Manual Mutu Puskesmas Moswaren
Manual Mutu Puskesmas Moswaren
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Bidan magang dapat melaksanakan manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan
preeklamsi berat secara keomprehensif
B. Tujuan Khusus
Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan bidan magang dapat :
a. Mengkaji data ibu
1
b. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah berdasarkan data
c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Melakukan pengembangan rencana
f. Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
2
3.2.Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3.Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
3.4.Identifikasi kebutuhan segera
3.5.Intervensi
3.6.Implementasi
3.7.Evaluasi
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kala-Kala Persalinan
1. Kala I
Merpakan stadium dilaktasi serviks mulai dari permulaan persalinan dan pembukaan lengkap.
Dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
Dimulai dari awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara
bertahap.Pembukaan servik kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung di bawah hingga 8
jam.
b. Fase aktif
Frekuensi danlamanya kontraksi uterus umumnya meningkat (3xdalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih) pembukaan 4 cm 10 cm terjadi penurunan bagian
terbawah janin.
2. Kala II
Merupakan stadium ekspansi, dimulai dari dilaktasi lengkap serviks hingga kelahiran bayi.
3. Kala III
Merupakan stadium pelepasan plasenta, berlangsung dari saat setelah kelahiran bayi sampai
plasenta dan selaput ketuban lehir seluruhnya.
4. Kala IV
Dimulai setelah Lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
4
C. Teori Penyebab Mulainya Persalinan
Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan di mulai masih belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang turut berperan dan saling terkait antara lain :
1. Perubahan kadar hormone
Perubahan kadar hormone disebabkan oleh plasenta yang mengalami penuaan, sehingga villi
konugalis mengalami perubahan yang mengakibatkan kadar progesterone menurun yang
menyebabkan relaksasi otot menghilang. Terjadi 1-2 mgg sebelum persalinan dimulai kadar
esterogen dan prostaglandin meninggi.
2. Distensi uterus
a) Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya akan bereaksi dengan mengadakan
kontraksi.
b) Produksi dan pelepasan prostaglandin miometrium
c) Keadaan uterus yang semakin membesar menyebabkan iskemik otot uterus sirkulasi uterus
plasenta terganggu
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhan di dalam uterus yang akan menyebabkan :
a) Penurunan ketegangan pada dinding uterus
b) Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut hingga timbul kontraksi
Faktor-faktor lain antara lain :
c) Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah
d) Gangguan emosional yang kuat (lewat korteks hipotalamus hipofise) dapat menyebabkan
pelepasan oksitosin.
4. Teori instansi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus Franken houser).Bila ganglion ini geser
dan ditekan penurunan kepala janin maka dapat menimbulkan kontraksi uterus.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang disebabkan oleh kontraksi
dan retraksi otot rahim
2. Kontraksi (his)
5
Adalah gerakan memendek dan menebal otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu
3. Retraksi
Pemendekan otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi
4. Tenaga sekunder atau mengedan
Tenaga ini biasanya digunakan pada saat kala II untuk ekspansi janin
5. Passage
Keadaan jalan lahir seperti rongga pelvis, soft passage
6. Passager
Bagian janin yang paling penting pada proses kelahiran janin adalah kepala
6
B. Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang menyebutkan tentang
gambaran klinik dan PEB adalah :
1. Teori genetic
Riwayat preeklamsi atau eklamsi dalam keluarga atau Riwayat penyakit vaskuler
sebelumnya.
2. Teori imunologik
Janin benda asing yang relatif karena unsur benda asing yang berasal dari
suami.Adaptasi dapat terjadi dengan aman. Penolakan total rahim karena bersifat benda
asing terjadi abortus
3. Teori iskemia regio uterus plasentes
Terjadinya invasi sel trovoblas, hanya sebagian pada arteri spinalis di daerah gangguan
fungsi plasenta karena sebagian besar arteri spinalis di daerah endometrium, tetapi dalam
keadaan kontraksi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dan untuk nutrisi dan
oksigen.
