Anda di halaman 1dari 13

Geo-Sciences

PERKEMBANGAN DATARAN PANTAI (COASTAL PLAIN) DAERAH KENDAL PROVINSI


JAWA TENGAH

Ungkap M. Lumbanbatu
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung - 40122

SARI

Wilayah dataran pantai (coastal plain) yang bersifat dinamis selalu mengalami perubahan. Pemahaman akan tataan
stratigrafi endapan Kuarter berperan penting untuk menjelaskan proses-proses geologi yang terjadi dalam pembentukan
dataran pantai. Berdasarkan analisis tataan stratigrafi Holosen, di daerah penelitian terlihat adanya proses geologi berupa
genang laut, susut laut dan aktivitas tektonik. Peristiwa geologi tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan
arah perkembangan dataran pantai di daerah ini.
Kata kunci : tektonik, runtunan stratigrafi Kuarter, genang laut, susut laut

ABSTRACT

A coastal plain area having dynamic charakterisitc. Understanding of Quaternary stratigraphy plays an important role in
explaining the occurance of geological processes during the development of the coastal plain. Holocene stratigraphic
sequence analysis reveals that the studied area has been influenced by several geological processes such as sea level
J

rise and drop, and tectonic activities. These geological phenomenas are expected as the agents to change the directions
of coastal plain development.
Keywords: tectonics, quaternary stratigraphic sequences, sea level rise, sea level drop
G
S

PENDAHULUAN Perubahan pantai ini secara umum dapat terjadi


dalam kurun waktu yang pendek (short term
Dataran pantai adalah wilayah yang sangat dinamis changes), jangka menengah (medium term
dan rentan mengalami perubahan dari waktu ke
M

changes), dan dalam jangka waktu yang panjang


waktu. Pantai adalah batas wilayah (interface) (long term changes).
antara darat (terrestrial) dan laut (marine). Oleh
karena itu proses terbentuknya pantai sangat Di Indonesia perubahan pantai yang terjadi pada
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gelombang, kurun waktu pendek dapat diakibatkan oleh kejadian
arus, turun naiknya permukaan laut dan pasokan gempa bumi, longsoran, tsunami, letusan gunung
sedimen (sediment supply). Pantai di Indonesia api, dan oleh akibat banjir yang besar dan
sangat dipengaruhi oleh perubahan permukaan air berkepanjangan. Contoh paling aktual ketika
laut, tektonik dan kondisi iklim tropis. Ketiga faktor terjadinya perubahan pantai dalam skala waktu
tersebut merupakan pengendali bertambahnya pendek yang diakibatkan oleh bencana alam gempa
daratan (progradation) dan penyusutan daratan bumi 26 Desember 2004, di daerah Aceh. Hampir
(retrogradation). sebagian besar pantai barat Aceh mengalami
penurunan, dan sebagian garis pantai di Kepulauan
Proses erosi dan proses pengendapan dapat terjadi Andaman mengalami pengangkatan. Walaupun
akibat perubahan turun naiknya permukaan laut, peristiwa tersebut terjadi dalam skala pendek, akan
berubahan iklim, dan tektonik, sementara faktor tetapi prosesnya merupakan suatu rangkaian siklus
yang mempengaruhi karakter pantai (coastal tektonik dalam kurun waktu panjang. Perubahan
characteristics) adalah komposisi jenis sedimennya. pantai tersebut mengakibatkan kerugian material
cukup besar seperti harta benda, rusaknya bangunan
lahan pertanian, tambak ikan, tambak garam, dan
Naskah diterima : 18 Juli 2008
Revisi terakhir : 14 Juli 2009 prasarana umum lainnya.

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 225


Geo-Sciences
Perubahan pantai akibat letusan gunung api dapat Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian
terjadi, baik langsung maupun tidak langsung. terhadap terjadinya perkembangan garis pantai oleh
Secara langsung perubahan pantai dapat terjadi aktivitas tektonik Kuarter yang didasarkan pada
tataan stratigrafi. Daerah penelitian ini merupakan
karena produk gunung api dapat mencapai hingga
bagian dari kawasan pantai Laut Jawa yang secara
ke garis pantai seperti aliran lava, sedangkan
morfologi tersusun dari dataran pantai, dataran
perubahan pantai oleh letusan gunung api secara
sungai, rawa, dan dataran delta aktif. Berdasarkan
tidak langsung terkait dengan melimpahnya hasil kenampakan tersebut, daerah ini sangat dinamis,
aktivitas gunung api yang kemudian diangkut oleh dan dalam kurun waktu yang singkat dapat terjadi
sungai dan diendapkan di pantai. Sebagai perubahan garis pantai yang cukup signifikan. Oleh
konsekuensinya garis pantai akan mengalami karena itu, kajian perubahan pantai di daerah ini
perubahan. perlu dilakukan, sehingga efek yang akan
ditimbulkan oleh perubahan ini dapat diketahui, dan
Perubahan pantai dalam kurun waktu menengah
akhirnya metode penanggulangannya dapat dipilih
dapat diakibatkan oleh maju mundurnya garis pantai
supaya kerugian yang lebih besar dapat dihindari di
dalam beberapa dekade seperti yang terjadi di kemudian hari.
daerah delta. Perubahan ini akan berdampak pada
sumber daya alamnya (coastal resources). Daera penelitian secara kepamongprajaan termasuk
ke dalam Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah,
Perubahan pantai dalam kurun waktu panjang dapat dan secara geografis terletak antara koordinat
terjadi karena pengangkatan (uplift) dan penurunan 11000' 11015' Bujur Timur dan 650' 7
(subsidence) dasar cekungan sebagai efek aktivitas Lintang Selatan (Gambar 1). Daerah penelitian dapat
J

tektonik. Perubahan pantai ini akan membawa dijangkau melalui jalan darat dengan kendaraan roda
dampak negatif terhadap kehidupan sosial ekonomi empat/ dua dengan kondisi jalan aspal baik, namun
penduduk yang bermukim di sekitar pantai tersebut. untuk menjangkau daerah-daerah tertentu harus
G

berjalan kaki.
650 LS 650 LS

11015 BT
11000 BT

0 1 2 Km
M

11020 BT
11000 BT

0700 LS 0700 LS

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian dan penampang pemboran berarah timur - barat daerah Kendal dan sekitarnya, Jawa Tengah.

226 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences
METODOLOGI Perbedaan sistem pola aliran pada yang sama
Metodologi pendekatan untuk menerangkan dataran aluvium menunjukkan adanya perbedaan
perubahan perkembangan pantai di daerah kondisi geologi bawah permukaan. Berkembangnya
penelitian, dilakukan dengan cara menganalisis pola aliran subdenritik - denritik di bagian barat
runtunan stratigrafi dari penampang A-B, C-D, E-F sangat boleh jadi diakibatkan oleh pengaruh struktur
dan G-H (Gambar 1). Penampang tersebut berarah batuan dasarnya, dimana endapan aluvium yang
timur barat dibuat dengan mengkorelasikan menutupinya sangat tipis. Sementara itu di bagian
stratigrafi titik titik pemboran. Berdasarkan timur berkembang pola aliran sub parelel - paralel.
penampang tersebut perubahan ataupun Hal ini mengidentifikasikan indikasi yang bahwa
perkembangan pantai dari selatan ke utara dapat kondisi geologi bawah permukaan tidak
dirunut. berpengaruh, yang berarti endapan aluvium di
bagian timur ini cukup tebal. Berdasarkan fakta
Penampang stratigrafi dibuat berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa bagian barat daerah
pemerian batuan hasil pemboran. Deskripsi batuan penelitian mengalami pengangkatan yang
adalah sifat fisik batuan, yang meliputi warna, mengakibatkan tidak berkembangnya proses
kandungan fosil, kandungan material organik, sedimentasi, sehingga endapan aluviumnya tipis.
kandungan lempung, kandungan mineral, besar Sebaliknya bagian timur daerah penelitian
butir, bentuk butir, struktur, kekompakan, dan sifat mengalami penurunan, dimana proses pengendapan
fisik lainnya. Hasil diskripsi tersebut digunakan berlangsung dengan baik sehingga endapan
untuk pengelompokan batuan yang didasarkan atas aluviumnya cukup tebal.
J

lingkungan pengendapannya. Masing-masing


penampang pemboran setiap kelompok batuan Menurut Thanden drr. (1996) tataan stratigrafi
dikorelasikan dengan pemboran yang lain. daerah penelitian diawali oleh kehadiran Formasi
G

Damar (Plio-Plistosen). Sebagian Formasi Damar


Berdasarkan runtunan lingkungan pengendapan, mengandung fosil vertebrata yang mengindikasikan
baik secara mendatar maupun secara tegak, dapat lingkungan pengendapan non marin. Formasi ini
menguraikan dinamika geologi Kuarter, seperti ada terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, dan breksi
S

tidaknya pengaruh perubahan permukaan laut vulkanik. Batupasir mengandung mineral mafik,
selama proses pengendapan atau ada tidaknya felspar dan kuarsa. Selanjutnya, Formasi Damar
aktivitas tektonik. ditutupi oleh endapan aluvium secara tidak selaras.
M

Thanden drr. (1996) memisahkan endapan aluvium


GEOLOGI DAN TEKTONIK DAERAH PENELITIAN tersebut menjadi endapan dataran pantai, dataran
Berdasarkan kejadiannya, geomorfologi daerah sungai dan danau. Endapan aluvium ini tersebar
Kendal dapat dikelompokkan menjadi Bentukan Asal hampir menutupi seluruh daerah penelitian. Tebal
Laut, Sungai, Denudasi, Batuan Asal Struktur dan maksimum endapan aluvium kurang lebih 80 m.
Bentukan Asal Gunung Api (Poedjoprajitno, drr. Pembahasan struktur dan tektonik daerah penelitian
2008). telah dilakukan oleh Lumbanbatu dan Hidayat
Menurut Lumbanbatu dan Hidayat. (2007) terdapat (2007), yang pembahasannya didasarkan pada Peta
perbedaan kerapatan dan pola aliran di sebelah Geologi Lembar Magelang-Semarang, skala
timur dan sebelah barat daerah penelitian, 1:100.000 (Thanden drr., 1996). Para peneliti
khususnya yang terdapat di dataran aluvium. Di tersebut menyatakan adanya sesar Kuarter di daerah
bagian barat daerah penelitian berkembang sistem penelitian, yang diindikasikan oleh terpotongnya
pola aliran sub-denritik-denritik, sedangkan di batuan Formasi Damar (Plio- Plistosen). Thanden drr.
sebelah timur berkembang sistem pola aliran sub- (1996) dalam petanya menggambarkan sesar ini
paralel - paralel (Gambar 2). Tidak ada penjelasan tidak tegas. Di sekitar daerah Muteran, sesar tersebut
lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya digambarkan sebagai sesar naik, di sekitar lereng
perbedaan tersebut. utara Gunung Gili Kelor digambarkan sebagai
kelurusan, dan di sekitar Sungai Damar digambarkan

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 227


Geo-Sciences
sebagai sesar yang diberi notasi U (up) dan D (down) yang mengalami penurunan, dan selanjutnya diisi
(Gambar 3). Namun penulis menafsirkan bahwa oleh endapan Kuarter berupa endapan fluviatil dan
sesar tersebut adalah sesar naik, yang didasarkan delta. Indikasi ini membuktikan bahwa sesar tersebut
atas asumsi bahwa gaya utama yang mendorong adalah aktif, yang aktivitasnya memberikan efek
batuan tersebut muncul ke permukaan berasal dari terhadap endapan Holosen.
selatan ke arah utara akibat aktivitas pergerakan
Poedjoprajitno drr. (2008) dalam pembahasan pola
Lempeng Indo-Australia, yang berarti berhubungan
struktur daerah Kendal mengenali adanya sesar sesar
dengan tektonik regional. Sesar tersebut kemudian
aktif bawah permukaan, yaitu Sesar Wonorejo, Sesar
dipotong oleh sesar sesar yang berarah tenggara
J a m b e K i d u l , d a n S e s a r Ku t o. M e r e k a
barat laut. Berdasarkan fakta bahwa umur formasi
mengidentifikasi bahwa aktivitas Sesar Kuto
yang dipotong oleh sesar tersebut, yaitu Formasi
mengakibatkan batuan alasnya naik, dan bagian
Damar (Plio-Plistosen), sesar ini berumur lebih muda
yang turun membentuk cekungan yang diisi oleh
yang merupakan sesar Kuarter. Konsekuensi dari
endapan Holosen. Sesar Kuto berdasarkan analisis
pergerakan sesar tersebut terbentuk cekungan
pengukuran kekar dinyatakan sebagai sesar naik.
pengendapan di bagian utara (fluvio-deltaic basin)

650 LS 650 LS

11020 BT
11000 BT

J
G
S
M

Pola aliran subparalel

11020 BT
11000 BT

0705 LS 0705 LS

Morfologi dataran aluvium (Pola aliran sub denritik) Morfologi perbukitan bergelombang

Morfologi dataran aluvium (Pola aliran sub parallel)

Gambar 1. Peta geomorfologi daerah penelitian modifikasi dari Lumbanbatu dan Hidayat, 2007.

228 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences
650 LS 650 LS
11000 BT

11020 BT
J

11020 BT
11000 BT

0705 LS 0705 LS
Ketarangan
Qa Aluvium Formasi Damar Sesar Naik Sesar Geser
S

Formasi Kali Getas Formasi Kerak Sesar Nomral Sungai

Gambar 3. Peta geologi daerah Kendal dan sekitarnya Provinsi Jawa Tengah (Thanden, drr., 1996).
M

KARAKTERISTIK PA N TA I (COASTAL didominasi oleh material halus (Yinwang drr., 2003).


CHARACTERISTICS ) Semakin panjang sungai yang mengalir di daerah
Kondisi topografi pantai daerah penelitian sangat yang kemiringan lerengnya sangat landai, maka
landai - datar, sehingga dataran pantai (coastal semakin halus pula materi yang akan diendapkan di
plain) terbentuk secara dominan. Di beberapa pantai. Oleh karena itu, pengaruh aktivitas sungai
tempat terbentuk lingkungan rawa (swamps), hutan mengontrol perkembangan pertumbuhan pantai.
bakau (mangrove), dan pasir pantai (beach sand).
Kondisi pantai yang berlumpur, berpasir atau berbatu
Pantai di daerah penelitian disusun oleh endapan juga sangat tergantung pada kondisi geologi yang
lumpur, pasir, dan kerikilan. Di sekitar muara sungai dilalui oleh sungai yang mengangkut bahan bahan
biasanya endapannya lebih kasar. Faktor yang rombakan yang diendapkan di pantai. Sungai utama
mempengaruhi karakter pantai (coastal yang mengalir di daerah ini adalah Kali Bodri, Kali
characteristics) adalah komposisi jenis sedimennya. Kunto, Kali Blukar, Kali Cangkring, Kali Kenceng, dan
Secara umum, karakteristik pantai dipengaruhi oleh Kali Kendal yang hulunya bersumber dari perbukitan
jenis material yang diangkut oleh sungai, dan sebelah selatan dan bermuara di pantai utara Jawa.
kemudian diendapkan di pantai. Oleh karena itu, Hulu Kali Bodri terletak di Gunung Prahu, di selatan
karakteristik pantai sangat dipengaruhi oleh daerah penelitian yang mengaliri daerah tangkapan
panjangnya sungai dan daerah tangkapan hujan, hujan (catchmen area) seluas 640 km 2.
sehingga material yang diangkut oleh sungai tersebut

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 229


Geo-Sciences
Di daerah penelitian, material hasil erosi yang adanya perbedaaan menyangkut komposisi
ditranspor (diangkut) oleh sungai diendapkan di endapan Kuarter di daerah penelitian, baik melalui
pantai utara Jawa dan membentuk endapan delta penampang berarah utara - selatan maupun
aktif. Hal ini dapat terjadi karena pasokan material melalui penampang timur - barat.
yang diendapkan di pantai jauh lebih besar
Selanjutnya, untuk mengetahui proses peng-
dibandingkan dengan kecepatan gelombang laut dan
endapan di daerah penelitian, maka pembahasan
arus yang memindahkan material tersebut. Dengan
ini berusaha menjelaskan runtunan endapan
kata lain, pembentukan delta di daerah ini terjadi
Kuarter pada masing-masing penampang yang
karena kondisi energi gelombang dan arus yang
berarah timur - barat (Gambar 5).
lemah. Oleh karena itu, delta yang terbentuk di
daerah penelitian sangat terkait dengan kehadiran Runtunan batuan pada penampang A-B (Gambar
Kali Bodir, Kali Kunto, Kali Blukar, Kali Cangkring, 5a) diawali dari batuan dasar (basement rock)
Kali Kenceng dan Kali Kendal. Oleh karena itu, berupa lempung kelabu agak lengket, liat, dan
pembentukan delta di daerah penelitian dapat sangat padat mengandung bercak-bercak
diklasifikasikan sebagai delta yang sangat berwarna kuning, dan mengandung fragmen
dipengaruhi oleh sistem fluviatil (fluvial-dominated batuan vulkanik dengan diameter 0.5 - 1 cm.
deltas) (Reading H.G., 1986). Berdasarkan uraian Batuan dasar ini adalah hasil pelapukan dari
tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik Formasi Damar. Batuan dasar tersebut kemudian
pantai di daerah Kendal lebih didominasi oleh ditutupi oleh endapan laut dekat pantai yang
pengharuh pasokan material yang diangkut oleh terdiri atas lanau berwarna kelabu hitam
sungai yang hulunya di sebelah selatan dan kehijauan, yang diselingi oleh lapisan pasir halus
J

kemudian diendapkan di sepanjang pantai Kendal. tipis dan banyak mengandung pecahan - pecahan
cangkang moluska. Bagian bawah terdiri atas
TATAAN GEOLOGI KUARTER lempung berwarna hijau, sedangkan di atas
G

endapan laut lepas pantai, endapan rawa yang


Penelitian terkait dengan sedimentologi dan cukup tebal (8 m). Umumnya endapan rawa
stratigrafi di daerah Kendal telah dilakukan oleh tersebut terdiri atas lempung lanauan, berwarna
Hidayat drr. (2008), yang penelitiannya didasarkan coklat kekuningan, mengandung sisa-sisa
atas penampang pemboran yang berarah utara -
S

tumbuhan berupa akar akaran, dan daun-daunan.


selatan barat laut - tenggara dan timur laut - barat Lumban dan Hidyat (2007), menyatakan bahwa
daya sebanyak lima penampang. Mereka terbentuknya endapan rawa yang cukup tebal
membedakan endapan Kuarter di daerah ini menjadi tersebut mengindikasikan kondisi pengendapan
M

Formasi Damar, Endapan Laut Lepas Pantai (offshore yang cukup tenang.
deposits), Endapan Laut Dekat Pantai (nearshore
deposits), Endapan Alur Sungai (river channel Selain itu, disebutkan juga adanya pergeseran
deposits), Endapan Alur Estuary (estuary channel (shifting) alur sungai purba ke arah timur (Titik
deposits), Endapan Limpah/Dataran Banjir (flood Bor 28), namun tidak dijelaskan penyebab
plain deposits), Endapan Rawa (swamp deposits) pergeseran alur sungai purba tersebut. Penulis
dan tanah penutup (soil). Masing-masing fasies berpendapat bahwa pergeseran alur sungai purba
endapan Kuarter tersebut di atas telah diuraikan satu (Ch-1) menjadi alur sungai purba dua (Ch-2)
secara terperinci. ditafsirkan sebagai hasil aktivitas Tektonik
Holosen Fase Satu (TF-1) yaitu berupa
Lumbanbatu dan Hidayat (2007), membahas pengangkatan sesaat setelah kondisi tenang
geologi Kuarter berdasarkan pada runtunan stratigrafi berakhir. Alur sungai purba dua ini mengerosi
yang diperoleh dari penampang pemboran berarah endapan rawa yang menutupi endapan laut dekat
timur - barat, sebanyak empat lintasan. Hasil pantai. Hasil kegiatan alur sungai satu (Ch 1)
bahasan tersebut bahwa endapan Kuarter di daerah menghasilkan endapan cekungan banjir, yang
penelitian dibedakan menjadi 1). Endapan Rawa, 2). terdiri atas lempung lanauan, berwarna coklat
Endapan Alur Estuari, 3). Endapan Laut Dekat kekuningan, sifatnya lengket, dan mengandung
Pantai, 4). Endapan Laut Lepas Pantai, 5). Endapan sisa-sisa tumbuhan berupa akar-akaran daun-
Fluviatil dan 6). Sub-strata Para-Holosen. daunan dan sisa organik berwarna coklat
Berdasarkan data tersebut di atas, tidak terlihat kehitaman. Kehadiran endapan cekungan banjir

230 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences
menunjukkan kondisi tenang, sehingga alur yang Pada penampang E-F (Gambar 5c) terlihat;
memasok material berada pada posisi yang sama
1. dimensi alur sungai purba dua (Ch-2) mengecil.
(Reineck dan Singh, 1973). Ke arah timur titik bor
Gejala tersebut mungkin mengindikasikan alur
No. 21 terlihat adanya endapan alur estuari yang
sungai utama bercabang menjadi beberapa alur
mengindikasikan terjadinya susut permukaan laut
sungai kecil (distributary channel) yang
dalam skala kecil (lokal). Tektonik Holosen Fase Satu
umumnya terjadi di daerah dekat pantai.
(TF-1) dapat dikorelasikan dengan aktivitas Sesar
naik Kuto yang menyebabkan batuan alas 2. Adanya pergeseran sungai alur sungai purba dua
mengalami pengangkatan (Peodjoprajitno drr., (Ch 2) ke arah timur menjadi alur sungai purba
2008). tiga (Ch-3) yang dimensinya sedikit lebih besar.
Pergeseran alur sungai purba dua menjadi alur
Runtunan endapan Kuarter pada penampang C-D
sungai purba tiga ditafsirkan sebagai produk
(Gambar 5 b) diawali oleh endapan laut dekat pantai
aktivitas Tektonik Holosen Dua (THF-2). Alur
dengan endapan laut lepas pantai yang hubungannya
sungai purba tiga mengerosi endapan rawa dan
saling menjemari, dan terlihat pula adanya aktivitas
endapan laut lepas pantai.
alur estuari. Endapan alur estuari pada umumnya
terdiri atas perselang-selingan antara lapisan pasir, Sementara itu permukaan laut cenderung mengalami
pasir lempungan dan di beberapa tempat terlihat penurunan, yang dicirikan oleh terbetuknya endapan
lapisan pasir tipis berwarna hitam, berbutir kasar - rawa dan endapan cekungan banjir yang menindih
sedang dengan pemilahan menyudut tanggung - endapan laut dekat pantai dan endapan laut lepas
membulat tanggung, dan bersifat urai. Pasir pantai. Fenomena membesarnya dimensi alur sungai
lempungan berwarna hitam kehijauan berbutir halus
J

purba tiga (Ch 3), yang dikarenakan oleh permukaan


- sedang, dengan pemilahan sedang dan bentuk butir laut, mengakibatkan aliran alur sungai berkembang
menyudut tanggung - membulat tanggung dan dengan baik di wilayah dataran rendah pantai.
mengandung sisa sisa cangkang moluska. Kondisi ini dikontrol oleh terjadinya aktivitas Tektonik
G

Holosen Fase Tiga (THF-3) yang berhubungan


Dimensi alur estuari semakin besar bila
dengan terangkatnya batuan dasar (uplift) di bagian
dibandingkan dengan alur estuari pada penampang
barat daya yang mengakibatkan penurunan ke arah
A-B. Hal ini dapat terjadi karena posisi alur estuari
pantai menyebabkan arah perkembangan pantai
S

lebih dekat ke garis pantai pada saat terjadi susut berubah menjadi ke arah timur laut. Menurut Hidayat
laut. Susut laut ini terjadi secara menerus yang drr. (2008), puncak proses penurunan diperkirakan
ditunjukkan oleh kehadiran endapan laut dekat berlangsung selama Holosen.
pantai yang menutupi endapan laut lepas pantai, dan
M

Penampang G-H (Gambar 5d) merupakan


kemudian ditindih oleh endapan rawa. Proses
penampang yang letaknya paling utara dan
terjadinya susut laut ini berhubungan dengan
mendekati garis pantai sekarang. Lubanbatu dan
peristiwa geologi yang terjadi secara global.
Hidayat (2007) mencermati kenampakan dimensi
Lumban Batu dan Hidayat (2007) mengamati alur sungai purba dan endapan estuari yang
perubahan dimensi alur sungai purba pada membesar. Membesarnya kedua endapan tersebut
penampang A - B ini berdasarkan perubahan merupakan kejadian normal yang terbentuk di
ketebalan sedimennya. Alur sungai purba dua (Ch-2) wilayah mendekati garis pantai. Kehadiran endapan
alur estuari yang ditutupi oleh endapan rawa cukup
lebih berkembang dibandingkan dengan alur sungai
tebal, diartikan sebagai indikasi terjadinya susut laut
purba satu (Ch-1). Fenomena menarik lainnya ialah
yang relatif lama dan secara perlahan lahan. Kondisi
meluasnya sebaran endapan cekungan banjir. Hal ini
tersebut ditafsirkan pengendapan dalam keadaan
disebabkan oleh sebaran endapan fluviatil semakin tenang yang dicirikan oleh endapan rawa yang cukup
meluas, karena tinggi volume air membesar, yang tebal.
sejalan dengan semakin besar tingkat kebasahan.
Berkembangnya endapan cekungan banjir di daerah
DINAMIKA GEOLOGI KUARTER
ini dimaknai sebagai kondisi kelembaban yang
semakin tinggi dan disebabkan oleh perubahan iklim Berdasarkan analisis runtunan stratigrafi penampang
(Hidayat drr., 2008). pemboran yang berarah timur - barat (Gambar 5)
dibuat satu penampang komposit (composite

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 231


Geo-Sciences
section) (Gambar 6). Berdasarkan penampang terjadinya susut laut yang berlangsung secara
komposit tersebut dapat diamati adanya peristiwa regional selama proses tersebut berlangsung proses
genang laut, susut laut dan aktivitas tektonik yang pengendapan laut dekat pantai dan endapan lepas
terjadi selama kurun Holosen, Hidayat drr. (2008) pantai yang menjemari menindih endapan laut dekat
mengamati hasil analisis runtunan stratigrafi yang pantai. Selain fenomena susut laut adanya aktivitas
dibuat berdasarkan penampang berarah utara - tektonik diindikasikan oleh adanya pergeseran alur
selatan, barat daya - timur laut, tenggara - barat laut sungai purba dua (Ch-2) menjadi alur sungai purba
(Gambar 7), menyebutkan bahwa indikasi tektonik tiga (Ch-3). Pergeseran ini mengindikasikan sebagai
dicerminkan oleh adanya perbedaan elevasi batuan maksimum tektonik THF-2. Susut laut terjadi secara
alas yang berubah secara tiba-tiba, tataan stratigrafi menerus hingga sekarang yang ditandai oleh
yang tidak beraturan, terdapatnya indikasi turun- terbentuknya endapan rawa dan endapan cekungan
naiknya permukaan laut dan terdapatnya banjir.
perpindahan alur sungai. Sementara itu Hidayat drr.
Dinamika proses geologi tersebut terekam juga pada
(2004) menyebutkan di daerah Semarang terdapat
pembentukan dan perubahan pantai di daerah
aktivitas tektonik Kuarter yang dicerminkan oleh
p e n e l i t i a n . Pe n g a m a t a n p e r k e m b a n g a n
rangkaian korelasi fasies endapannya.
pertumbuhan pantai di daerah Kendal telah
Di daerah penelitian aktivitas tektonik diawali oleh dilakukan sejak 1864 -1973 oleh Bird dan
Tektonik Holosen Fase Awal (HTF - 1) yaitu berupa O n g ko s o n g o ( 1 9 8 0 ) . B e r d a s a r k a n h a s i l
penurunan batuan dasar (subsidence) yang pengamatannya (Gambar 4) menunjukkan adanya
mengakibatkan terbentuknya cekungan perubahan pertumbuhan garis pantai yang pada
pengendapan sedimen fluvio-deltaic (fluvio-deltaic awalnya berkembang ke arah utara (1864 - 1910),
J

basin). Mekanisme pembentukan cekungan ini sama berubah menjadi ke arah timur laut (1946-1973).
dengan pembentukan Cekungan Jakarta yang Fakta tersebut memberikan informasi bahwa dalam
dipengaruhi oleh aktivitas tektonik jalur penunjaman kurun waktu yang relatif singkat (1946 -1973),
G

di selatan Jawa (Moechtar dan Poedjoprajitno, selama 28 tahun perkembangan pantai ke arah timur
2004). Aktivitas tektonik tersebut dapat laut jauh lebih pesat perkembangannya
menyebabkan terbentuknya sesar atau terjadinya dibandingkan dengan perkembangan pantai ke arah
reaktivasi sesar yang dapat menyebabkan utara selama kurun waktu 47 tahun. Kondisi ini
S

berubahnya lingkungan serta pengendapannya, menunjukkan bahwa volume pasokan material yang
bergesernya garis pantai dan alur sungai. diangkut oleh Kali Kenceng jauh lebih besar
dibandingkan dengan volume material yang diangkut
Di daerah penelitian penurunan batuan dasar
oleh Kali Bodri yang membentuk pantai ke arah
M

dikarenakan aktivitas sesar aktif (Kuarter) yang


utara. Hidayat drr. (2008) dalam Poedjoprajitno drr.
terdapat di bagian selatan yaitu sesar yang berarah
(2008) menyebutkan bahwa :
timur - barat memotong Formasi Damar (Plio-
Plistosen). Sebagai konsekuensi penurunan batuan 1. faktor pengendali proses pengisian cekungan
dasar mengakibatkan terjadi genang laut yang dapat disebabkan oleh faktor turun-naiknya
direpresentasikan oleh kehadiran endapan laut dekat permukaan laut, perubahan iklim dan kegiatan
pantai yang menindih endapan vulkanik Formasi tektonik.
Damar disertai aktivitas sungai yang menghasilkan
2. efek tektonik berpengaruh terhadap pasokan
endapan alur purba satu (Ch-1).
material yang mengisi cekungan kuarter.
Adanya pergeseran alur sungai purba satu (Ch-1)
Kondisi ini korelatif dengan aktivitas pengangkatan
menjadi alur sungai purba dua (Ch-2) mungkin
sebagai maksimum tektonik HTF-1. yang terjadi di bagian barat yang menyebabkan
batuan dasar terangkat, sehingga mempengaruhi
Pada saat terjadinya maksimum genang laut yang arah pola perkembangan pola aliran yang beralih ke
kemudian juga terjadi susut laut skala kecil (lokal) arah timur laut. Dengan demikian pasokan material
yang diawali oleh kehadiran endapan alur estruari.
yang diangkut oleh Kali Kenceng diendapakan di
Fenomena ini menjelaskan bahwa meskipun
daerah tersebut dan sebagai konsekuensinya
permukaan laut secara umum cenderung naik, akan
perkembangan arah pantai sesuai dengan arah
tetapi secara lokal terjadi fluktuasi turun naik
permukaan laut. Setelah genang laut maksimum, perkembangan pola aliran sungainya.

232 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences

LAUT JAWA

Gambar 4. Evolusi perkembangan garis pantai daerah Kendal, Jawa Tengah.


J
G
S
M

Gambar 5. Runtunan stratigrafi penampang A-B, C-D, E-F dan G-H (Lumbanbatu, drr., 2007).

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 233


Geo-Sciences

HTF 3
HTF 2
KOMPOSIT KOLOM STRATIGARFI HOLOSEN

SUSUT LAUT

HTF 1
J
GENANG LAUT
G
HOLOSEN

S
KUARTER

PLISTOSEN

M
PLIOSEN
TERSIER

Gambar 6. Tataan stratigrafi dan siklus tektonik daerah Kendal dan sekitarnya.

234 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences

J
G
S
M

Gambar 7. Korelasi rangkaian sedimen Kuarter daerah Kendal, dengan arah penampang utara-selatan, timur laut - barat daya, tenggara - barat laut
(Hidayat, drr., 2008).

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 235


Geo-Sciences
Perkembangan dan perubahan pantai tersebut Rangkaian
n runtunan stratigrafi di daerah
merupakan produk aktivitas Tektonik Holosen Fase penelitian menunjukkan adanya peristiwa
Tiga (THF-3). Berdasarkan perkembangan tersebut geologi berupa genang laut, susut laut dan
dapat dinyatakan bahwa hingga saat ini di daerah aktivitas tektonik yang berpengaruh terhadap
penelitian masih terus mengalami proses tektonik arah perkembangan dataran pantai yang hingga
sekarang masih terus berlangsung
yang memberi efek terhadap perkembangan pantai
ke arah timur laut. Gejala tektonik yang dapat diamati di daerah
n
penelitian adalah berupa pengangkatan (upflit)
Akibat THF-3 arah Kali Bodri sebagai pemasok
dan penurunan (subsidence). Bersamaan
bahan sedimen berubah menjadi ke arah timur laut, dengan terjadinya genang laut terjadi juga
dan sebagai konsekuensinya perkembangan pantai kegiatan tektonik berupa penurunan (HTF-1) .
ke arah timur laut jauh lebih luas dibandingkan Sebagai konsekuensinya terjadi pergeseran alur
dengan perkembangan pantai ke arah utara. sungai purba satu (Ch-1) menjadi alur sungai
Kenyataan ini tercermin juga pada penampakan purba dua (Ch-2). Pada saat terjadi susut laut
terjadi juga tektonik berupa (HTF-2) serta
morfologi yang diperlihatkan oleh perbedaaan sistem
pergeseran alur sungai purba dua (Ch-2)
pola aliran di daerah pedataran aluvium (Gambar 2).
menjadi alur sungai purba tiga (Ch-3). Efek yang
Di sebelah barat daerah penelitian berkembang pola ditimbulkan oleh Tektonik Holosen Fase Tiga
aliran subdenritik - denritik, sedangkan di sebelah (THF-3) terutama terlihat dari perubahan
timur penelitian berkembang pola subparalel-paralel. perkembangan pantai yang mengarah ke arah
Perbedaan sistem pola aliran yang terdapat pada timur laut.
J

