Puji Syukur dan Terima Kasih kami daraskan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena segala kasih dan karunianya, kami mampu menyelesaikan Laporan
Praktikum ini. Laporan Praktikum Modul 5 Turning menjadi sebuah hasil tertulis
dari yang telah kami lakukan selama mengikuti praktikum Proses Manufaktur
khususnya modul 5 Turning.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
2.4 Cara Menahan Benda Kerja pada Mesin Bubut (Workholder) .................. II - 5
iii
3.2 Langkah Kerja .................................................................................................. III - 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
FOTO MESIN BUBUT (TURNING)
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
BAB I PENDAHULUAN
Pada masa lampau, proses membubut logam dilakukan sebagian besar secara
manual, dengan kata lain, menggunakan tangan. Tetapi, seiring perkembangan
zaman, telah diciptakan mesin bubut yang sangat mempermudah manusia dalam
menjalani proses ini. Tetapi, proses membubut tetap tidak lepas dari campur
tangan manusia. Mesin yang telah disediakan hanyalah berperan untuk
mempermudah manusia, tapi keterampilan dalam pengoperasian mesin tetaplah
dibutuhkan. Keberadaan operator dalam proses bubut penting, karena tanpa
pengukuran yang seksama, pembubutan tidak akan menghasilkan logam dengan
bentuk dan ukuran yang diharapkan.
Dalam praktikum ini, para praktikan diharapkan untuk bisa mengerti dan
memahami cara pengoperasian mesin bubut, serta memiliki keahlian yang cukup
untuk melakukan pembubutan secara aman dan efisien. Penguasaan dalam
penggunaan mesin bubut memungkinkan perubahan bentuk yang beragam pada
logam.
3. Mampu memilih jenis pahat yang akan digunakan untuk membuat produk
dengan proses tertentu.
4. Mengetahui proses apa saja yang dapat dikerjakan oleh mesin bubut.
5. Memahami gerak relatif antara pahat dengan benda kerja dan proses
terbentuknya chip (geram).
I-2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II - 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
lainnya. Proses ini dinamakan form turning. Jika alat potong dimakankan menuju
benda kerja hingga habis, bend kerja akan terpotong menjadi dua bagian. Proses
operasi ini disebut sebagai parting atau cutoff. Alat potong yang serupa juga
dapat digunakan untuk melakukan proses necking dan partial cutoff.
Boring adalah suatu variasi dari proses bubut. Secara umum, boring
adalah proses internal turning. Boring dapat menggunakan alat pemotong
bermata satu untuk menghasilkan permukaan bagian dalam berbentuk silindris
atau kerucut. Proses boring tidak menghasilkan lubang, tetapi memperbesar
lubang yang sudah ada hingga ukuran tertentu. Proses boring biasanya dapat
dilakukan pada mesin mana pun yang juga dapat melakukan proses bubut. Di
sisi lain, proses boring juga dapat dilakukan dengan pahat yang berputar dan
menembus benda kerja yang diam. Operasi lain seperti knurling dan threading
juga dapat dilakukan pada mesin bubut.
II - 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Headstock dipasang dengan posisi yang tetap pada way bagian dalam
dan berfungsi sebagai sarana tenaga untuk memutar benda kerja pada berbagai
macam kecepatan putar. Secara umum, headstock terdiri dari spindle berongga
yang dipasang pada bearing yang tepat dan kumpulan transmission gears.
Spindle di dalam headstock dapat berputar dengan berbagai kecepatan.
Kebanyakan mesin bubut menyediakan delapan hingga delapan belas pilihan
kecepata putar yang berbeda. Pada mesin bubut modern, seluruh pilihan
kecepatan putar dapat diatur hanya dengan menggerakan dua hingga empat
tuas. Headstock juga merupakan tempat dipasangnya workholder.
Pada mesin bubut tradisional, tailstock pada dasarnya terdiri dari tiga
bagian. Casting bagian bawah terpasang pada way bagian dalam dan dapat
meluncur secara longitudinal. Casting ini juga dapat dijepit pada lokasi yang
diinginkan. Casting bagian atas terpasang pada casting bagian bawah dan dapat
dipindahkan secara melintang di atasnya agar dapat menyejajarkan tailstock dan
spindle di headstock (untuk turning taper). Komponen ketiga adalah tailstock
quill. Tailstock quill adalah silinder baja berongga yang dapat digerakkan secara
longitudinal keluar masuk bagian atas casting. Bagian ujung terbuka dari lubang
II - 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
quill memiliki Morse taper. Alat potong atau lathe center dicengkeram di bagian
quill.
Alat potong yang digunakan pada mesin bubut harus keras dan kaku
untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya pembengkokan dan getaran.
Karena itu, alat potong pada mesin bubut kebanyakan ditahan oleh baja tempa
II - 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
yang berat. Mata pahat highspeed steel harus dijepit di dalam penahan yang
dapat meminimalisasi lepasnya pahat dari tempatnya. Bila tidak, alat potong
akan bergetar dan hasil bubut pun akan menjadi jelek. Karbida, keramik, dan
karbida terlapis yang digunakan untuk pemotongan dngan kecepatan yang lebih
tinggi dapat dibeli dengan berbagai macam bentuk, geometri, dan ukuran.
Pusat pada tailstock dapat menjadi pusat hidup atau pusat mati. Pusat
hidup berotasi pada bearing di tailstock, sehingga tidak ada gerakan rotasi relatif
di antara mesin dan pusat hidup. Karena itu, tidak ada gesekan yang terjadi di
antara pusat dan benda kerja. Pusat hidup dapat digunakan pada proses bubut
yang menggunakan gerak rotasi berkecepatan tinggi.
II - 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
gesekan terebut, cara ini biasanya digunakan pada kecepatan putar yang lebih
pelan.
2.4.2 Chuck
Ada beberapa jenis chuck yang biasa digunakan oleh mesin bubut, yaitu
three jaws chuck dan four jaws chuck. Bagian jaw didesain untuk dapat
memegang bagian dalam diameter dari sebuah benda yang berbentuk tabung.
Self-centering chuck (three jaws chuck) memiliki mekanisme untuk
menggerakkan seluruh jaw dengan gerakan yang sama pada waktu yang sama,
hingga benda kerja terpusat pada sumbu poros.
Di sisi lain, four jaws chuck memungkinkan operasi yang independen dari
setiap rahangnya. Chuck dapat digunakan baik dengan maupun tanpa pusat
tailstock.
II - 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.3 Collet
Collet terdiri dari sebuah tabung dengan celah-celah longitudinal yang
ada di setengah panjangnya dan memiliki jarak yang sama pada lingkar tertentu.
Bagian dalam diameter collet digunakan untuk memegang benda kerja berbentuk
silindris seperti barstock. Karena celah-celahnya, salah satu ujung dari collet
dapat dihimpitkan untuk mengurangi diameterna dan menyediakan pegangan
yang lebih erat terhadap benda kerja. Karena ada batas reduksi yang dapat
dilakukan collet pada diameter mana pun, alat ini harus dibuat dalam berbagai
ukuran untuk menyesuaikan ukuran benda kerja yang akan dibubut.
II - 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.4 Faceplate
Face plate adalah alat pemegang benda kerja yang mengencangkan
poros mesin ubut (spindle) dan dgunakan untuk mencengkeram benda-benda
dengan bentuk yang aneh. Karena bentuknya yang tidak biasa, benda-benda
kerja ini tidak dapat ditahan dengan metode lain. Karena itu, faceplate dilengkapi
dengan klem berdesain custom untuk geometri benda tertentu.
II - 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
proses bubut akan beroperasi pada permukaan yang keras dan kasar.
Permukaan benda kerja yang kasar akan mengikis alat pahat perlahan-lahan.
Bila permukaan benda kerja sangat keras, kecepatan potong (cutting speed)
pada proses bubut kasar awal harus dikurangi sesuai keadaan.
II - 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5.5 Chamfering
Mata pahat dari alat potong dimiringkan sesuai dengan derajat yang
diinginakan dan digunakan untuk memotong bagian ujung benda kerja sesuai
kemiringan tertentu.
