Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI AKHIR SEMESTER GENAP 2016/2017

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh:

Nama : NAILUN ZANJABILA

Npm : (1611600025)

Kelas : J

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2017
soal :
1. Jelaskan Kenapa Perlu Ada Pemerintah dan Kenapa Perlu Ada Pemerintah
Daerah serta apa tujuan otonomi daerah ? (Bobot Nilai: 25)

2. Berilah Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia dan Hak Warga


Negara Indonesia? (Bobot Nilai : 15)

3. Permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, antara lain:


Disorientasi, belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila. Jelaskan dan berilah
contoh konkritnya ? (Bobot Nilai : 15)
4. Mengapa wawasan kebangsaan begitu penting bagi bangsa dan Negara
Indonesia ? (Bobot Nilai : 15)

5. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Hakikat Identitas Nasional ?


(Bobot Nilai: 15)

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perubahan paradigma perang dari


hardpower menjadi softpower. Berilah contoh konkritnya ? (Bobot Nilai:
15)
JAWABAN UTS :

1. Karena Syarat berdirinya suatu negera adalah dengan adanya rakyat,


wilayah, dan pemerintah yang berdaulat, sesuai dengan Konvensi
Montevideo tahun 1933 oleh Mahfud MD disebut unsur konstitutif,
sementara tambahan lainnya adalah unsur deklaratif (Pengakuan dari
negara lainnya).Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak dimiliki,
maka tidak bisa disebut Negara.
a) Rakyat (unsur konstitutif)
Rakyatlah yang memiliki kepentingan mewujudkan cita-cita dan
harapan negara. Tidak mungkin negara tanpa rakyat, yang
dimaksud adalah sekumpulan manusia yang disatukan oleh suatu
wilayah tertentu serta tunduk pada kekuasaan Negara.
Rakyat dibedakan menjadi 2, penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk adalah sekumpulan orang yang telah memenuhi syarat
administratif dari peraturan negara. Bukan penduduk adalah orang
yang tidak memenuhi syarat tersebut.
Penduduk juga dibedakan menjadi 2, warga negara dan bukan
warga negara. Warga negara adalah orang yang memenuhi syarat
negara, sementara bukan warga negara adalah orang yang tidak
memenuhi syarat tersebut seperti turis dan lain2.
b) Wilayah (unsur konstitutif)
Dibagi menjadi tiga bagian, yaitu darat, laut dan udara.
Darat memiliki garis batas/perbatasan dengan wilayah negara lain
yang dijaga dengan ketat.
Laut termasuk danau, sungai, selat dan teluk juga memiliki teritorial
dan di luar itu disebut laut bebas.
Udara berada di atas laut dan darat dan perbatasan udara juga
memilii daerah teritorial yang diawasi dengan ketat.
c) Pemerintah yang Berdaulat (unsur konstitutif)
Pengertian pemerintah ada dua, arti luas dan arti sempit.
Arti luas, adalah keseluruhan badan pengurus negara dan segala
organisasi negara.
Arti sempit, adalah suatu badan pimpinan yang terdiri atas
seseorang atau beberapa orang.
d) Pengakuan dari Negara Lain (unsur deklaratif)
Bersifat De Jure karena melibatkan hak dan kewajiban anggota
masyarakat internasional.Indonesia lahir secara de facto tanggal 17
Agustus saat proklamasi dan mendapat pengakuan de jure tanggal
18 Agustus saat disahkannya UUD 1945.

Adapun peranan dan fungsi pemerintahan sebagai berikut :


Fungsi Pelayanan
Fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan terbaik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sektor. Masyarakat tak akan
dapat berdiri sendiri memenuhi kebutuhan tanpa adanya pemerintah
yang memberikan pelayananan.
Fungsi Pengaturan
Pemerintah memiliki fungsi pengaturan(regulating) untuk mengatur
seluruh sektor dengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lainnya,agar stabilitas
negara terjaga, dan pertumbuhan negara sesuai yang diinginkan.
Fungsi Pembangunan
Fungsi pembangunan dijalankan apabila kondisi masyarakat melemah
dan pembangunan akan dikontrol ketika kondisi masyarakat membaik
atau menuju taraf yang lebih sejahtera.
Fungsi Pemberdayaan
Fungsi ini dijalankan jika masyarakat tidak mempunyai skill dan
kemampuan untuk bisa keluar dari comfort zone atau zona aman.
Contohnya masyarakat bodoh, miskin, tertindas, dan sebagainya.
Pemerintah wajib mampu membawa masyarakat keluar dari zona ini
dengan cara melakukan pemberdayaan.dimaksud agar dapat
mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga tidak
menjadi beban pemerintah,untuk meningkatkan kualitas SDM.
Ketergantungan terhadap pemerintaha akan semakin berkurang dengan
pemeberdayaan masyarakat. Sehingga hal ini akan mempermudah
pemerintah mencapai tujuan Negara dengan secara optimal.
Perlu adanya peran pemerintah yang secara optimal dan mendalam untuk
membangun masyarakat, maka peran pemerintah yang dimaksud seabagi
berikut :
Pemerintah sebagai regulator
Peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah
untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui
penerbitan peraturan-peraturan. Sebagai regulator, pemerintah
memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen
untuk mengatur segala kegiatan pelaksanaan pemberdayaan.
Pemerintah sebagai dinamisator
Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakkan
partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses
pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika
pembangunan daerah. Pemerintah berperan melalui pemberian
bimbingan dan pengarahan secara intensif dan efektif kepada
masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui
tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan
pelatihan.
Pemerintah sebagai fasilitator
Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk
menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam
mengoptimalkan pembangunan daerah. Sebagai fasiitator,
pemerintah bergerak di bidang pendampingan melalui pelatihan,
pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta di bidang
pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal
kepada masyarakat yang diberdayakan.
peran pemerintah dalam perekonomian
Keseimbangan perekonomian agar dapat memenuhi kebutuhan
para pelaku ekonomi, yang terdiri atas produsen, konsumen, dan
lembaga penunjang ekonomi pada setiap saat. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut perlu dilakukan pemeliharaan pemupukan
cadangan (stock) kebutuhan pangan, listrik, bahan baker minyak
dan devisa negara dalam jumlah yang cukup
peran pemerintah dalam dunia pendidikan
peran pemerintah sangat penting daam dunia pendidikan.
pemerintah menata pendidikan menuju otonomi daerah dengan
cara menata profesionalisme guru, permasalahan profesionalisme
guru, memperbaiki kualitas dan gaji guru, perbaikan fasilitas
pendidikan serta membangun siswa yang berkualitas.
peranan pemerintah dalam pembagunan
pemerintah sangat berperan dalam membagun infrastruktur
negara melalui pembagunan yang merata ke setiap daerah dan
mengawasi pembagunan dengan baik serta menjaga dan merawat
fasilitas pembangunan.
peranan pemerintah dalam keaamanan
pemerintah dalam hal ini menjaga stabilitas keamanan baik di
dalam negeri mau ancaman dari luar negeri melalui aparat-aparat
keamanan baik aparat kepolisian maupun tentara nasional.

2. HAK
Hak adalah segala sesuatu yang memang harus didapatkan (mutlak) oleh
setiap manusia sejak ia diciptakan. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Hak adalah sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan
oleh aturan, undang-undang, dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas
sesuatu/menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Hak menurut Prof. Dr. Notonagoro adalah kuasa untuk menerima atau
melakuakan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan semata-mata
oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Contonh hak :
1. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan
hukum.
4. Setiap warga negara berhak memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing tanpa paksaan dan tekanan dari
pihak manapun.
5. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
6. Setiap warga negara berhak mendapat pengakuan dan perlindungan
hukum.
7. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan
mengemukakan pendapat, berserikat dan berkumpul, baik secara lisan
maupun tulisan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku.

KEWAJIBAN

Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan atau dilaksanakan


oleh masing-masing individu sehingga bisa mendapatkan haknya secara
layak. Suatu kewajiban dapat dikatakan sebagai hutang yang harus
dilunasi untuk memperoleh apa yang harus seseorang miliki.

Kewajiban menurut Prof. Dr. Notonagoro,kewajiba adalah beban untuk


memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan semata-
mata oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepntingan.

Contoh kewajiban :
Membayar pajak,mentaati peraturaturan lalu lintas, melaksanakan tata
tertib di sekolah, membayar biaya pendidikan dengan sesuai ketentuan,
sebagai pelajar harus rajin belajar, melaksanakan tugas yang diberikan
bapak/ibu guru dengan sebaik-baiknya, dan masih banyak lagi.

3. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai ragam suku,
agama, budaya, etnis yang tersebar di berbagai pulau. Ini merupakan
sebuah kekayaan yang patut menjadi kebanggaan besar bagi seluruh
rakyat Indonesia. Namun, kebanggaan ini menjadi tidak bermakna ketika
kebhinekaan yang ada tidak menjadi bagian dari diri setiap anak bangsa
dan akan memunculkan sifat sekretarian, yang akan menggerus rasa
nasionalisme. Ini masalah kebangsaan yang senantiasa muncul di tengah
masyarakat. Kesadaran yang utuh akan kebhinekaan yang
termanifesatsikan dalam tindakan nyata keseharian adalah kerangka
dasar yang akan menggerakkan sifat nasionalisme yang tinggi. Sehingga
kebhinekaan yang ada dapat terajut nilai-nilai kebersamaan di tengah
ketunggalikaan yang berlandaskan moral Pancasila.
Kita kurang menyadari bahwa negara ini terbentuk dari beragam
perbedaan yang tidak akan bisa berjaya tanpa semangat persatuan dan
kesatuan bangsa yang dilandasi perbedaan. Oleh karena itu, persatuan
dan kesatuan bangsa merupakan harga mati yang harus dicapai demi
terciptanya kesejahteraan bangsa Indonesia. Secara nyata kita harus
menyadari bahwa kebhineka-an merupakan hukum alam yang tidak bisa
dipungkiri. Ibarat dua sisi mata pisau, kebhinnekaan pada satu sisi
menjadi sebuah potensi yang dapat memberikan nilai lebih. Keragaman
yang ada jika diolah dengan baik akan menciptakan kehidupan indah yang
penuh dengan warna dalam satu kesamaan, di bawah naungan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan asas Pancasila. Namun, pada
sisi lain kebhinekaan tersebut jika tidak dapat dikelola dengan baik juga
berpotensi mengancam keutuhan bangsa besar yang tersebar di ribuan
pulau besar dan kecil di khatulistiwa ini. Kita sebagai warga Negara kita
harus melakukan seperti yang tertuang dalam ketetapan MPR no.
II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa. sebagai pedoman praktis
bagi pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam butir butir pengamalan
pancasila :
SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
a. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain.
SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

a. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban


antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

SILA PERSATUAN INDONESIA

a. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan


bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
d. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.

SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Contoh permasalahan :

KONFLIK ANTAR SUKU DI PAPUA

Beberapa tahun belakangan media di Indonesia, baik lokal maupun


nasional memberitakan mengenai konflik antarsuku yang terjadi di Papua.
Timika sering diplesetkan Tiap Minggu Kacau. Bukan Timika jika tak ada
kekacauan, bentrok ataupun kerusuhan. Masih segar dalam ingatan kita
bahwa di Timika selalu terjadi konflik antarsuku. Konflik antara PT Freeport
Indonesia (PT FI) dengan warga setempat juga turut mewarnai tragedi
konflik di daerah itu. Sebagai contoh kerusuhan yang terjadi Tahun 1996.
Kerusuhan yang telah menelan korban jiwa pada masyarakat sipil dan
korban materil yang tak terhitung jumlahnya. Saat itu, pihak perusahaan
menggunakan jasa aparat keamanan untuk menembaki, memperkosa,
meneror dan mengancam warga Papua. Konflik di Timika pula yang akhirnya
menghasilkan pemberian dana 1 persen dari pendapatan bersih PT FI
pertahun untuk Masyarakat Amungme dan Kamoro. Walaupun kini dana 1
persen itu lebih banyak digunakan untuk kepentingan PT FI sendiri.

Konflik berikutnya yang terjadi di Timika yakni antara masyarakat


denganpemerintah. Sebagai contoh kerusuhan menyikapi rencana
pemerintah pusat untuk pemekaran Provinsi Papua Tengah dengan Ibu Kota
di Timika. Konflik ini terjadi pada tahun 2004 yang menyebabkan 4 warga
sipil tewas terkena panah. Konflik yang selalu terjadi di Timika juga antara
masyarakat dan masyarakat. Contoh kasus misalnya konflik saling
menyerang antara Suku Dani dan Suku Damal. Bahkan dalam catatan telah
sepuluh kali terjadi di Timika. Seperti konflik antara Suku Dani dan Damal di
Kwamki Lama dan juga konflik berlanjut di Banti dan Kimbeli di Tembagapura
dekat PT FI mengeksploitasi emas, tembaga dan mineral ikutan lainnya.
Konflik selanjutnya adalah antara aparat keamanan dan warga sipil. Contoh
kasus, antara warga sipil yang berasal dari Suku Key dan Pihak Kepolisian.
Konflik ini juga telah melumpuhkan aktivitas Kota Timika. Dalam konflik ini
satu warga sipil tewas tertembak. Konflik selanjutnya yang sering terjadi di
Timika adalah antara aparat keamanan sendiri. Contoh kasus seperti Aparat
TNI saling melakukan penyerangan terhadap Aparat Kepolisian. Aparat TNI
menyerang Pos Polantas di Timika Indah. Dalam konflik ini sejumlah pihak
mengalami kerugian. Contoh konflik-konflik tersebut selalu terjadi di Timika
dan telah membuka peluang untuk timbul lagi konflik lama karena dalam
proses penyelesaian tak pernah tuntas. Keadilan dalam penyelesaian kasus
konflik bagai panggang jauh dari bara.

Contoh kasus penyelesaian perdamaian misalnya ketika penyelesaian denda


adat antara Suku Dani dan Damal. Denda adat terkumpul Rp 2 Miliar. Uang
sebanyak itu diperoleh melalui bantuan perusahaan yang beroperasi di
Timika dan pemerintah setempat. Juga diperoleh dari hasil usaha pihak-
pihak yang bertikai. Dana sebanyak itu bukan untuk membayar musuh atau
pihak lawan tetapi pihak untuk membayar keluarga korban dalam sukunya
sendiri. Akhirnya dendam antara suku-suku yang bertikai masih terus
berlanjut. Jika Aparat Polisi tak mengungkap siapa pelaku penembakan dan
juga jika tak diberikan hukuman setimpal, maka dendam masih berlanjut.
Jika dilihat secara seksama, maka konflik di Timika lebih intensif dibanding
konflik yang terjadi kota-kota lainnya di Papua. Hal ini terjadi mungkin saja
karena ada aktor yang bermain di balik konflik antarsuku di Papua.

Dalam kasus ini sudah jelas jika kasus ini sudah tidak mengacu dalam
pancasila,mereka sudah tidak memperdulikan lagi walaupun ia tinggal satu
daerah dan bangsa Indonesia.

4. wawasan Kebangsaan peting bagi bangsa karena :

Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa


Indonesia. Dalam kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar
negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana
terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Konsep kebangsaan itulah
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan


untuk mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai
manusia. Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku,
ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status
sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan.

Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Budi Utomo
menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika. Berdirinya Budi
Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-
organisasi yang sangat majemuk, baik di pandang dari tujuan maupun
dasarnya.

Dengan Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum


pemuda berusaha memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan.
Kemajemukan, keanekaragaman seperti suku bangsa , adat istiadat,
kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa tetap ada dan dihormati.

Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas


satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan
dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa
nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi
bahasa Indonesia.

Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan


adat budaya yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan
melemahkan paham nasionalisme. Paham nasionalisme adalah suatu
paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah
duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.

Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang


sangat terkenal, yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan
pangkal tolak nasionalisme yang demokratis, namun dalam
perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat diwarnai oleh
nilai-nilai dasar yang berkembang dalam masyarakatnya masing-masing,
sehingga memberikan ciri khas bagi masing-masing bangsa.

Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak dapat


mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari
yang terimplementasikan menjadi wawasan nusantara bahwa wilayah laut
Indonesia adalah bagian dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia.
Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang menyatakan negara
Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari semua aspek sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi
Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan
semua dorongan dan rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan
aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang mencakup kesatuan politik,
kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan keamanan

Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi sumber perumusan


kebijakan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah harus dapat mencegah disintegrasi /
pemecahan negara kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah
pusat, mencegah timbulnya pertentangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut diharapkan dapat terwujud
pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel dan pemerintah daerah yang
tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan daya saing yang sehat
antar daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan
politik, berkembangnya kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa
yang kompak dan bersatu dengan ciri kebangsaan, netralitas birokrasi
pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem pendidikan yang
menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan.

Wawasan kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia


untuk proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik dengan
memberi contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas, kemandirian
dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi dengan meyakinkan
bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan dalam
mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab.

5. .Pengertian Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang


tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan
suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan
nasional dengan acuan pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar
dan arah pengembangannya. Hakikat Identitas Nasional kita sebagai
bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah pancasila
yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti
yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral
yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik itu di dalam
tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya. Dengan
demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional
tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan
normatif dan domatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung
terus-menerus bersemi karena adanya hasrat menuju kemajuan yang
dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas
nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang
berkembang dalam masyarakat. Unsur Unsur Identitas Nasional |
Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas
nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan unsur pembentuk identitas
nasional yang meliputi :
a. Suku Bangsa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas
nasional. Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif atau
ada sejak lahir, dimana sama coraknya dengan golongan umur dan
jenis kelamin. Di Indonesia khususnya, terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang tiga ratus dialek
bahasa.
b. Agama merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas
nasional. Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
agamis (didasarkan pada nilai agama). Agama-agama yang tumbuh
dan berkembang di nusantara yaitu agama islam, katholik, kristen,
hindu, budha dan kong hu cu.
c. Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas
nasional. Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung utntuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakukan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas
nasional. Dalam hal ini, bahasa dipahami sebagai sistem
perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.

6. Perluasan prioritas negara dari hard power menuju soft power dimulai
semenjak berakhirnya Perang Dingin. Hal ini bertolak dari ketakutan
masyarakat internasional mengenai perang dan dampaknya. Jika kita
menyoal mengenai power, adalah wajib untuk mengetahui Apa itu
Power?. Power adalah keseluruhan dari kemampuan dan elemen-elemen
yang dimiliki oleh aktor (baik itu negara, individu, NGO, dsb) yang digunakan
untuk mencapai kepentingannya baik politik dan ekonomi. Terlihat jelas ada
tiga entitas yang hidup dalam pengertian yang penulis sampaikan; Aktor
yang beragam, Politik, dan Ekonomi. Adanya tiga entitas tersebut tidak
sekadar menjelaskan dari fenomena yang terjadi, namun hal tersebut
didorong oleh perluasannya paradigma dan isu di kalangan hubungan
internasional.
Pada awalnya, prioritas negara selalu bertumpu pada hard power yakni lebih
menekankan pada aspek militer dan politik dan hanya ada satu aktor yang
diakui, yakni Negara (State-Centered). Seiring berjalanannya waktu dan
berakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, aktivitas
masyarakat internasional juga meningkat yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi sehingga menggeser fokus negara dengan yang
baru, yaitu Soft Poweryang lebih fokus kepada non-militer.

Jika dilihat secara mendasar, yang terjadi adalah perluasan perspektif


keamanan itu sendiri sebab Keamanan merupakan salah satu orientasi dari
Power itu sendiri. Perluasan tersebut dimulai pasca Perang Dingin, hal ini
bisa dilihat pada masa Perang Dingin dimana negara-negara terjebak dalam
suatu polarisasi sehingga membentuk blok-blok kekuatan dan
mempengaruhi negara-negara lain untuk menentukan blok mana yang akan
dipilih, kondisi ini lebih dikenal dengan istilah bipolarisasidua kutub
kekuatan. Bipolarisasi pada waktu itu terjadi dikarenakan beberapa negara
akan mendapat bantuan ekonomi, politik, bahkan militer (Auxilaries) dari
negara-negara besar pemberi bantuan tersebut sehingga negara-negara
pengikut harus menuruti kemauan negara-negara besar tersebut. Namun,
tentu saja hal ini berbeda setelah berakhirnya Perang Dingin yang mana
justru menimbulkan kutub-kutub kekuatan yang baru dan banyak;
multipolar. Perluasan dan perluasan makna Keamanan ini ditambahlagi
dengan adanya globalisasi, negara-negara tidak bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri sehingga negara-negara lebih memilih jalan kerjasama
dan dalam situasi ini muncul berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi
bergesernya konsep keamanan itu sendiri, seperti banyaknya bermunculan
pressure group, internasionalisasi, pedagangan lintas batas dan
demokratisasi idelogi. Di samping itu, globalisasi membuat hubungan
individu, perusahaan-perusahaan, dan negara berinteraksi lebih dekat dan
murah dibandingkan masa-masa sebelumnya. Kondisi ini memberi
hambatan bagi otoritas suatu negara, maka dari itu bergeser pula konsepsi
aktor internasional yang semula hanya negara sekarang bertambah menjadi
individu, kelompok penekan, NGO, organisasi-organisasi internasional, dsb.
Kendati demikian, peran suatu negara sebagai aktor internasional tidak
berarti hilang begitu saja karena negara masih berperan penting dalam
kesejahteraan masyarakatnya, di samping itu negara adalah pemegang
kekuasaan untuk menetapkan regulasi dan masih bisa melakukan intervensi
kemiliteran jika terjadi suatu konflik dengan intensitas yang tinggi.

Globalisasi mengajarkan bahwa perang tidak hanya dilakukan dengan kontak


senjata antar negara, namun perang dapat pula dilakukan dengan
guncangan akan keberadaan manusia dan pemikirannya. Singkatnya,
globalisasi menunjukkan bahwa adanya perpindahan sifat perang itu sendiri
dari Perang Fisik ke Perang Pemikiran. Hal ini dikarenakan globalisasi tidak
hanya membuat perpindahan fisik manusia namun juga membawa paham-
paham yang mengenai ide dan interpretasi antar manusia. Tambah lagi
globalisasi melahirkan sebuah paradigma baru mengenai keamanan, yaitu
Keamanan Individu. Munculnya isu Keamanan Individu beranjak dari naiknya
peran aktor-aktor non-negara ke ranah internasional dan mengambil jatah
di arena tersebut. Di sini terlihat jelas bahwa dengan berbagai gejolak yang
ada memaksa negara-negara untuk menyimpan kekuaran militer mereka
pada masa ini dan mulai menggunakan Soft Power untuk mencapai
kepentingannya.

Soft Power menjadi priotas dikarenakan masyarakat internasional yang


menentang perang. Ketika pada masa Perang Dingin muncul isu keamanan,
maka negara-negara terlibat melakukan pendekatan bertumpu pada hard
politics, namun hal ini berbeda ketika masa pasca Perang Dingin yang
merespon isu-isu keamanan yang bukan lagi mengenai perang atau kontak
senjata antar negara, pada masa pasca Perang Dingin negara-negara mulai
melakukan pendekatan soft power, seperti pendekatan ekonomi, politik,
hukum, dsb. Soft Power lebih bergerak di bidang lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, dan antropologi. Soft Power menghidupkan hal-hal baru dan
membuat dunia semakin kompetitif untuk berperang. Mengapa? Kita bisa
mengambil contoh pada Perdagangan Emisi yang mengaitkan dua elemen
dalam Soft Power itu; Ekonomi dan Lingkungan. Pola perdagangan yang baru
ini berangkat dari Protokol Kyoto mengenai lingkungan, agar menciptakan
sebuah keamanan dan fair trade maka dibuatlah Perdagangan Emisi yang
turut mewadahi perdagangan internasional dan reduksi karbon. Singkatnya,
negara-negara industri besar seperti AS, Inggris, dll membayar kepada
negara-negara dengan industri kecil yang masih terjaga hutannya karena
negara-negara industri kecil tersebut menyumbang Oksigen yang banyak
kepada dunia guna mereduksi polusi karbon, Indonesia berpartisipasi.
Kendati demikian, hal ini adalah perdagangan dan perdagangan sudah tentu
memiliki perjanjian. Ketika negara-negara industri besar meninggikan
intensitas industri yang berujung pada perekonomian mereka, negara-
negara dengan industri kecil penghasil oksigen tersebut dituntut untuk
sekadar menjaga hutan mereka. Tentu saja hal ini bersifat ofensif, sebagian
dari tentu menyadari bahwa industrialisasi adalah salah satu pilar penting
dalam perekonomian suatu negara.

Terdapat korelasi antara Power, Keamanan, dan Soft Power dari contoh
yang penulis berikan. Negara-negara industri besar bebas melakukan
industrialisasi dan mencemari lingkungan dunia dan negara-negara industri
kecil dituntut untuk menjaga hutan, negara-negara industri kecil seperti
Indonesia tentu saja terpengaruhi perekonimiannya melalui perdagangan
ini. Negara-negara besar tersebut menggunakan semua kapabilitas mereka
untuk mencapai kepentingan mereka, setidak-tidaknya mengalahkan
ekonomi negara lain. Seperti yang penulis sampaikan di paragraf
sebelumnya, bahwa gejolak yang sedang terjadi saat ini memperlihatkan
secara implisit bahwa perang tidak hanya melalui kontak senjatanamun
bisa juga dalam kontak perpolitikan internasional.

Konflik adalah natural adanya sebab konflik hanya akan ada ketika ada
persinggungan, dalam kehidupan sosial baik nasional, regional, dan
internasional pasti ada yang bersinggungan dan menhidupkan konflik. Jauh
sebelum zaman Machiavelli sudah ada, berbagai macam negara-negara
lakukan menyikapinya, dari melalui konsep Hard Power yang bersifar state
oriented dan militeristik hingga sekarang dengan penggunaan konsep Soft
Power yang bersifat non-militeristik.

Perluasan isu keamanan ini salah satunya adalah objek dari Keamanan itu
yang pada awalnya difokuskan kepada teritorial negara bergeser kepada
keamanan individu.

Walaupun adanya Perluasan isu keamanan dari Hard Power dan Soft Power,
tidak semata-mata menghilangkan aspek-aspek dan nilai-nilai yang ada
dalam Hard Power. Militer tetaplah suatu instrumen penting bagi eksistensi
sebuah negara. Tambah lagi di berbagai negara-negara maju, budget untuk
militer tetaplah paling tinggi di bandingkan budget lainnya. Hal ini kembali
menekankan kepada kita bahwa sejatinya yang terjadi bukanlah
Pergeseran melainkan Perluasan isu-isu Internasional dari Hard Power
ke Soft Power. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah seperti
konflik Israel-Palestina, ISIS, Arab Spring menjadi korelasi yang akurat untuk
menanggapi Perluasan yang terjadi di lingkup global, bahwa sebenarnya isu-
isu Hard Power tidak tergerus secara total.

Perluasan yang terjadi memang menghambat distribusi power suatu negara


yang berimbas pada kurangnya intensitas peperangan dan membuat siapa
saja berhak serta dapat mengambil peran dalam arena internasional, namun
tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan isu-isu seperti
perang secara kontak fisik dan perlombaan senjata. Seperti apa yang
dikatakan oleh ilmuwan Hubungan Internasional, Nye dan Owen, yang
mengatakan bahwa meningkatnya kekuatan informasi akan membatasi
distribusi kekuatan suatu negara. Dari pandangan tersebut, dapat kita lihat
perkembangan militer sekarang ini bahwa revolusi dalam urusan kemiliteran
(Revolution in Military Affairs) bukan hanya meningkatkan kemampuan
destruksi atau efek penghancuran yang diberikan, melainkan teknologi
informasi dan upgrade persenjataan yang semakin canggih sebagai
keuntungan yang membatasi (tipikal Soft Power) di peperangan mendatang.

Anda mungkin juga menyukai