Modul Pancasila 2
Modul Pancasila 2
Pancasila
02
FEB Manajemen MK90037 Rusmulyadi, M.Si.
Abstract Kompetensi
Materi ini membahas tentang urgensi Tujuan intsruksional pembelajaran yang
pembelajaran Pancasila di Perguruan hendak dicapai adalah agar mahasiswa
Tinggi yang meliputi dasar-dasar mampu memahami dan menjelaskan
pembelajaran Pancasila, capaian atau dasar pembelajaran Pancasila, tujuan
tujuan pembelajaran Pancasila dan penyelenggaraan pembelajaran
pentingnya revitalisasi Pancasila dalam Pancasila dan mampu memahami
kehidupan berbangsa dan bernegara pentingnya revitalisasi nilai-nilai
Pancasila dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini
2013 Pendidikan Pancasila
2 Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendahuluan
Gerakan revitalisasi Pancasila saat ini semakin menunjukkan gejala yang
menggembirakan. Forum-forum ilmiah di berbagai tempat telah diselenggarakan baik oleh
masyarakat umum maupun kalangan akademisi. Tidak terkecuali lembaga negara, yaitu
MPR sudah mencanangkan empat pilar berbangsa dan bernegara yang salah satunya
adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang istlah pilar tersebut, karena selama ini
dipahami bahwa Pancasila adalah dasar negara, namum semangat untuk
menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik.
Esensi yang cukup penting bahwa mendalami Pancasila dalam berbagai cara
dan berbagai makna tidak akan merubah nilai-nilainya bahkan akan menambah
kekuatan dan kandunagn yang bisa diterapkan termasuk dalam memecahkan berbagai
masalah. Perlu digaris bawahi adalah bahwa Perguruan Tinggi memiliki orientasi ideal
yang harus terus di pupuk dan dikembangkan yaitu membentuk kader yang dibutuhkan
oleh negara dan masyarakat bagi tercapainya tujuan umum bangsa Indonesia yang
hendak mencapai terciptanya suatu masyarakat yang berdiri atas satu corak
kepribadian, yaitu kepribadian Indonesia, sebagai jaminan untuk membangun kultur dan
penjaga nilai ideologi bangsa. Tujuan tersebut berarti mendidik masyarakat (civitas
akademika) yang memiliki keseimbangan intelektual yang nasionalis (rasa memiliki
terhadap tanah air), moralis dan spiritual
1. Dasar Filosofis
2. Dasar Sosiologis
Bangsa Indonesia yan g penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan
kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam mas yarakat
Ind onesia. Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang
mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa
norma atau hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan
traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi.
3. Dasar Yuridis
Pancasila telah menjadi norma dasar negara dan dasar negara Republik
Indonesia yang berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NRI Tahun
1945) junctis Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit
Presiden RI/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Naskah Pembukaan UUD
NRI 1945 yang berlaku adalah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang disahkan/di
tetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus
1945. Sila -sila Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
secara filosofis-sosiologis berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam
konteks politis-yuridis sebagai Dasar Negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila
tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, secara yuridis konstitusional
mempunyai kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan
hukum mengikat.
Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi
pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia. Pancasila harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan
ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia (Maftuh, 2008)
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa adalah dengan adanya bangsa Indonesia yang berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Yang terpenting bahwa bangsa dan negara
Indonesia tidak boleh kehilangan jati diri, meskipun hidup ditengah-tengah pergaulan
dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja
mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
Dalam arus globalisasi saat ini tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas
dalam rakyat dan bangsa Indonesia untuk membuka diri terhadap dunia. Hal ini tidak
lepas dari pengaruh sikap bangsa Indonesia yang dengan terbuka menerima
masuknya pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya
melahirkan kolonialisme pada jaman dahulu. Sehingga bukan tidak mungkin apabila
wujud kolonialisme saat ini dapat berupa penguasaan politik dan ekonomi. Meski
tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing
akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa
semakin luas.
Dalam pergaulan dunia yang semakin global, bangsa yang menutup diri
rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka saat ini konsep pembangunan modern harus
membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap
masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa
masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang
terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar
hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja
yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata
nilai budaya nasional harus ditolak dengan tegas.
Untuk itu generasi muda harus tetap menjadikan Pancasila sebagai pondasi
moral dan pendidikan di era globalisasi ini, agar nilai nilai pancasila tidak luntur dan
dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan negara yang sesuai
dengan cita cita Pancasila.