Anda di halaman 1dari 13

BAB I

LATAR BELAKANG

Tanah adalah salah suatu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang
terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan
mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan
hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian
besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi
kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di
muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran
tanah pun sebagian besar akibat kegiatan manusia juga.
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak
terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
Pertanian di Indonesia berkembang sesuai dengan pengetahuan masyarakat. Pada awal
mulanya, bercocok tanam dilakukan secara berpindah-pindah (swiden agriculture). Ladang
dan hutan dibuka, lalu ditanami tanaman pokok seperti padi gogo, talas, ubi kayu, ubi jalar,
dan sayuran. Tanaman tersebut belum diberi pupuk kandang atau pemeliharaan lainnya.
Mulanya tanaman tumbuh subur, tetapi semakin lama, semakin merosot pula kesuburannya.
Karena produksi menurun, petani berpindah ke tempat lain lalu membuka hutan kembali dan
menanaminya. Ladang yang telah ditinggal begitu saja akan menjadi tandus, bahkan menjadi
padang ilalang.
Sistem ladang berpindah tersebut kemudian berkembang menjadi sistem pertanian
tradisional. Disebut pertanian tradisional karena pengelolaannya masih sederhana.
Pengolahan tanah baru dilakukan saat musim hujan tiba. Sedangkan pada tanah tegalan,
umumnya hanya ditanami satu jenis tanaman secara terus menerus dalam waktu yang sangat
lama, sehingga menimbulkan masalah yang berupa berkurangnya kesuburan tanah, hasil
panen merosot, serta hama dan penyakit berkembang dengan pesat dan tak terkendali. Pada
tanah yang miring, kesuburannya menjadi cepat merosot dan terjadi banyak erosi karena
tanahnya belum dibuat sistem terassering atau sengkedan.
Sebenarnya pertanian organik merupakan pertanian yang akrab dengan lingkungannya
karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi, produksinya tidak mampu menyaingi atau

1
mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Untuk mengimbangi
kebutuhan pangan tersebut, perlu diupayakan peningkatan produk yang kemudian
berkembang sistem pertanian konvensional oleh l atau pertanian tradisional.
Pengolahan tanah dengan cara-cara yang baik dapat meningkatkan produktifitas hasil
dari Pertanian yang di usahakan. System pertanian orgnanic sangat tergantung bagaimana
cara perawatan tanaman dan cara pengendalian OPT. pengolahan lahan pertanian dilakukan
dengan cara yang efisien dan tidak merusak kondisi tanah karna apabila tanah itu rusak
pertumbuhan tanaman yang diusahan akan menjadi terganggu.

TUJUAN
Adapun penulisan karya ini bertujuan untuk mengungkap bagamana pengolahan lahan
dengan system pertanian organic.

2
BAB II
DASAR TEORI

Pertanian organik ditakrifkan sebagai sistem pengurusan pengeluaran makanan


holistik, yang menggalakkan dan meningkatkan kesihatan ekosistem pertanian, termasuk
kepelbagaian bio, pusingan biologikal dan aktiviti biologikal tanah.
Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian
hingga saat ini, yaitu :
(1) tingkat produktivitas lahan menurun,
(2) tingkat kesuburan lahan merosot,
(3) konversi lahan pertanian semakin meningkat,
(4) luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas,
(5) tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat,
(6) daya dukung likungan merosot,
(7) tingkat pengangguran di pedesaan meningkat,
(8) daya tukar petani berkurang,
(9) penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun,
(10) kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat.
Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi
dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu
dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi
lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian
intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya
erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS).
Penurunan produktivitas usahatani secara langsung akan diikuti oleh penurunan
pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan
usahatani di wilayah hulu, kegiatan usahatani tersebut juga menyebabkan kerusakan
sumberdaya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-
berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya
pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan
kekeringan dimusim kemarau.

3
Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk
kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan
lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan mempertahankan
basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati
dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
penduduk dan makhluk hidup lainnya. Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi
berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain
Konservasi merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan.
Konservasi sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan
secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang potensi teknologi,
kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk merusak lingkungan
tersebut. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumberdaya adalah terbatas.
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik.
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan
pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan
air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora,
fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi
sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian
organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak
mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian
organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena
itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian
dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang
berasal dari bahan organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara

4
ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan
yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah:
(1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama
lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam,
(2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab
lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada
masyarakat,
(3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan
produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah),
(4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi
konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar
merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak
terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum

1. Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh
tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon
tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah
yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah
dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan
2. Pembukaan lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.
3. Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah yang drainasenya jelek.

5
4. Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan
berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan
cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan
sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara
disebar ada barisan tanaman.
5. Pemupuka
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka
harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap

Pengolahan Tanah Secara Mekanis


Keuntungan Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan
lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara
keseluruhan. Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah
sebagai berikut :
Keuntungan Teknis
Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan
banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis,
pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara
mekanis dapat lebih dalam.
Keuntungan Ekonomis
Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan
traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun
hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan
para petani.
Keuntungan Waktu
Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara
mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat
pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek,
sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
Mengkondisikan Lahan

6
Salah satu keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan
lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara
keseluruhan. Dalam mengolah tanah secara mekanis, lahan yang akan diolah harus
dikondisikan terlebih dahulu sehingga siap untuk diolah. Ada beberapa hal yang perlu
disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :
1. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan
sebaiknya jangan melebihi 30. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling.
Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan.
Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat
untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan
jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan,
dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
2. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen
masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang
lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan
menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling
berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang
sekiranya mengganggu harus dipindahkan dari lahan atau dihancurkan. Vgtasi tersebut
bisa dibabat dengan parang/arit. Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan
oleh traktor. Namun cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
3. Bebatuan
Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak
implemen. Mata bajak singkal atau piringan dapat pecah, sedang pisau mesin rotari
dapat patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum
diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang
telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang
kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.
4. Kadar air tanah
Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang
terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan
implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan

7
akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berfariasi dari bongkahan besar sampai tanah
yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.
Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna
tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan
tidak lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan
tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering.
Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di
implemen dan roda traktor.
Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor
mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga
traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah.
Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket
lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah.
Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.
Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah:
1) Faktor Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih
banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat
pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat.
Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor. Selain
itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
2) Faktor ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian mempengaruhi pengembangan pengolahan
tanah secara mekanis khususnya para petani di pedesaan.
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan keterampilan.
Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan tanah. Tingkat pendidikan petani di
Indonesia pada umumnya masih rendah.

8
BAB III
PEMBAHASAN

Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada
kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada
kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan
degradasi biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi
dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah
karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya
kandungan bahan organik tanah.
Pengolahan tanah secara pertanian organic sangat baik demi menjaga biota tanah yang
hidup di dalam tanah sehingga perkembangan tanaman yang di tanam dapat tumbuh secara
maksimal. Pengolahan tanah dengan system pertanian organic dapat dilakukan dengan
berbagai macam ;
1. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang tidak merusak
kesuburan tanah.
2. Penggunaaan system cropping yang ramah lingkungan
3. Tidak menggunakan pupuk non organic yang berlebih dalam pemupukan

Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan


keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga
tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan
memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu:
(1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan
(2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan).
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa
tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman
pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah
kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar
menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih
halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan.

9
Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring
untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah
kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan
dengan keadaan permukaan lahan.
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras
bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan penanaman
mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di Indonesia dalam
mengembangkan pertanian yang berkelanjutan.
Keuntungan
Mengurangi aliran permukaan dan erosi
Mengurangi kehilangan unsur hara
Mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak atau traktor
karena luku atau alat pengolah tanah yang lain.
Kelemahan
Penentuan garis kontur yang kurang tepat dapat memperbesar resiko terjadinya erosi
Karena itu diperlukan ketrampilan khusus yang memadai untuk menentukan garis
kontur
Membutuhkan pengerahan tenaga kerja yang cukup intensif.
Jika mengolah tanah, dengan bajak atau cangkul, terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah
yang dibalik memanjang ke bawah searah lereng, akan terjadi konsentrasi aliran permukaan
pada alur-alur tersebut yang mengakibatkan erosi. Ini disebut pengolahan tanah menurut
lereng.
Pada pengolahan tanah menurut kontur, pembajakan dilakukan menurut kontur atau
memotong lereng, sehingga terbentuk jalur tumpukan tanah dan alur di antara tumpukan
tanah yemng terbentang menurut kontur, seperti tertera pada Gambar. Pengolahan tanah
menurut kontur lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur, yaitu barisan
tanaman diatur sejalan dengan garis kiontur. Dalam bahasa Inggris cara ini dinamai contour
cultivation atau contour farming atau contouring.
Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran
permukaan yang meningkatkan penyerapan air oleh tanah dan menghindari pengangkutan
tanah. Oleh karena itu di daerah beriklim kering, pengolahan menurut kontur juga sangat
efektif untuk konservasi air.

