Oleh
Nila saadatud, S. Ked
14710178
Pembimbing
dr. Dian Samudra, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD SIDOARJO
2016
BAB I
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Tn. JP
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Cangkring n0 4 sidokare
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 26 juni 2016
Tanggal KRS : 29 juni 2016
No Rekam Medis : 1044525
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Mata berwarna kuning mulai kemarin, saat akan berangkat kerja. 1 minggu
yang lalu pasien mengatakan badan terasa panas setiap hari, panas yang tidak terlalu
tinggi, terjadi sepanjang hari. Panas ini turun saat diminumkan obat penurun panas,
tetapi panas nya tidak turun hingga normal. Pasien mengaku nafsu makannya
berkurang mulai saat badannya panas, karena tiap kali mencoba makan, pasien merasa
mual tetapi tidak disertai dengan mutah. Karena itu, jadi asupan makanan hanya
sedikit dan cuma minum teh manis hangat.
Saat buang air kecil, pasien mengatakan kencingnya berwarna coklat seperti
teh, ini terjadi bersamaan dengan mata kuning. Pasien mengaku banyak meminum air
putih, tetapi warna kencing tetep tidak berubah. Buang air besar yang terakhir
dikatakan warna kuning pucat dan konsistensinya seperti biasanya.
Selain itu pasien juga merasa cepat lelah dan tenaganya berkurang untuk
aktivitas sehari-hari, lesu dan kepala terasa pusing.
Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat tekanan
darah tinggi ( - ) dan Diabetes Melitus ( - ).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pemeriksaan Umum
Kesadaran Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS = 4,5,6 )
Vital Sign :
a. Tensi : 110 / 70 mmHg
b. Nadi : 90 x / menit, Reguler, Kuat
c. RR : 18 x / menit
d. Temp : 37,5 C
+ + - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. DIAGNOSIS BANDING
Hepatitis Virus
Malaria
Demam Thypoid
VI. DIAGNOSIS AKHIR
VII. PLANING
a. MRS
b. Medikamentosa
Inf. RL : D5 = 1 : 2
Inj. Ondancentron 3 x 4 mg i.v
Inj. Ranitidin 2x1
HP Pro 3 x 1 tab po
Urdafalk 3 x 1 tab po
sucralfat Syr 3 x CI po
Non Medikamentosa
VIII. FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
26 juni BAK seperti air teh (+), Kesadaran : CM Hepatitis Inf. RL : D5% = 1:2
2016 lemah lesu Nafsu makan TD: 110/70 mmHg Akut Inj. Ondancentron 3 x 4 mg i.v
27 juni BAK seperti air teh (+), Kesadaran : CM Hepatitis A Terapi lanjut
Suhu : 37,0 oC
Pemeriksaan fisik:
28 juni BAK seperti air teh (+), Kesadaran: CM Hepatitis A Terapi lanjut
Respirasi : 19 x/ menit
Suhu : 36,3 oC
Pemeriksaan fisik:
Respirasi : 19 x/ menit
Suhu : 36,3 oC
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
SGOT : 92 u/L
3,67 mg/dl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang diakibat masuknya virus hepatitis A
(HAV) melalui transmisi fekal-oral dari makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi.
B. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia terdapat sekitar 1,4 juta kasus hepatitis A setiap tahun. Lebih dari 75%
anak di benua Asia, Afrika, dan India memiliki antibody anti-HAV pada usia 5 tahun.
Sebagian besar infeksi HAV didapat pada awal kehidupan, kebanyakan asmtomatik, dan
kasus.
C. ETIOLOGI
pikornavirus dan secara morfologi merupakan partikel sferis tidak terbungkus yang
berdiameter 27 nm dengan simetri ikosahedral. HAV stabil stabil pada suhu 4 C selama
20 jam, suhu -20 C selama 1,5 tahun. HAV hancur pada air mendidih selama 15 menit,
Infeksi ini biasanya ditularkan lewat jalur fekal-oral dan memiliki masa inkubasi
sekitar 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera sebelum
timbulnya ikterus dan selam masa prodrormal. Dalam waktu 1 minggu sejak terjadinya
ikterus, virus menghilang dari darah dan tinja penderita. HAV dapat juga dapat
hati masif. Antibodi IgM muncul dini pada fase akut, meningkat cepat, dan menghilang
selama masa penyembuhan. Antibodi IgG muncul lebih lambat pada perjalanan penyakit,
D. PATOGENESIS
hepatitis A terdapat di dalam feses seorang penderita, dan dapat menyebar dari orang ke
orang, atau bisa tertular dari makanan atau air. Virus didapatkan pada tinja penderita
pada masa penularan mulai pada akhir masa inkubasi sampai dengan fase permulaan
prodromal. Transmisi HAV juga bisa terjadi melalui parenteral, tetapi kasus ini kurang
umum. Begitu juga dengan aktivitas seksual, namun tidak menutup kemungkinan
seseorang yang menderita HAV akut dapat menularkan kepada mitra seksualnya.
kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana tinggal di dalam kapiler-
kerusakan hati. Kerusakan hati terjadi akibat proses imunologis yang disebabkan oleh
aktifitas T limfosit sitolitik terhadap target yaitu VAH antigen yang ada dalam
sitoplasma sel hati dengan akibat terjadi kerusakan sel perenkim hati yang luas sehingga
obstuksi sinusoid intra hepatal dengan akibat peningkatan bilirubin direk. Bila kerusakan
hepar luas juga akan terjadi gangguan proses perubahan bilirubin indirek menjadi direk,
Hepatitis pada anak sering bersifat asimtomatis dan hanya 10-20% yang simtomatik,
masa inkubasi 15-40 hari dengan rata-rata 28-30 hari. Masa infeksi virus hepatitis A
berlangsung antara 3-5 minggu. Virus sudah berada di dalam feces 1-2 minggu sebelum
gejala pertama muncul dan dalam minggu pertama timbulnya gejala. Setelah masa
inkubasi biasanya diikuti dengan gejala-gejala demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri
pada kuadran kanan atas perut, dan dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit
kuning. Urin penderita biasanya berwarna kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum
timbulnya penyakit kuning. Terjadi hepatomegali dan pada perabaan hati ditemukan
tenderness. Sebagian besar (99%) dari kasus hepatitis A adalah sembuh sendiri.
Perjalanan penyakit yang simtomatik dibagi dalam 3 fase, fase preikterik, fase
5-7 hari yang ditandai dengan munculnya gejala seperti menurunnya nafsu makan,
kelelahan, panas, mual sampai muntah, anoreksia, nyeri perut sebelah kanan, mual dan
muntah, demam, diare, urin berwarna coklat gelap seperti air teh dan tinja yang pucat.
Yang kedua fase ikterik biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal didahului urin
yang berwarna coklat, sklera kuning, kemudian seluruh badan menjadi kuning. Teradi
puncak fase ikterik dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan yang disertai dengan nyeri
tekan. Demam biasanya membaik setelah beberapa hari pertama penyakit kuning.
Viremia berakhir tak lama setelahnya, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2 minggu.
Biasanya terjadi peningkatan SGPT/SGOT lebih dari 10 kali normal. Yang etrakhir fase
Masa penyembuhan/ konvalense, pada fase ini keluhan mulai berkurang, Ikterus
berangsur-angsur berkurang dan hilang dalam 2-6 minggu kemudian, demikian pula
pemeriksaan penunjang (Isolasi partikel virus atau antigen virus Hepatitis A dalam tinja
penderita, kenaikan titer anti-HAV, kenaikan titer IgM anti-HAV). Antibodi IgM untuk
virus hepatitis A pada umumnya positif ketika gejala muncul disertai kenaikan ALT
(alanine aminotransferase) atau SGPT. IgM akan positif selama 3-6 bulan setelah infeksi
primer terjadi dan bertahan hingga 12 bulan dalam 25% pasien. IgG anti-HAV muncul
setelah IgM turun dan biasanya bertahan hingga bertahun-tahun. Pada awal penyakit,
keberadaan IgG anti-HAV selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV. Sebagai anti-
HAV IgG tetap seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja
Untuk menunjang diagnosis dapat dilakukan tes biokimia fungsi hati (evaluasi
laboratorium: bilirubin urin dan urobilinogen, bilirubin total serum dan langsung, ALT
atau SGPT, AST atau SGOT, fosfatase alkali, waktu protrombin, protein total, albumin,
IgG, IgA, IgM, hitung darah lengkap). Level bilirubin naik setelah onset bilirubinuria
diikuti peningkatan ALT dan AST. Individu yang lebih tua dapat memiliki level bilirubin
yang lebih tinggi. Fraksi direk dan indirek akan meningkat akibat adanya hemolisis,
namun bilirubin indirek umumnya akan lebih tinggi dari bilirubin direk. Peningkatan
level ALT dan AST sangat sensitif untuk hepatitis A. Enzim liver ini dapat meningkat
hingga melebihi 10.000 mlU/ml dengan level ALT lebih tinggi dari AST yang nantinya
akan kembali normal setelah 5-20 minggu kemudian. Peningkatan Alkaline Phospatase
terjadi selama penyakit akut dan dapat berkelanjutan selama fase kolestasik berlangsung
mengikuti kenaikan level transaminase. Selain itu, albumin serum dapat turun.
Teknik molekular dapat dilakukan melalui bahan sampel darah dan feses untuk
mendeteksi antigen virus RNA hepatitis A. Virus dan antibodi dapat dideteksi oleh RIA
tersedia secara komersial, AMDAL atau ELISA kit. Biopsi hati jarang dilakukan untuk
infeksi virus hepatitis A kecuali pasien dicurigai sedang mengalami relaps kronik virus
G. PENATALAKSANAAN
Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik bagi hepatitis virus akut. Terapi
simtomatis dan penambahan vitamin dengan makanan tinggi kalori protein dapat
diberikan pada penderita yang mengalami penurunan berat badan atau malnutrisi.
Istirahat dilakukan dengan tirah baring, mobilisasi berangsur dimulai jika keluhan atau
gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun. Aktifitas normal sehari-
Tidak ada diet khusus bagi penderita hepatitis A, yang penting adalah jumlah
kalori dan protein adekuat, disesuaikan dengan selera penderita, terkadang pemasukan
nutrisi dan cairan kurang akibat mual dan muntah, sehingga perlu ditunjang oleh nutrisi
parenteral. Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis akut
H. KOMPLIKASI
hepatitis virus fulminan. Hepatitis virus kolestasis ditandai oleh kolestasis intrahepatik
hebat, dengan ikterus berat, bilirubin dalam urine, dan tidak didapatkan urobilinogen di
dalam urine dan tinja. Hepatitis virus fulminan ditandai oleh kegagalan hati akut yang
terkait dengan nekrosis masif dan submasif sel hati, ini adalah suatu komplikasi yang
jarang namun parah di mana 50% pasien dengan kondisi ini memerlukan transplantasi
hati langsung untuk menghindari kematian. Hepatitis fulminan A juga bisa menyebabkan
komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan organ multiple.
I. PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, Menurut WHO antara lain
melalui hidup bersih dan sehat dan pemberian vaksinasi. Hampir semua infeksi HAV
menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan dapat dilakukan dengan hygiene
perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk persediaan air publik dan
pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan yang baik. Dalam rumah tangga,
kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan sering dan mencuci setelah buang air
besar dan sebelum menyiapkan makanan, merupakan tindakan penting untuk mengurangi
risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum dan sesudah penyakit klinis
Pemberian vaksin atau imunisasi. Imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi dalam
profilaksis untuk hepatitis A telah tersedia selama bertahun-tahun. Serum imun globulin
(ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90% perlindungan jika diberikan
sebelum atau selama periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi,
namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A. Saat ini, ISG harus diberikan pada
orang yang intensif kontak pasien hepatitis A dan orang yang diketahui telah makan
makanan mentah yang diolah atau ditangani oleh individu yang terinfeksi. Begitu muncul
gejala klinis, host sudah memproduksi antibodi. Orang dari daerah endemisitas rendah
yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat
menerima ISG sebelum keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan asalkan potensial
paparan berat terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih baik.
Imunisasi aktif merupakan vaksin hidup yang telah dilemahkan dan telah
dievaluasi tetapi menunjukkan imunogenisitas dan belum efektif bila diberikan secara
oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik daripada pasif profilaksis bagi mereka yang
dengan jarak 6-12 bulan. Vaksin sudah mulai bekerja 2 minggu setelah penyuntikan
pertama. Apabila terpapar virus hepatitis A sebelum 2 minggu yang berarti vaksin masih
J. PROGNOSIS
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis A
infeksi sembuh sendiri. Komplikasi akibat Hepatitis A hampir tidak ada kecuali pada
para lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau
sirosis. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal.