Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes No.56, 2014).

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara sendiri


atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, kelompok ataupun masyarakat. (Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009)

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung


jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Permenkes No.58, 2014).

Dalam sebuah rumah sakit tentunya memiliki titik-titik pendapatan


(revenue center) yang perlu diperhatikan guna menjamin berlangsungnya kegiatan
pelayanan rumah sakit yang maksimal dan berkesinambungan. Ada 5 revenue
center dalam rumah sakit yaitu instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat,
instalasi laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi, instalasi radiologi,
dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan merupakan revenue center
utama mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit
menggunakan perbekalan farmasi (obatobatan, bahan kimia, bahan radiologi,
bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat
besarnya kontribusi instalasi farmasi dalam memberikan pemasukan terbesar di
rumah sakit, maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan
secara cermat dan penuh tanggung jawab.( Anggraeni R, 2012).

1
2

Salah satu jenis perbekalan farmasi yang terdapat di instalasi farmasi


adalah obat, obat memegang peran yang penting dalam pelayanan kesehatan
karena obat merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan,
sehingga ketersediaannya harus terjamin dalam jumlah dan jenis yang cukup
sesuai dengan kebutuhan, secara tepat waktu, merata, dan berkesinambungan.
Biaya obat merupakan bagian terbesar dari anggaran kesehatan. Di beberapa
negara maju berkisar antara 10% - 15% dari anggaran kesehatan dan di negara
berkembang biaya ini lebih besar lagi antara 35% - 66%. (Depkes RI. 2000)

Untuk menjaga ketersediaan obat pada saat dibutuhkan maka perlu


dilakukan manajemen persediaan, yang merupakan jantung dari sistem persediaan
obat. Persediaan timbul disebabkan oleh tidak seimbangnya permintaan dan
penyediaan, serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk
menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu
proses, maka diperlukan persediaan. Dalam pengendalian persediaan terdapat tiga
kemungkinan yang dapat terjadi yakni stockout, stagnant, dan obat yang
dibutuhkan sesuai dengan yang ada di persediaan. Stock out adalah pada waktu
dilakukannya permintaan obat, akan tetapi persediaan obat di gudang farmasi
mengalami kekosongan. Sedangkan obat dikatakan Stagnant jika sisa obat pada
akhir bulan lebih dari tiga kali rata-rata pemakaian obat per bulan.( Mellen, R.C
dan pudjirahardjo, W.J. 2013)

Menurut American Hospital Associaton, 99,5% rumah sakit di negara


tersebut satu atau lebih mengalami kekurangan obat enam bulan terakhir (Januari-
Juni 2011). Diantara rumah sakit tersebut yang mengalami kekurangan sebanyak
21 atau lebih obat. 82% dari rumah sakit menunda perawatan pasien akibat
kekurangan obat dan lebih dari setengahnya tidak mampu menyediakan obat
sesuai dengan resep yang diberikan. Selain itu sebagian besar rumah sakit tersebut
melaporkan biaya obat meningkat sebagai akibat dari kekurangan obat.
(Fadhila.2013).
3

Berdasarkan hasil penelitian Mellen dan Pudjiraharjo, RSU Haji Surabaya


juga mengalami Stock Out pada tahun 2012 selama Januari-april 2012 terdapat
116 jenis obat yang mengalami Stock Out yang mengakibatkan terjadinya
kerugian yang dialami oleh RSU Haji Surabaya yaitu sebesar Rp 244.023.752.

Rumah Sakit Umum Daerah Taluk Kuantan merupakan rumah sakit type
C Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1246/MENKES/SK/XII/2009.
Rumah Sakit Umum Daerah Taluk Kuantan ditetapkan sebagai Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sejak tahun 2014 berdasarkan
Keputusan Bupati Kuantan Singingi Nomor : Kpts.369/VII/2014, akan tetapi pola
pengelolaan keuangannya baru bisa terlaksana pada tahun 2017. (Profil RSUD
Teluk Kuantan,2016).

Petugas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas di Instalasi


Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Taluk Kuantan berjumlah 14 orang, dengan
pembagian tugas yaitu 1 orang sebagai kepala instalasi farmasi, dengan 1 orang
sebagai staf instalasi farmasi, 1 orang sebagai kepala gudang farmasi, dengan 2
orang staf gudang farmasi, serta 9 orang sebagai staf di apotek rumah sakit yang
terbagi menjadi apotek rawat inap dan apotek rawat jalan.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di ruang Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Umum Daerah Taluk Kuantan terhadap data persediaan dan
pemakaian obat dari januari 2015 sampai dengan desember 2016, didapatkan hasil
yaitu pada tahun 2015 terjadi kekosongan persedian terhadap 43 jenis obat, serta
sejumlah 36 jenis obat yang tidak terpakai. Dan di tahun 2016 terjadi kekosongan
persediaan terhadap 41 jenis obat serta sejumlah 110 jenis obat yang tidak
terpakai. Dan diketahui pula bahwa tidak adanya metode yang digunakan dalam
Perhitungan persediaan dan pemesanan obat.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk


mengambil judul Penerapan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Efisiensi
Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun 2017
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah


Bagaimana Penerapan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Efisiensi Persediaan
Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menganalisis Bagaimana Penerapan Analisis ABC Indeks Kritis
untuk Efisiensi Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk
Kuantan Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui analisis Sumber Daya Manusia untuk Efisiensi
Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun
2017.
b. Diketahui analisis Standar Prosedur Operasional untuk Efisiensi
Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun
2017.
c. Diketahui analisis nilai pakai obat untuk Efisiensi Persediaan Obat
di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun 2017.
d. Diketahui analisis nilai investasi obat untuk Efisiensi Persediaan
Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun 2017.
e. Diketahui analisis nilai kritis obat untuk Efisiensi Persediaan Obat
di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun 2017.
f. Diketahui analisis nilai indeks kritis obat untuk Efisiensi
Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Taluk Kuantan Tahun
2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi keilmuan
Sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama tentang
Penerapan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Efisiensi Persediaan Obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
5

2. Bagi Institusi
a. Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi RSUD Teluk Kuantan
untuk penentuan pengambilan keputusan di instalasi Farmasi.
b. Mejadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan masukan
bagi RSUD Teluk Kuantan.
3. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang bermutu khususnya dalam
pelayanan farmasi di Rumah Sakit.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bersifat kualitatif analitik, dimana penelitian ini dilakukan
di ruang Instalasi Farmasi RSUD Teluk Kuantan, adapun tujuannya yaitu untuk
menganalisis bagaimana Penerapan Analisis ABC Indeks Kritis untuk Efisiensi
Persediaan Obat, dan melakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah
pemesanan yang optimal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam, observasi, dan telaah
dokumen. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai