tablet,
vitamin C 2 x 100 mg, cairan NaCl
0,9 % untuk cuci hidung. Pasien
diberikan edukasi menjaga
kebersihan mulut. Dianjurkan
kontrol seminggu kemudian ke poli
THT-KL. Namun pasien tidak Gambar 9. Foto pasien 2 bulan pasca
pernah kontrol. operasi.
Tanggal 19 Januari 2012
(2 bulan pasca operasi) pasien Rongga mulut tampak defek operasi
kontrol ke poli THT-KL RS. Dr. M. tenang, massa tumor tidak ada
Djamil Padang. Keluhan saat itu (gambar 10). Pemeriksaan
adalah sukar mengunyah dan nasoendoskopi tampak kavum nasi
menelan, sukar berbicara dan kebas dekstra sangat lapang, kavum nasi,
pada pipi kanan. Keluhan hidung nasofaring dan rongga mulut
tersumbat dan berdarah tidak ada, menyatu, mukosa tenang, massa
bengkak pada pipi kanan tidak ada, tumor tidak ada.
nyeri kepala tidak ada, demam tidak

8
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

diberikan edukasi tentang


perawatan obturator dan menjaga
kebersihan defek operasi. Pasien
dianjurkan membuat obturator
ulang jika telah dinyatakan sembuh.

DISKUSI
Gambar 10. Defek operasi pada palatum
Telah dilaporkan sebuah
Hasil pemeriksaan kasus seorang pasien laki-laki yang
histopatologi massa intraoperatif didiagnosis dengan karsinoma
ditemukan kelompok sel-sel solid mukoepidermoid sinonasal dekstra
yang menyerupai sel epidermoid, stadium 3 dengan infiltrasi ke orbita.
terdiri atas sel yang besar-besar, Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pleomorfik, inti vesikuler, anamnesis, pemeriksaan fisik,
sebahagian hiperkromatik dan pemeriksaan penunjang radiologi
mitosis, nukleoli nyata, tampak juga dan histopatologi. Berbagai faktor
sel-sel membentuk rongga-rongga yang diduga sebagai penyebab
atau lumen kistik yang berisi massa karsinoma sinonasal antara lain
amorf eosinofilik pucat. rokok dan alkohol serta terpapar
Gambaran tersebut diatas sesuai lingkungan kerja yang mengandung
dengan karsinoma mukoepidermid nikel dan kromium, pekerja tekstil,
(gambar 11). perabot dan debu kayu.1,4,10 Sesuai
dengan kasus ini yaitu pasien
bekerja sebagai karyawan di
perusahaan kayu sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien juga seorang
perokok dan pecandu alkohol.
Pada stadium lanjut, tumor
pada dasar antrum akan menjalar ke
arah bawah sehingga menimbulkan
Gambar 11. Histopatologi massa tumor gangguan pada gusi, gigi terasa nyeri
menunjukkan gambaran karsinoma dan goyah serta gangguan oklusi.
mukoepidermoid. Jika tumor meluas ke arah hidung
akan menimbulkan gejala sumbatan,
Pasien direncanakan untuk rinore dan epistaksis. Perluasan
dilanjutkan kemoterapi adjuvant, tumor ke arah atas akan
namun pasien belum bersedia. menimbulkan gejala mata
Pasien dikonsulkan ke bagian Gigi, (proptosis, diplopia, nyeri dan
dilakukan perbaikan obturator dan pergerakan bola mata terbatas),

9
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

deformitas wajah dan lain lain yang etmoid dan apek orbita yang lebih
merupakan gejala lanjut dari jelas dilihat dengan tomografi
keganasan sinus maksila.12-14 komputer menggunakan kontras
Keluhan inilah yang paling sering atau MRI. Informasi yang didapat
membuat pasien datang untuk dari tomografi komputer dapat
berobat sesuai dengan pasien pada menentukan stadium tumor dan
kasus ini. apakah suatu tumor operable atau
Pemeriksaan radiologi inoperable. Berdasarkan perluasan
dengan tomografi komputer Sinus tumor dikenal suatu landmark
Paranasal (SPN) sangat penting pada Ohngren line merupakan garis
karsinoma mukoepidermoid imajiner yang ditarik dari kantus
sinonasal. Pada proses keganasan medial ke angulus mandibula
tampak struktur non homogen, membagi area wajah menjadi dua
destruksi pada tulang sekitar dan bagian yaitu suprastruktur
invasi ke struktur sekitar. Sherin (superoposterior) dan infrastruktur
dkk15 dalam penelitiannya (inferoanterior). Garis ini berperan
menyatakan bahwa tomografi dalam menentukan tindakan dan
komputer SPN dengan kontras prognosis. Perluasan ke
mempunyai sensitivitas dan suprastruktur mempunyai prognosis
spesifitas yang tinggi dalam menilai jelek dibanding infrastruktur.2,12-14
perluasan tumor sinonasal ke Pasien pada kasus ini termasuk pada
jaringan lunak. Tomografi komputer perluasan ke suprastruktur dan
memiliki akurasi paling tinggi dalam infrastruktur.
menilai perluasan ke infratemporal Karsinoma mukoepidermoid
dan memiliki akurasi paling rendah merupakan jenis karsinoma kelenjar
dalam menilai perluasan ke liur yang sangat jarang ditemukan
nasofaring, orbita dan sinus etmoid. pada sinonasal khususnya sinus
Annam V dkk16 juga menyatakan maksila.3,4 Tidak banyak
tomografi komputer sangat sensitif kepustakaan yang membahasnya
menilai perluasan tumor sinonasal karena jarangnya kasus ini. Ghosh-
ke tulang dan jaringan lunak. Laskar dikutip dari Sepulveda3
Perluasan ke tulang meliputi batas menyatakan angka kejadian
dinding antrum sinus, tulang lantai keganasan kelenjar liur sangat
fossa kranial anterior dan dinding jarang yaitu sekitar 0,3% dari
orbita (atap, lantai dan medial) serta seluruh keganasan kepala leher dan
skull base. Perluasan ke jaringan sekitar 0,8 % dari seluruh
lunak meliputi regio pterigoid, fossa keganasan kelenjar liur.
pterigopalatina, nasofaring, sinus Karsinoma mukoepidermoid
sphenoid, sinus frontal, air cell sinus dibagi atas tiga stadium berdasarkan

10
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

histopatologi yaitu low grade terdiri diberikan pada stadium lanjut yang
dari sel muko-sekretori, dengan bersifat sebagai adjuvant atau
sedikit sel atipik dan kistik, high paliatif. Kemoterapi neoadjuvant
grade terdiri dari sel pleomorfik, bertujuan sebagai radiosensitizer,
dengan aktivitas mitosis tinggi dan sedangkan kemoterapi adjuvant
nekrosis, sedangkan intermediate bertujuan untuk menghancurkan
berada diantara keduanya. mikrometastasis atau residu tumor.
Karsinoma mukoepidermoid Kemoterapi paliatif diberikan pada
sinonasal low grade dengan T1 atau tumor inoperable.12,13,17 Pada kasus
T2 tanpa keterlibatan kelenjar getah ini, seharusnya dilakukan
bening dilakukan reseksi sedangkan radioterapi adjuvant karena
tumor intermediate atau high grade karsinoma mukoepidermoid lebih
dengan T3 atau T4a dilakukan bersifat radiosensitif, namun karena
reseksi dan radiasi. Sedangkan peralatan radiasi tidak tersedia
tumor dengan T4b atau inoperable maka dilakukan kemoterapi
diberikan radiokemoterapi.3,4 Pada adjuvant.
kasus ini termasuk pada kelompok Kemoterapi merupakan obat
high grade. yang bersifat sitostatik yaitu
Radioterapi pada karsinoma menghambat pertumbuhan sel
mukoepidermoid sinonasal dapat tumor. Berdasarkan mekanisme
berupa adjuvant atau paliatif. kerjanya obat sitostatik dibagi atas
Radiasi adjuvant dapat diberikan tiga kelompok yaitu alkilating agent
prabedah ataupun pasca bedah. (cisplatin, carboplatin, dll),
Sedangkan radiasi paliatif diberikan antimetabolit (5 FU, methotrexate,
pada karsinoma mukoepidermoid dll) dan antimitosis (paclitaxel,
sinonasal stadium lanjut atau docetaxel, dll). Paclitaxel dan
inoperable. Radioterapi dapat docetaxel merupakan obat yang
diberikan tunggal atau dikombinasi paling efektif melawan kanker
dengan pemberian kemoterapi kepala dan leher. Paclitaxel pada
(radiokemoterapi). Radioterapi awalnya didapat dari kulit pohon
konvensional (2D) menimbulkan yew Pacific, tetapi saat ini sudah
komplikasi yang sangat tinggi. Saat dibuat sintetis. Paclitaxel
ini telah dikenalkan dan digunakan mempunyai efek samping yang
teknik radioterapi konformal tiga minimal dibanding 5 FU. Cisplatin
dimensi (3D) yang mampu merupakan obat utama dan paling
meminimalisir efek samping sering sering dipakai pada terapi
radioterapi tersebut. 3,17,18 kanker kepala dan leher. Cisplatin
Kemoterapi pada karsinoma biasanya diberikan dalam waktu 2-6
mukoepidermoid sinonasal biasanya jam dengan dosis 60-120 mg/m2.

11
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

Cisplatin mempunyai efek sitostatik diperlukan kerja sama antara multi


kuat. Terapi kombinasi lebih baik disiplin ilmu yang terkait, seperti
dibandingkan terapi tunggal karena Ophthalmologist, Prosthodontist,
sel yang resisten terhadap satu obat Bedah saraf dan Plastik rekonstruksi
mungkin sensitif dengan obat lain . khususnya pada karsinoma
Beberapa penelitian telah sinonasal stadium lanjut. Terdapat
membandingkan terapi kombinasi beberapa jenis maksilektomi pada
dengan terapi tunggal. The Eastern karsinoma sinonasal berdasarkan
Cooperative Oncology Group lokasi, ukuran dan perluasan tumor,
membandingkan cisplatin diantaranya 1.)Maksilektomi medial,
(75mg/m2)-paclitaxel (175 mg/m2) 2.) Maksilektomi parsial baik
dengan cisplatin (100 mg/m2)- 5FU suprastruktur maupun
(1000 mg/m2 per infus) pada infrastruktur. 3.)Reseksi maksila
194 pasien dengan kanker kepala termasuk dasar orbita dengan
dan leher tingkat lanjut. Pada mempertahankan bola mata 4.)
penelitian didapatkan kesimpulan Maksilektomi total dengan
tingkat harapan hidupnya tidak jauh eksenterasi orbita 5.) Maksilektomi
berbeda, tetapi efek samping luas dengan reseksi kraniofasial
kombinasi cisplatin-paclitaxel lebih anterior. Karsinoma
kecil. 26 mukoepidermoid sinonasal yang
Kasus ini termasuk pada meluas ke orbita dipilih
karsinoma mukoepidermoid sinona maksilektomi dengan eksenterasi
sal stadium 3. Berdasarkan TNM orbita, 6,7,20 sesuai dengan kasus ini.
American Joint Committee on Cancer Indikasi eksenterasi orbita
(AJCC) 2008 stadium 3 terdiri dari pada karsinoma mukoepidermoid
T3 yaitu tumor maksila yang meluas sinonasal antara lain penetrasi
ke palatum, medial antrum, dinding tumor ke periorbita seperti lemak
posterior sinus maksila, jaringan orbita, otot-otot ekstraokular,
subkutan, lantai atau dinding medial penetrasi tumor ke periosteum,
orbita serta periorbita, fossa saraf optik dan apek orbita.21,22
pterigoid atau sinus etmoid dengan Indikasi eksenterasi orbita pada
N 0 dan M 0.19 pasien ini adalah perluasan tumor
Maksilektomi merupakan ke lemak orbita dan otot
suatu tindakan bedah pada ekstraokuler.
sinonasal yang bersifat rumit Terdapat beberapa
mengingat kedekatannya dengan pendekatan bedah pada
struktur organ vital seperti mata maksilektomi berdasarkan kepada
dan otak. Sehingga untuk perluasan tumor dan pertimbangan
memperoleh hasil yang maksimal kosmetik, antara lain rinotomi

12
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

lateral dengan modifikasi seperti maksilektomi total yaitu antibiotik


teknik insisi Weber Fergusson spektrum luas dosis tinggi yang
dengan atau tanpa perluasan insisi, sensitif terhadap bakteri gram
mid facial degloving dan positif-negatif dan bakteri anaerob,
nasoendoskopi.2,14,17 Pada kasus ini contohnya Ampisilin sulbaktam,
dilakukan maksilektomi pendekatan Sefalosporin, Aminoglikosida atau
rinotomi lateral teknik insisi Weber Quinolon dikombinasikan dengan
Fergusson. Klindamisin atau Metronidazol.24
Maksilektomi total pada Perawatan pasca
prinsipnya adalah mengangkat regio maksilektomi antara lain perawatan
maksila secara keseluruhan yang luka operasi, menjaga kelembaban
meliputi dinding anterior, medial, hidung dan latihan mengunyah
posterior dan inferior maksila, untuk mencegah trismus. Pasca
termasuk sebagian ethmoid dan maksilektomi total dengan
lantai orbita. Hal yang harus eksenterasi orbita terdapat
diwaspadai pada tindakan beberapa komplikasi lanjut
maksilektomi adalah perdarahan diantaranya gangguan fungsi dan
yang berasal dari percabangan gangguan estetika. Gangguan fungsi
pembuluh darah besar arteri Karotis berupa gangguan menelan,
eksterna yang terdapat pada gangguan mengunyah dan gangguan
lapangan operasi, diantaranya arteri bicara berupa suara hipernasal.
Angularis, arteri Palatina, arteri Gangguan estetika berupa
Sphenopalatina dan arteri Alveolaris ketidaksimetrisan kontur wajah dan
superior yang merupakan cabang defek eksenterasi orbita. Oleh
arteri Maksila interna, serta arteri karena itu penting memberikan
Labialis cabang arteri Fasialis. konselling preoperatif terhadap
Pembuluh darah ini harus pasien, sehingga pasien siap secara
diidentifikasi dan dipreservasi, jika psikologis terhadap berbagai
terpotong dilakukan ligasi. 2, 23 permasalahan yang akan dihadapi
Persiapan preoperatif pasca operasi. Konselling yang
maksilektomi total dengan diberikan mengenai tindakan yang
eksenterasi orbita terdiri dari akan dilakukan beserta tahapan
persiapan pasien (persiapan operasi, resiko dan komplikasi
transfusi darah, antibiotik profilak operasi, lama perawatan di rumah
dan konselling), persiapan operator sakit dan tahapan pengobatan
(konsultasi ke Ophtalmologist, selanjutnya .2,17,24
Prostodontist, Plastik rekonstruksi Prognosis karsinoma
dan Bedah saraf bila diperlukan).2 mukoepidermoid sinonasal
Pilihan antibiotik profilak pada tergantung pada stadium. April dkk

13
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

dikutip dari Sepulveda3 meneliti carcinoma: a case report and


literature review. Int. J.
angka rekurensi dan five years Odontostomat. 2011; 5(3): 304-08.
survival rate pada penderita 4. Mardi K, Singh S. Primary
karsinoma mukoepidermoid mucoepidermoid carcinoma of
maxillary sinus- a rare case report.
sinonasal mendapatkan five survival The Internet Journal of
rate pada low grade sekitar 92 % Otorhinolaryngology. 2009 Volume
10 Number 1.
dan high grade sekitar 63 %. 5. Choi EC, Kim CH, Lee JG, et all.
Sedangkan Ghost-Laskar meneliti, Surgical Outcome of Radical
didapatkan angka five survival rate Maxillectomy in Advanced
Maxillary Sinus Cancers. Yonsei
untuk low grade 78 % dan high Medical Journal. Korea, 2004; 621-
grade 50 % dengan angka rekurensi 28.
30 % pada stadium rendah dan 70 % 6. Suarez C, Ferlito A, Lund VJ, et all.
Management of the Orbit in
pada stadium lanjut. 3 Malignant Sinonasal Tumors.
Pasien dengan karsinoma Clinical Review. Head and Neck-
DOI 2008; 242-50.
mukoepidermoid sinonasal yang 7. Surgery in the Multimodality
telah dilakukan operasi dan atau Treatment of Sinonasal
radiokemoterapi difollow up setiap Malignancies. Curr Probl Cancer.
2010; 304- 21.
1-3 bulan selama tahun pertama, 8. Gabriele AM, Airoldi M, Garzaro M,
setiap 3-5 bulan pada tahun kedua, et all. Stage III-IV Sinonasal and
Nasal Cavity Carcinoma Treated
dan tiap 6-12 bulan pada tahun
with Three Dimensional Conformal
3 sampai 5. Beberapa hal yang Radiotherapy. Tumori. Italy, 2007;
dievaluasi yaitu gejala klinis, 321-26.
9. Blanch JL, Ruiz AM, Alos L, et all.
pemeriksaan radiologi berupa Treatment of 125 sinonasal
tomografi komputer, MRI atau PET tumors: prognostic factors,
Scan, pemeriksaan rontgen thoraks, outcome, and follow up. American
Otolaryngology Head and Neck
laboratorium darah lengkap dan surgery. 2004; 973-76.
kimia klinik, pemeriksaan fungsi 10. Bonneterre V, Deschamps E,
Persoons R, et all. Sino-nasal cancer
tiroid bila pasien pernah menjalani
and exposure to leather dust.
radioterapi. 25 Occupational Medicine 2007; 57:
438-43.
11. Errico A, Pasian S, Baratti A, et all. A
DAFTAR PUSTAKA case-control study on occupational
1. Thompson LDR. Sinonasal risk factors for sino-nasal cancer.
Carcinomas. Current Diagnostic Occupational environment
Pathology. Woodland Hills: USA, medicine BMJ, 2009; 66: 448-56.
2006;12: 40-53. 12. Zimmer LA, Carrau RL. Neoplasma
2. Shah J. Nasal Cavity and Paranasal of the nose and paranasal sinuses.
Sinuses. Head and Neck Surgery & In: Bailey BJ, Johnson JT editors.
Oncology. 3th edition. Mosby, 2000; Head and Neck Surgery-
p. 57-98. Otolaryngology. Fourth edition.
3. Sepulveda l, Spencer L, Platin E. Lippincott Williams & Wilkins: USA;
Sinonasal mucoepidermoid 2006. P. 1481-99.

14
Fakultas Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Kedokteran Universitas Andalas/ RS. Dr. M.Djamil Padang

13. Montgomery W, Singer M, Hamaker 23. Wang CP, Yang TS, Ko JH, Lou PJ.
Rl. Tumor hidung dan sinus Ligation of the Internal Maxillary
paranasal. Dalam Ballenger JJ Artery to Reduce Intraoperative
editor. Penyakit Telinga, Hidung, Bleeding During Total
Tenggorok, Kepala dan Leher. Maxillectomy. The Laryngoscope,
Illinois; 2002. P. 289-93. Lippincott Williams & Wilkins.
14. Vasan NR. Cancer of the larynx, American,2007; 1978-81.
paranasal sinuses, and temporal 24. Escobar JIE, Velasco AAF. Antibiotic
bone. In: Lee KJ editor. Essential prophylaxis in oral and
Otolaryngology Head and Neck maxillofacial surgery. Medical oral
Surgery. Ninth edition. Mc Graw pathology oral cir bucal.
Hill: USA; 2008. p. 695-704. 2006;11:292-6.
15. Sherin S, Thomas V, Kumar N. 25. Maxilla carcinoma. In Clinical
Maxilla with radiographic Guideline National Comprehensive
appearance of mixed radiopaque- Cancer Network (NCCN).
radiolucent lesion: a case report. Aamerican Head and Neck Society.
Department of Oral Medicine and 2012
Radiology, Government Dental 26. Louis B. Harrison, Roy B. Sessions,
College, India, 2010. Waun Ki Hong. Radiation Therapy
16. Ranghuram P. Evaluation of and Chemotherapy.In: Head and
extensions of sinonasal mass lesion Neck cancer Multidisciplinary
by CT Scan. Indian Journal of approach. Lippincott William
Cancer. Bangalore, 2010; 173-78. Wilkins,USA. 2009.P. 960-200.
17. Carrau R. Malignant Tumors of the
Nasal Cavity Treatment &
Management.http://emedicine.med
scape.com/article/846995-
overview.
18. Jensen AD, Nikoghosyan AV,
Kieselbach CW, et all. Treatment of
Malignant sinonasal tumours with
intensy-modulated radiotherapy
(IMRT) and carbon ion boost (C12).
BMC Cancer 2011; 11: 190.
19. Deschler DG, Day T. TNM Staging of
Head And Neck Cancer and Neck
Dissection Classification. American
Academy of Otolaryngology- Head
and Neck Surgery Foundation, Inc.
2008; 21-3.
20. Okay DJ, Genden E, Buchbinder D,
Urken M. Prosthodontic guidelines
for surgical reconstruction of the
maxilla: A classification system of
defects.
21. Menon J, Anthrayose C.V, Joseph A.
Sino-Orbital Tumour Exenteration.
Kerala Journal of Ophthalmology.
2007; 211-13.
22. Simon, Schwarcz RM, Douglas R, et
all. Orbita exenteration: one size
does not fit all. American Journal
Ophtalmology 2005; 139: 11-17.

15

Anda mungkin juga menyukai