4. Teori radikal bebas dan kerusakan endotel
5. Teori kerusakan endotel
6. Teori trombosit
Iskemik radio uteri plasenta menurunkan pembukuan pembuluh darah prostaglandin,
kerusakan trombosit meningkatkan kerusakan tromboksan, terjadi vaso kontriksi pembuluh
darah dan vaso vasonim yang menimbulkan tekanan darah meningkat dan makin terjadi
kerusakan pembuh darah.
7. Teori diet ibu hamil
Kebutuhan ibu hamil cukup tinggi untuk kalsium.Bila kekurangan kalsium ibu hamil
dikuras untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terjadi pengeluaran klasium otot,
pemberian kalsium 2 215gr/hr dapat menurunkan terjadinya preeklamsi.
7
a. Tekanan diastolic 90 110 mmHg (2 kali pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan >
20 mmg
b. Proteinuria sampai ++
c. Oedema pada wajah, tangan, tungkai (penambahan BB yang mendadak)
d. Disertai dengan gejala subyektif antara lain hipertensi, nyeri kepala yang tidak hilang
dengan analgesic, penglihatan kabur, oligouria (< 400 ml / 24 jam), nyeri epigastrium dan
terjadi oedema paru.
D. Skrening Pre Eklamsi
1. Riwayat : sakit kepala, pusing, pandangan kabur, bintik-bintik paa mata, oedema pada
wajah tangan serta seluruh tubuh.
2. Px fisik : tekanan darah dibandingkan sebelum hamil, terutama setelah usia gestasi 24
mmg peningkatan BB dibandingkan sebelum hamil oedema pergelangan kaki, perbital,
tangan, wajah atau odemen, reflek.
E. Komplikasi
Pada pre eklamsi terjadi vuso kontraksi arteri yang menaikkan tekanan darah dan
menurunkan pasokan arah yang efektif pada banyak organ serta jaringan tubuh termasuk
plasenta, sehingga dapat menyebabkan komplikasi baik paa ibu dan janin antara lain :
1. Eklamsi
2. Solusio plasenta
3. kematian janin
4. hipertensi menetap
F. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Px antenatal yang bermula dan teratur serta teliti, mengenai tanda-tanda sendini mungkin
yang selanjutnya diberikan pengobatan
2. harus selalu waspada terhadapkemungkinan terjadinya pre eklamsi kalau ada faktor
predisposisi
3. berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, pekerjaan sehari-hari dikurangi,
ketenangan dan pentingya mengatur diet rentdah garam dan lemak serta karbohidrat,
menjaga kenaikan berat badan yang berlebih
8
G. Penanganan PEB Dalam Persalinan
a) Observasi KU dan tanda evaluasi tiap jam
b) Memperbaiki KU penderita dengan pemberian rehidrasi (infuse) yaitu D5 % dan RL
c) Materisasi urine
d) Penderita rawat inap istirahat mutlak. Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.
Suku Bangsa : Untuk mempermudah kita berbicara dengan pasien karena bangsa
menunjukkan bahasa.
9
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa penyebab Ibu datang dan mulai kapan Ibu
merasakan gerakan janin dan mulai kapan Ibu merasakan penyakitnya.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Obstruasi
Menarche : Untuk mengetahui banyaknya darah yang keluar dan
sifat.
Siklus/lama : Pada setiap wanita siklusnya berbeda, siklus haid yang
normal/ dianggap sebagai siklus adalah sehari tetapi
siklus ini biasanya maju sampai 3 hari tetapi variasinya
berbeda pada setiap orang. Panjang siklus yang biasanya
pada manusia 25-32 hari hari lamanya antara 3-6 hari
diikuti darah sedikit dan ada yang 7-8 hari pada wanita
biasanya lama haidnya tetap.
Warna/jumlah : Biasanya warnanya merah 1-4 hari dan goresan 5-7 hari
jumlah pendarahan sekitar 50 cc tanpa terjadi pembekuan
darah karena mengandung banyak fermen. Bila terdapat
gumpalan darah menunjukkan pendarahan banyak.
Dismenore : Dapat disebabkan oleh hormon sehingga menebal,
hiperaktif, dan mengeluarkan banyak lendir.
Konsistensi : Biasanya encer dalam waktu 1-4 hari dan goresan 5-7
10
hari.
Flour Albus : Servik terangsang oleh hormon sehingga menebal,
hiperaktif, dan mengeluarkan banyak lendir.
HPHT : Bila haid terakhir diketahui maka kita dapat
memperhitungkan usia kehamilan dan kapan perkiraan
lahir.
HPL : Bila perkiraan lahir diketahui maka akan gampang
mempersiapkan persalinan untuk mengetahui kehamilan
serotinus dan premature
Usia Kehamilan :
c. Riwayat Perkawinan
Berapa kali : untuk mengetahui Jbu kawinberapa kali
Lama : untuk mengetahui berapa lama Ibu kawin
Umur saat kawin : untuk mengetahui usia berapa ibu kawin jika terlalu
muda rentan terkena PMS.
11
Penolong : untuk menghindari terjadinya infeksi akibat penolong
yang tidak terlatih.
Nifas yang lalu : untuk mengetahui apakah nifas yang lalu dalam
keadaan normal atau ada kelainan-kelainan yang lain.
6. Riwayat KB
Yang perlu dipertanyakan apakah pasien pernah mengikuti KB bila sudah
pernah KB metode apa yang dipakai sesuai dengan kondisi ibu setelah
melahirkan, dan setelah persalinan ini adakah rencana ikut KB dan tujuan pasien
menggunakan KB untuk menjarangkan kehamilan.
7. Aktivitas Sehari-hari
12
tidak terjadi infeksi yang berpengaruh pada
kehamilannya.
Aktifitas : untuk mengetahui berat tidaknya aktifitas ibu selama
hamil sehingga mempengaruhi kehamilan.
9. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum : yang perlu dikaji disini keadaan pasien baik kesadaran
apakah dapat berbicara dengan lancar.
Vital Sign :
TD Tidak boleh lebih dari 140
/90 mmHg demikian pula bentuk
kenaikan sistol dan diastolnya tidak boleh lebih dari 15 mmHg
desakan darah diatas harus dicurigai PEB dan untuk
mengetahui perbandingan tensi selama hamil dan sebelum
hamil.
Nadi Normalnya 80-110x /m jika melebihi dapat menandakan
adanya infeksi yang disertai demam.
TB Dengan mengukur tinggi badan dapat diperkirakan keadaan
panggul tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan adanya
panggul sempit dan akan mengalami kesukaran persalinan.
BB Untuk mengetahui pertumbuhan janin dan adanya oden BB
meningkat secara mencolok dalam waktu singkat dianggap
patologis pada TM III kehamilan BB tidak boleh lebih dari 1
kg/minggu.
Lila Untuk mengetahu status gizi Ibu
13
b. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala : Apakah penyebaran rambut merata, apakah ada ketombe,
apakah ada hematum, berhubungan dengan kurangnya
gizi.
Muka : Pucat menunjukkan apakah anemia, odem menunjukkan
pre-eklamsia & eklamsia.
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak yang menunjukkan anemia,
sclera apakah ikterus atau tidak.
Hidung : Apakah ada polip yang berhubungan dengan saluran
pernafasan.
Telinga : Apakah ada secret/ serumen.
Mulut : Gigi caries, berlubang, stomatis berhubungan dengan gizi
yang berkurang.
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar-kelenjar thyroid/
tidak vena jugularis dan arteri karotis, berhubungan
dengan pembengkakan kelenjar.
Axilla : Apakah ada pembesaran kelenjar limfe/ tidak
Dada : Apakah ada tarikan intercosta
Mammae : Putting susu menonjol, ada pembesaran kelenjar
montgemery, ada hyperpigmentasi pada areola mamae,
apakah ada benjolan abnormal yang menunjukkan apakah
ada tumor dan kanker.
Perut : Apakah ada luka bekas operasi, linia nigra, linia alba,
pemerikasaan untuk menunjukkan apakah ada kehamilan
kembar dan hidromnion
Genetalia : Apakah ada varises, luka pada perineum. Flour Albus/ tidak
yang menandai apakah adanya penyakit kelamin
Exstremitas : Pretibia sircurr maleolus dornus pedis oedem atau tidak
berhubungan dengan preeklamsia.
14
Palpasi :
Terutama dilakukan pada daerah Abdomen, mamae, dan
leher.Tujuanya untuk mengetahui adanya benjolan abnormal dengan palpasi
ini dapat diketahui.
15
dari anak :
a. Bunyi jantung anak, dari Ibu : bising rahim
b. Bising tali pusat anak, dari Ibu : bunyi aorta
c. Gerakan anak dari Ibu : bising usus
d. Perkusi
Pada pemeriksaan refleksi lutut bila negative kemungkinan
Hipoviraminasi Vit B1.tetapi bila hyperrefleksi harus dicurigai pre-eklamasi.
c. Data Penunjang
Untuk menunjang hasil pemeriksaan sebelumnya dan mengetahui
keadaan Ibu dan janin seperti pemeriksaan lab yaitu HB, USG, tes kehamilan dan
glukosa.
d. Pemeriksaan Dalam
Dokter biasanya melakukan pemeriksaan dalam persalinan untuk
menentukan keadaan panggul dan mengetahui bayi dalam dan pembukaan jalan
lahir.
16
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENS1AL
Pada langkah ini tujuannya adalah bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang terjadi dengan mengidentifikasi
masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah ada dan dapat merumuskan tindakan yang perlu diberikan untuk
mencegah atau mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial yang ada. Bidan
diharapkan selalu waspada dan bersiap-siap bila masalah ini benar terjadi.Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman dan dilakukan secara tepat karena
sering terjadi dalam kondisi emergenci.
V. PENGEMBANGAN RENCANA
Rencana yang akan dikerjakan untuk menangani masalah yang terjadi pada
pasien biasnya kalimatnya berupa kalimat perintah setiap rencana asuhan harus
disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksakan
dengan efektif karena klien akan melaksanakan rencana tersebut. Rencana harus
rasional benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan, dan tindakan tersebut bermanfaat
berdasarkan penelitian.
VI. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini pelaksanaannya dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya dan apabila ada
tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggungjawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana sesuai kebutuhan klien.
17
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir asuhan kebidanan untuk melihat apakah
masalah sudah teratasi atau timbul masalah baru serta bagaimana perencana tindakan
selanjutnya bisa dalam bentuk SOAP.
18
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. MH GIII P20001 T/H/I INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN PEB
DI KAMAR BERSALIN RSUD dr. H. MOH ANWAR SUMENEP
19
ANC TM I : melakukan pemeriksaan kehamilan di polindes dan tidak ada keluhan
ANC TM II : melakukan pemeriksaan kehamilan di polindes dan tidak ada keluhan
ANC TM III : melakukan pemeriksaan kehamilan di polindes dan di puskesmas dengan
keluhan kaki bengkak
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya mempunyai penyakit menurun seperti diabetes mellitus dan
tidak ada riwayat keturunan kembar.
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : + 7 hari
Banyak : +3 softex / hari
Keputihan : tidak ada
Dismenorhoe : tidak ada
HPHT : 09-11-2016
TP : 16-08-2017
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan anak yang lalu.
Riwayat
Riwayat persalianan Anak Riwayat nifas
kehamilan
Perkawinan ke-
Kehamila ke-
Riwayat KB
komplikasi
menyusui
Penolong
Prematur
sekarang
tindakan
kelamin
spontan
abortus
BB/TB
Imatur
Umur
aterm
Jenis
20
8. Pola kebiasaan sehari-hari
Tabel 3.1 Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola kebiasaan Selama di rumah Selama di rumah sakit
Pola Nutrisi Tidak ada gangguan pada Makan sudah 3x tapi
pola makan ibu, makan 3x / sedikit-sedikit, dan
hari lauk pauk, sayur buah banyak minum air
dan minum air 6-7 gelas/ putih.
hari
Pola Eliminasi BaB 2x/ hari, BAK 6-8/ hari BAB (-), BAK 2x
Pola Aktivitas Ibu melakukan aktivitas Ibu tidak banyak
setiap hari sebagai ibu rumah aktivitas tapi ibu
tangga, hanya bisa miring kiri
dan kanan
Pola Istirahat Ibu tidur siang 1 jam tidur Ibu tidak tidur sama
malam 6-7 jam sekali
Pola Kebersihan Ibu mandi 2x sehari, sikat Sejak datang ibu
gigi sehari 2x, keramas 2hari belum mandi
sekali dan ganti pakaian
setiap habis mandi
21
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 88 x/ mnt
Suhu : 36,6 c
Pernafasan : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
Kepala :Rambut bersih, penyebaran rambut merata
Muka :tidak pucat,tidak ada cloasma gravidarum, tidak odem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, reflekpupil +/+
Hidung : simetris , tidak ada pengeluaran sekret , tidak ada polip, bersih.
Telinga : tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
Mulut : bersih , bibir tidak pucat, bibir lembab, tidak ada stomatitis dan tidakada caries
gigi.
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan bendungan vena jugularis.
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola mammae, puting menonjol , keadaan bersih.
Axila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, adanya striae gravidarum , dan adanya
lineaalba dan linea nigra.
Genetalia : keluar air ketuban
Anus : tidak ada hemoroid
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan bendungan vena jugularis.
Payudara : konsistensi payudara keras, tidak ada benjolan abnormal , kolostrum +/+
22
Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari bawah px. Mc Donald 33 cm
Pada fundus teraba tidak bulat,lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II : teraba keras,datar, seperti papan di sisi kiri ibu(PUKI)
Leopold III : teraba bulat (kepala), keras, melenting di bagian bawah perut dan
tidak bisadigoyangkan (sudah masuk PAP)
Leopold IV : sudah masuk PAP
His : 3 X/10,35
Skala Nyeri :7
c. Auskultasi
Dada : tidak ada ronchi / wheezing.
DJJ : 145 x/menit
d. Perkusi
reflek patella : +/+
e. Pemeriksaan dalam :
VT : 3 Cm Eff : 30% Kepala Hodge : 1 Ketuban : +
Denominator : UUK kiri depan
f. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
DL : 1. Hb : 10,8 gr%
2. Leukosit : 89.000 mm3
3. Hematokrit :
4. Trombosit : 354.000/mm3
HbsAg : tidak reaktif
Protein Urine : ++
Kertas Lakmus :
Kimia Darah : 1. SGPT : 10 5. Bilirubin : Direct mg/dl
2. SGOT : 35
3. GDA : 89 mg/dl
4. Albumin : 3,06 g/L
23
3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : GIII P20001 UK 38 minggu janin tunggal, hidup, intrauterin inpartu kala 1 fase
laten dengan PEB
Ds : Ibu mengatakan tidak merasakan kencang-kencang
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,6oC
RR : 20 x/menit
Palpasi : TFU 3 jari dibawah Px, PUKI, Letkep, sudah masuk PAP
DJJ : (+) 145 x/menit.
3.5 INTERVENSI
Dx : GIII P20001 UK 38 minggu janin tunggal, hidup, intrauterin inpartu kala 1 fase laten
dengan PEB
Tujuan : tidak terjadi Eklampsi
Kriteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Persalinan berjalan dengan lancar
c. DJJ dalam batas normal
d. Tidak terjadi Infeksi
e. Tidak terjadi komplikasi lanjutan
24
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Ibu dan keluarga kooperatif
2. Beritahu kepada ibu mengenai kondisinya saat ini
R/ Agar ibu lebih mengerti dengan keadaannya
3. Lakukan observasi TTV,KU dan DJJ
R/ Parameter kesehatan ibu dan janin
4. Beritahu kepada ibu untuk tidur miring kiri
R/ Mengurangi sindrom vena kava sehingga peredaran darah dari ibu ke janin
lancar
5. Mengajarkan Ibu tekhnik relaksasi
R/ Mengurangi rasa nyeri
6. Meminta persetujuan pasien dan keluarga dalam inform consent
R/ Persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan kepada klien untuk tindakan
lebih lanjut.
7. Kerjasama dengan dokter Sp.OGuntuk pemberian terapi
R/ Menjalankan fungsi dependent
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 03-08-2016
Jam : 15.00WIB
1. Melakukan pendekatan pada klien agar ada kerja sama yang baik antara klien dengan
petugas.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan tentang keadaan ibu dan janinnya.
3. Memberikan KIE kepada ibu agar ibu tidak merasa khawatir dan gelisah
4. Menganjurkan ibu untuk tidur posisi miring kiri dan mengajarkan teknik relaksasi
sehingga bisa mengurangi rasa nyeri perut bawah dan mendukung kenyamanan ibu.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi yaitu MgSO4 dan
tindakan yang akan dilakukan
Advise dokter yaitu :
25
1) Observasi TTV dan CHPB
6. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menandatangani inform consent untuk persetujuan
pemberian terapi
3.7 EVALUASI
Tanggal : 03-08-2017
Jam : 16.30 WIB
S : - Pusing ibu berkurang
-Ibu tampak tenang setelah diberikan KIE
O : KU : Cukup pasien posisi miring kiri +
Kesadaran : Composmentis His : 3x/1035
S : 36oC
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
A : GIII P20001 UK 38 minggu janin tunggal, hidup, intrauterine, inpartu kala 1 fase
late dengan PEB
P : Melaksanakan Advis dokter SpOG yaitu :
a. Observasi CHPB
b. Laboratorium lengkap + Urine Lengkap
c. Pasang O2 3 ltr/jam
d. Posisi semi fowler
e. Inj. Dexamethason 2 amp
f. Inj. Ranitide 2 x 1
g. Inj. Ondansetron 3 x 1
h. Inj. SM 40 gr tiap 6 jam
i. Amlodipine 10 mg
j. Stimulasi Oxytosin
26
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 03-08-2017
Jam : 19.00
S : Kontraksi semakin sering dan ibu merasa ingin BAB
O : KU : Cukup VT : 10 cm
Kesadaran : Composmentis Hodge : 4 cm
TD : 140/90 mmHg Eff : 100 %
S : 36oC His : 5x/10,45
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
A : GIII P20001 UK 38 minggu janin tunggal, hidup, intrauterine, inpartu kala II
P : 58 Langkah APN
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi
oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
27
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan
DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain
28
kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan,
dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari
telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
29
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering.Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
30
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan
dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
31
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan anterolateral.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah.Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
32
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Jam : 19.35
Plasenta lahir spontan kelihatan lengkap, perinium intac, pervaginam (-), darah +/-:
150 cc, TFU : 2 jari bawah pusat, UC : kenyal
Jam : 19.50
Pemantauan kala IV Postpartum
33
BAB IV
PEMBAHASAN
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.M HG3P2001Tunggal / Hidup Intrauterin
/Puka/ Letkep UK 38 Minggu Dengan Pre Eklamsi Berat di RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep
tanggal 03 Agustus 2017 diharapkan pada kasus tersebut dapat diatasi dengan intervensi yang
benar dan didukung implementasi yang maksimal serta pemberian KIE yang jelas diharapkan
keluarga bisa mengerti keadaan pasien dan bisa melaksanakan semua yang telah dianjurkan
sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik.
Demikian penulis dapat memberikan asuhan kebidanan dengan memeprhatikan setiap
gejala dan keluhan yang terjadi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah lain bisa merugikan
pasien.
5.2. Saran
1. Mengingat dampak yang terjadi dari preeklamsi disini peran tim medis terutama bidan
sangat berarti yaitu :
2. Bagi ibu-ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara rutin dan menaati
nasehat-nasehat petugas kesehatan
3. Bagi petugas kesehatan dalam menghadapi kasus preeklamsi berat hendaknya
memberikan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi
kemungkinan terjadi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta.
Soetomo, Dr. RSUD. 1994. Buku Pedoman Diagnosa dan Terapi Ilmu Kandungan dan
Penyakit Kandungan.
36