II - 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5.6 Threading
Mata pahat dimakankan sepanjang benda kerja yang berputar sejajar
dengan sumbu rotasi sehingga membentuk ulir di sepanjang benda kerja.
2.5.8 Boring
Pahat bermata satu dimakankan sejajar dengan sumbu rotasi pada
bagian dalam diameter benda kerja untuk memperbesar lubang yang telah ada.
II - 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5.9 Drilling
Drilling dapat dilakukan dengan memakankan bor sejajar dengan sumbu
rotasi terhadap benda kerja. Drilling berfungsi untuk membuat lubang pada
benda kerja.
2.10 Knurling
Proses knurling menghasilkan produk yang berpermukaan kasar dan
teratur pada benda kerja. Knurling dapat dilakukan pada peralatan mesin lain,
permukaan datar, dan dalam kebanyakan kasus pada permukaan silinder
menggunakan mesin bubut.
II - 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dengan gaya yang cukup. Gaya yang ditekankan harus dapat menahan
pergeseran dan pergerakan lateral logam sehingga dapat membentuk knurl
berpola berlian.
II - 14
BAB III
PENGOLAHAN DATA
BAB III ini berisi tentang apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam
melaksanakan pratikum modul 5 (Turning) serta bagaimana langkah-langkah
kerja dalam melaksanakan pratikum modul 5 ini. Langkah – langkah kerja yang
dibahas di BAB III ini adalah langkah-langkah dalam penyalaan mesin bubut
(Turning), langkah-langkah bagaimana saddle dapat bergerak secara otomatis
dan yang terakhir dibahas yaitu langkah – langkah proses yang digunakan saat
pratikum modul 5 (Turning) ini adalah Proses Facing, Proses Reduksi Diameter
dan Proses Chamfering .
1. Silinder alumunium
2. Pahat
3. Pahat ulir
4. Mal ulir
6. Kunci pahat
7. Kunci chuck
8. Center – jalan
9. Kuas
10. Penggaris
III - 1
BAB III PENGOLAHAN DATA
III - 2
BAB III PENGOLAHAN DATA
III - 3
BAB III PENGOLAHAN DATA
III - 4
BAB IV
ANALISIS
Pada bagian Analisis Benda Kerja yang dipahat, Benda Kerja akan
diamati dari awal sebelum pembubutan hingga setelah pembubutan. Hal yang
dianalisis terkait dengan Perubahan ukuran dan kondisi permukaan Benda Kerja.
Selanjutnya pada bagian Analisis Geram dan Permukaan yang dihasilkan, akan
dianalisis terkait geram yang dihasilkan dan permukaannya. Lalu pada bagian
Analisis Pengaruh Parameter terhadap Benda Kerja, akan dianalisis terkait
pengaruh parameter khususnya kecepatan potong, kecepatan pemakanan dan
kedalaman pemotongan terhadap benda kerja yang dibubut. Terakhir, bagian
Analisis Proses Facing, Reduksi Diameter, serta Chamfer akan diamati terkait
dengan prosedur pemprosesan tiap proses tersebut.
IV - 1
BAB IV ANALISIS
pemendekan. hal ini dapat terjadi karena pahat terus menerus memakan
(feeding) ujung permukaan benda kerja hingga ke titik sumbu benda kerja.
Pemakanan tersebut akan mengurangi panjang benda secara perlahan-lahan.
Awalnya benda kerja kami memiliki panjang 104 dm, lalu dengan proses
facing, benda kerja kami menjadi 90 dm panjangnya. Yang artinya mengalami
pemendekan / pemakanan sebesar 14 dm. Pahat mampu memakan ujung
permukaan benda kerja dengan panjang 0,5 dm per pass (proses pemakanan),
sehingga proses pemakanan ini dilakukan sebanyak 28 pass. Dengan 28 pass
maka wajar jika benda kerja mengalami pemendekan sebesar 14 dm.
Benda kerja kami memiliki diameter awal sebesar 21 dm, lalu dengan
proses reduksi diameter, benda kerja kami menjadi sebesar 15 dm di sepanjang
50 dm dari ujung permukaan benda kerja. Pahat mulai memakan benda kerja
dengan diameter pemakanan sebanyak 0,5 dm per pass sehingga proses
pemakanan dilakukan sebanyak 10 kali. Kemudian dilanjutkan reduksi diameter
sebesar 5 dm lagi atau 10 kali proses pemakanan pada benda kerja yang sudah
berdiameter 15 dm agar diameter menjadi 10 dm di sepanjang 20 dm dari ujung
permukaan benda kerja. Oleh karena proses facing dan proses reduksi diameter,
benda kerja mengalami perubahan ukuran.
IV - 2
BAB IV ANALISIS
Ketika tuas penggerak pahat digerakkan secara kontinu, dengan kata lain
konstan, akan terbentuk geram yang tidak putus-putus. Geramnya akan terus
tersambung membentuk gulungan panjang selama proses pengikisan oleh pahat
berlangsung.
IV - 3
BAB IV ANALISIS
Keterangan :
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter dan kecepatan putar
benda kerja, maka semakin cepat juga kecepatan potong terhadap benda kerja
dan begitu pula sebaliknya.
Keterangan:
IV - 4
BAB IV ANALISIS
cara bertahap, yaitu proses pengasaran (roughing) dan proses pemotongan akhir
(finishing). Proses pengasaran menggunakan kedalaman pemotongan yang
cukup tinggi. Hal ini terjadi karena proses tersebut tidak memperhatikan kualitas
permukaan hasil pemotongan. Pertimbangan lainnya adalah efisiensi proses
pemotongan. Sedangkan pada proses pemotongan akhir digunakan kedalaman
pemotongan yang rendah agar didapatkan kualitas permukaan yang baik.
Kedalaman pemotongan dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
IV - 5
BAB IV ANALISIS
IV - 6
BAB V
Bab lima merupakan bab terakhir dari pembuatan laporan ini. Bab ini
merupakan bab yang khusus berisikan kesimpulan dan saran dari bab-bab
sebelumnya. Bab ini bertujuan untuk memberikan kesimpulan dari seluruh hasil
kerja praktikum kami serta saran dan masukan membangun lainnya yang dapat
dipergunakan di lain waktu. Guna menciptakan proses pengoperasian serta hasil
akhir produk secara optimal dan tepat guna.
5.1 Kesimpulan
Mesin bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar
benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secaratranslasi
sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja
disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak
umpan.
1. Proses Turning yang dilakukan oleh kami terdiri dari Proses Facing,
Reduksi diameter, dan Chamfer.
2. Pada Proses Turning, gerak potong dilakukan oleh gerakan rotasi benda
kerja, sedangkan gerak makan dilakukan oleh pahat yang bergerak
paralel dengan sumbu rotasi.
3. Permukaan Benda kerja yang kasar maupun halus disebabkan oleh cepat
atau lambatnya gerak makan yang dilakukan praktikan saat memutar
tuas.
4. Geram yang dihasilkan dari mesin bubut dipengaruhi oleh kestabilan
dalam pemutaran tuas pahat.
5. Beberapa parameter yang mempengaruhi hasil dari benda kerja adalah
kecepatan potong, kecepatan makan, serta kedalaman pemotongan.
V-1
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Meskipun hasil dari proses bubut yang kami lakukan tergolong cukup
berhasil, tapi benda yang dihasilkan masih belum cukup memuaskan.
Permukaan benda hasil pemotongan masih kasar, dan pada saat reduksi
diameter pun, hasil potongan tidak rata. Sebaiknya, dalam kesempatan
berikutnya, tuas penggerak harus digerakkan secara lebih perlahan-lahan dan
konstan, sebab bila putaran tuas sedikit saja lebih lambat/cepat, maka
permukaan hasil potongannya akan lebih kasar. Selain itu, agar bagian
potongannya rata, pengaturan pergerakan pahat juga harus lebih diperhatikan.
Bila posisi berhenti membubutnya tidak sama, maka hasil potongannya Juga
tidak akan rata.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A