kondisi geologi yang sama yaitu di pedataran aluvium


Sesar
n naik yang aktif selama proses
yang patut dicurigai. Oleh karena itu, perbedaan
pengendapan, mengakibatkan bergesernya garis
tersebut merupakan salah satu unsur yang
G

pantai dan turun naiknya permukaan laut secara


digunakan untuk menafsirkan adanya pengangkatan lokal. Gejala ini membuktikan bahwa aktivitas
di daerah ini. Sistem pola aliran subdenritik - denritik sesar naik telah memberikan dampak terhadap
di sebelah barat penelitian terjadi akibat dari dasar cekungan yang mengalami penurunan
pengangkatan yang mengakibatkan endapan
S

(subsidence).
aluviumnya relatif lebih tipis bila dibandingkan
dengan yang di sebelah timur, dimana sistem pola UCAPAN TERIMA KASIH
aliran yang berkembang adalah pola sub paralel-
M

paralel. Oleh karena itu perkembangan pola aliran Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.
yang di sebelah barat penelitian dikontrol oleh Herman Moechtar atas koreksi, kritik dan saran
terutama masukannya, sehingga tulisan ini dapat
batuan dasar.
diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada rekan rekan dan semua pihak
KESIMPULAN khususnya kepada Suyatman Hidayat M.Sc, Herman
Berdasarkan posisi stratigrafinya endapan alur
n Mulyana M.Sc, dan Ir. Santoso yang ikut membantu,
sungai purba dapat dipisahkan menjadi alur hingga makalah ini menjadi lebih baik. Selanjutnya,
sungai purba satu (Ch-1), alur sungai purba dua penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
(Ch-2), dan alur sungai purba tiga (Ch-3), Kepala Pusat Survei Geologi atas izinnya untuk
masing - masing berurutan dari tua ke muda penerbitan makalah ini.

236 JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009


Geo-Sciences
ACUAN
Bird, E.C.F. and Ongkosongo, O.S.R., 1980. Environmental Changes on the Coast of Indonesia. United Nations
University, Tokyo, Japan
Hidayat, S., Moechtar H., Pratomo,I., 2008. Tektonik Sebagai Faktor Pengendali Evolusi Cekungan Kuarter di
Daerah Pesisir Kendal Jawa Tengah. Jurnal JTM XV (1) : 213-224.
Hidayat, S., Moechtar, H., Mulyono, Mulyana, H., 2004. Bencana Alam ditinjau dari aspek Geologi Kuarter
bawah permukaan di daerah Semarang dan sekitarnya, Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya
Geologi, I (1) : 192-205. Pusat Survei Geologi Bandung.
Lumbanbatu, U.M., dan Hidayat, S., 2007. Evaluasi Awal Kerentanan Pelulukan / Likuefaksi daerah Kendal dan
sekitarnya, Jawa Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, II (3) : 159-176. Badan Geologi,
Moechtar, H., Poedjopradjitno,S., 2004. Runtunan Tataan Stratigrafi sebagai indikator Periode Proses
Penurunan (Subsidence). (Studi kasus geologi Kuarter Cekungan Jakarta). Publikasi Khusus:
Stratigrafi Pulau Jawa. Puslitbang Geologi, Bandung.
Poedjoprajitno, S., Hidayat, S., Waromi, P., Moechtar, H., 2008. Akumulasi Pengendapan Sedimen Kuarter
kaitannya dengan Gerak-gerak Struktur Sesar Aktif. (Studi Kasus Geologi Kuarter di wilayah
dataran rendah aluvium hingga pantai sepanjang Maron-Sikucingkrajan, Kec. Gemuruh,
Kab.Kendal (Jawa Tengah). Proses penerbitan, Jurnal Sumber Daya Geologi. Pusat Survei Geologi.
Reading, H.G., 1986. Sedimentary Environments and Facies. Blackwell Scientific Publications, Oxford London,
J

Eidenburgh, Boston, Palo Alto, Melbourne.


Reineck, H.E., Singh, I.B., 1973. Depositional Sedimentary Environment. Springer-Verlag Berlin Heidelberg
New York.
G

Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna,K., dan Amin, T.C., 1996. Peta Geologi Lembar Malang
dan Semarang, Skala 1 : 100.000. Pusat Survei Geologi, Bandung.
Yinwang, Z., Hu, Shixiong, Wu,Yongsheng Shao, Xuejun., 2003. Delta processes and Management Strategies in
S

China. Intl. J. River Basin Management I (2) : 173-184.


M

JSDG Vol. 19 No. 4 Agustus 2009 237

Anda mungkin juga menyukai