10
Pengolahan menurut kontur efektif dalam pencegahan erosi pada tanah yang
diklasifikasikan menurut kemampuan tanah dalam kelas II dan III dengan tanah yang
permeabilitasnya sedang sampai cepat. Pada tanah dengan kemampuan II dan III ini manfaat
pengelolaan tanah menurut kontur tergantung pada tipe tanah, bentuk lereng dan iklim.
Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu garis yang menghubungkan ttik-
titik yang mempunyai ketinggian yangh sama pada tanah-tanah yang berlereng atau
mempunyai kemiringan.
Tujuan
Menghambat kecepatan aliran permukaan
Memperbesar peresapan air permukaan ke dalam tanah
Menghemat biay, tenaga dan waktu.
Gambar Teknis
Persyaratan Teknis
1. Pada tanah yang mempunyai kemiringan 3 6% penanaman secara ontur yang
dianjurkan sebaiknuya tidka melebihi panjang 100 m, saluran pembuangan penting
diperhatikan
2. Pada tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 8 % dianjurkan agar panjangnya
tidak melebihi 65 m, saluran pembuangan penting untuk diperhatikan
3. Penanaman secara kontur tidak efektif dilaksanakan pada tanah yang mempunyai
kemiringan kurang dari 3% dan lebih dari 8% sampai 25%.
Hasil Penelitian
Penanaman searah kontur pada kelerengan 4 6% dapat mengurangi erosi dan run-off
50%

PEMBUATAN GARIS KONTUR DALAM TEKNIK KONSERVASI


Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama. Pembuatan garis kontur (garis sabuk gunung) mutlak diperlukan untuk
mengefektifkan fungsi dari teknik konservasi tanah yang diterapkan. Teknik konservasi yang
memerlukan garis kontur antara lain adalah sistem pertanaman lorong, teras bangku, teras
gulud, dan teras kredit. Ada beberapa metode dalam menentukan garis kontur antara lain
dengan menggunakan theodolit, abney level, waterpas selang plastik, dan ondolondol (A-
frame).

11
BAB IV
KESIMPULAN

Penggunaan system pertanian dalam mengoalah tanah sangat dianjurkan karna dapat
mengurangi run off pada tanah sehingga tanah tidak mengalami degradasi. Penggunaan
peralatan dalam mengolah tanah harus di perhaikan dampaknya bagi kesuburan tanah ,
jangan sampai peralatan yang kita gunakan merusak kondisi tanah.
Pengolahan tanah dengn system pertanian organic dapat meningkatkan produktifitas unsure
hara dalam tanah sehingga ketersediaan unsure hara dalam tanah tercukupi.

12
DAFTAR PUSTAKA

PERPUSTAKAAN BALITTANAH 18 April 2012

Sumber: Riri Fithriadi dkk / Peny. (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di
Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 83 84. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Dalam posting joko susilo blogspot.com

Sumber: Tim Peneliti BP2TPDAS IBB (2002). Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air.
Hal. 85 86. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat.dalam posting amanda blogspot.com

Sumber: Fahmuddin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktis Konservasi Tanah
Pertanian Lahan Kering. Bogor: WORLD AGROFORESTRY CENTRE ICRAF
Southeast Asia. Hal 42 44dalam posting eko sudarmono blogspot.com

13

Anda mungkin juga menyukai