Mikro Flu Burung Pak KD
Mikro Flu Burung Pak KD
FLU BURUNG
OLEH
Penyakit flu burung atau influenza pada unggas (Avian Influenza/AI) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan
oleh unggas. Di Indonesia pada bulan Januari 2004 dilaporkan adanya kasus kematian
ternak ayam yang luar biasa terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus
new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh
virus flu burung. Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10
provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%). Pada bulan Juli
2005, penyakit flu burung telah merenggut nyawa tiga orang warga Tanggerang
Banten. Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium Badan Litbang
Depkes Jakarta dan laboratorium rujukan WHO di Hongkong.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A, termasuk kedalam family
Orthomyxoviridae yang dapat berubah-ubah bentuk. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode sub tipe flu burung yang banyak jenisnya.
SIFAT VIRUS
Dalam air virus tahan hidup selama 4 hari pada suhu 22 0 C dan 30 hari pada
suhu 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 60 0 C selama 30 menit dan
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin 2-5 % serta cairan yang
mengandung iodine.
Di kandang ayam virus AI bertahan selama 2 minggu setelah depopulasi
ayam.
Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan
(sianosis)
Pendarahan titik (plechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki.
Pneumonia.
Nyeri otot
Lingkungan Fisik
Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu
tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan
tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung
berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang.
Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar
dapat bertahan hidup.
Musim
musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor
kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada
saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir
utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada
musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan
berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah
musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.
Tempat tinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah
tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak,
di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu
burung atau tidak.
Lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum
yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya
kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum
dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu
pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging
panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang.
Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit
menular pada pemilik ayam semakin besar.
CARA PENULARAN
Virus Avian Influenza (AI) ditularkan melalui air liur, ingus, dan kotoran
unggas. Penularan pada manusia terjadi karena kontak langsung dengan unggas yang
terinfeksi virus tersebut. Selain itu, dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, kadang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaiaan, tinja ternak dan
sepatu para peternak yang langsung mengenai unggas yang sakit, juga pada saat jual-
beli ayam hidup dipasar, dan mekanisme lainnya.
Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui
kontak langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan bahan infeksius
seperti tinja, urin, dan sekret saluran napas unggas sakit.
a. Penularan antar ternak unggas
Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkannya dalam waktu
singkat. Jika semua unggas peliharaan memiliki daya tahan yang bagus maka infeksi
tidak akan menyebabkan kematian, dengan kata lain virus tidak aktif. Sebaliknya, jika
kondisi unggas berada dalam kondisi buruk maka flu burung dapat mematikan.
Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas
lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut:
Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.
Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu
kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang.
Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari
dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.
LANGKAH PENCEGAHAN
- Melakukan pengawasan lalu lintas dan tindakan karantina atau isolasi local
peternakan tertular dan lokasi penampungan unggas yang tertular serta membatasi
secara ketat lalu lintas kontaminan yang meliputi hewan atau unggas, produk unggas
dan alas kandang.
- Membatasi lalu lintas orang atau pekerja dan kendaraan yang keluar masuk lokasi
peternakan
- Para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan harus dalam keadaan
sehat
- Untuk keamanan petugas maupun unggas, para pekerja dan semua orang yang ada
di lokasi peternakan atau penampungan unggas tertular harus menggunakan pakaian
pelindung, kacamata, masker, sepatu pelindung, dan harus melakukan tindakan
desinfeksi serta sanitasi
- Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus, lalat dan
hewan lainnya.
3) Pengebalan ( Vaksinasi)
Vaksin yang dipergunakan adalah vaksin inaktif produksi dalam negeri atau
impor yang strain virusnya homolog dengan subtype virus isolate local (strain H5)
dan telah mendapatkan rekomendasi ( nomor registrasi) dari pemerintah. Tindakan
vaksinasi hanya boleh dilakukan di daerah tertular secara missal terhadap seluruh
unggas sehat terancam (100%) dengan cara penyuntikan saru per satu dan apabila
perlu, dilakukan boster (penyuntikan ulang). Dosis vaksin sebagai berikut :
- Ayam petelur : umur 4-7 hari sebanyak 0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher,
umur 4-7 minggu sebanyak 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher, umur 12
minggu sebanyak 0,5 ml di bawah kulit pada pangkal leher atau otot dada.
Pelaksanaan vaksinasi, depopulasi, serta stamping out diulang 0,5 ml pada otot
dada setiap 3-4 bulan.
- Ayam pedaging : dilaksanakan pada umur 4-7 hari dengan dosis 0,2 ml di bawah
kulit pada pangkal leher
- Program vaksinasi pada unggas lain disesuaikan dengan petunjuk yang tercantum
pada etiket masing-masing produsen vaksin.
d. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun daerah tertular
lainnya diizinkan mengeluarkan telur konsumsi maupun telur tetas dari
peternakan yang bebas atau tidak pernah terjadi kasus flu burung sekurang-
kurangnya 30 hari terakhir
e. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun ke daerah tertular
lainnya diizinkan mengeluarkan karkas dan daging unggas yang tidak tertular
maupun tidak terjangkit kasus flu burung setidak-tidaknya 14 hari
f. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terncam maupun daerah tertular
lainnya diizinkan mengeluarkan pakan ternak sepanjang pakan berasal dari
lokasi industry pakan ternak dan diangkut langsung ke tempat tujuan.
g. Dari daerah tertular ke daerah bebas atau terncam maupun daerah tertular
lainnya DILARANG mengeluarkan semua jenis limbah
Dilakukan pada semua unggas yang rentan (beresiko tinggi) terhadap penyakit
dan sumber penyakit flu burung. Surveilans bertujuan menetapkan sumber infeksi di
daerah yang baru tertular, menetapkan sumber penyebaran atau perluasan penyakit di
daerah tertular, memantau epidemiologi dan dinamika penyakit untuk mengetahui
perkembangan pengendalian dan pemberantasan penyakit.
- Kejadian penyakit masih dapat dilokalisasi dan tidak berpotensi menyebar secara
cepat ke peternakan atau daerah lain
- Batasan jumlah unggas yang akan dimusnahkan masih dianggap ekonomis oleh
peternak
- Peningkatan boisekuriti dan pembatasan lalu lintas secara ketat harus diberlakukan
terhadap peternakan tertular
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, Budi Tri. 2006. Waspada Flu Burung. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Baim,N.2013. Mencegah Unggas Dari Serangan Flu Burung.https:// nasa88.
wordpress.com/2013/03/21/mencegah-unggas-dari-serangan-flu-burung/
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO