Makala H
Makala H
Disusun oleh :
A. LATAR BELAKANG
Tetapi untuk mengolah sampah itu sendiri menjadi sebuah energi tidaklah
mudah karena banyak tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Bahkan di Negara
kita sendiri pengolahan sampah untuk menjadi energi belum dilakukan secara
maksimal. Hanya di beberapa daerah dan tempat saja yang telah memulai
memanfaatkan energi dari sampah yang telah mereka hasilkan tersebut. Sebut saja
Bandung dan Lamongan yang telah mulai memanfaatkan energi sampah mereka
untuk dijadikan energi listrik sebagai energi alternatif yang mereka gunakan.
Maksud dan tujuan dari makalah ini adalah untuk memberi pengetahuan
bahwa ada sebuah energi alternatif berupa sampah yang bisa dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka pada masa yang akan datang. Dimana
energi-energi yang tersedia sebelumnya lambat laun akan mulai berkurang seiring
dengan berjalanya waktu.
C. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. Pengertian PLTSa
Sampah adalah problem yang akan selalu menghantui selama kita masih
tinggal di atas bumi ini. Semakin banyak jumlah penduduk suatu wilayah, semakin
banyak pula tingkat konsumsi akan barang/material yang digunakan sehari-hari.
Seiring dengan peningkatan konsumsi, maka volume sampah yang dihasilkan setiap
harinya juga akan bertambah. Sedangkan beberapa Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah umumnya memiliki keterbatasan baik lahan maupun daya tampung.
Apalagi dengan kondisi rawan longsor pada musim penghujan.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi,
yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang
menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di
Bandung menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya. Pada kedua
proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan
generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis
menghasilkan gas-bio yang kemudian dibakar untuk menghasilkan tenaga yang
akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan
proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan
steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang
dihubungkan dengan generator listrik.
PLTSa memiliki dua tungku yang dapat digilir dimana pada awal
pengoperasiannya akan digunakan bahan bakar minyak. Setelah suhu mencapai
850oC 900oC, sampah akan dimasukkan dalam tungku pembakaran (Incinerator)
yang berjalan 7800 jam. Hasil pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas
buangan yang mengandung CO, CO2, O2, NOx, dan Sox. Hanya saja, dalam proses
tersebut juga terjadi penurunan kadar O2. Penurunan kadar O2 pada keluaran
tungku bakar menyebabkan panas yang terbawa keluar menjadi berkurang dan hal
tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi pembangkit listrik. Kelebihan sistem
pembakaran ini adalah:
c) Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat anorganik.
d) Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air panas,
listrik dan pencarian logam.
d) Sedangkan hasil berupa gas akan dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi
dengan scrubber atau ditampung untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit energi.
3. Pemanasan boiler
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu
yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah
semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku
batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai
dengan bahan bangunan.
C. Pengolahan Limbah
1. Limbah padat
Sisa pembakaran abu dan debu terbang sebesar 20% dari berat semula akan diuji
kandungannya apakah mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau tidak,
di laboratorium. Jika tidak mengandung B3 maka dapat dijadikan sebagai bahan
baku bangunan seperti batako. Namun jika mengandung B3 maka akan diproses
dengan teknologi tertentu sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk menampung abu
ini, di lokasi PLTSa akan dibuat penampungan abu dengan kapasitas 1.400 M3,
yang mampu menampung abu selama 14 hari beroperasi.
2. Limbah cair
Pada kegiatan penirisan sampah akan menghasilkan lindi dan bau. Lindi akan
ditampung kemudian diolah sampai pada tingkat tertentu. Sedangkan bau yang
ditimbulkan berada dalam bunker bertekanan negatif sehingga tidak akan keluar
tetapi tersedot dalam tungku pembakaran sehingga tidak menimbulkan bau sampah
di luar bangunan.
3. Limbah gas
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak
sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu
kenyamanan bagi masyarakat umum. Untuk menghindari bau yang berasal dari
sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling
bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau)
seluas 7 hektar.
D. Dampak
1. Dampak positif
Diperkirakan dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 -3.000 m3 sampah per
hari akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt. Sampah sebesar itu
sama dengan sampah yang dibuang ke TPA. Dari pembakaran itu, selain
menghasilkan energi listrik, juga memperkecil volume sampah kiriman. Jika telah
dibakar dengan temperatur tinggi , sisa pembakaran akan menjadi abu dan arang
yang memiliki volume 5% dari jumlah sampah sebelumnya. Abu sisa pembakaran
pun bisa dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan batu bata dan batako.
Dioxin
Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari
sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan
yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastik pada
sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti
pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). PLTSa sudah dilengkapi
dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan
berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari
lingkungan.
Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu
bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun
hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak
dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat
pulau, dan pada tahun 2029 Singapura memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha
(Pasek, Ari Darmawan, 2007).
Bau
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak
sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu
kenyamanan bagi masyarakat umum.
Logam berat
Logam berat yang mencemari lingkungan umumnya berukuran kecil namun tetap
berbahaya bagi kelangsungan makhluk hidup di wilayah pencemaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ketika bahan bakar yang berupa minyak bumi dan gas alam semakin
menipis maka biomasa mulai diperhitungkan menjadi solusi alternatif. Terlebih lagi
saat kelompok hijau makin keras menyuarakan penghematan energi. Minyak bumi
dan gas alam akan terus menipis persediaannya padahal manusia terus
membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup. Biomasa kemudian menjadi salah
satu pilihan karena relatif mudah dikelola dan dapat diperbarui, itupun selama
perencanaan dan pelaksanaannya berjalan dengan baik.