Anda di halaman 1dari 22

HYDROCEPHALUS

Oleh :
Sri Meutia. A
NIM. 1008114418

Pembimbing :
dr. Andrea Valentino, Sp.BS

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul Hidrocephalus. Referat ini

disusun sebagai sarana untuk memahami Hidrocephalus, meningkatkan kemampuan

menulis ilmiah di bidang kedokteran khususnya dibidang Ilmu Bedah dan memenuhi

salah satu persyaratan kelulusan kepaniteraan Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran

Universitas Riau Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Andrea

Valentino, Sp.BS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan

kepada penulis dalam penyelesaian referat ini beserta pihak pihak yang telah membantu

penulis dalam mengumpulkan bahan sumber tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih

banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat

penulis harapkan dari dokter pembimbing serta rekan rekan Koassisten demi

mendekati kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini membawa manfaat bagi kita

semua.

Pekanbaru, Mei 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinal atau liquor cerebrospinal ( LCS ) dengan tekanan intracranial

yang meninggi, sehingga terjadi pelebaran ventrikel.1

Hidrosefalus terjadi pada satu diantara 2.000 janin dan merupakan 12% diantara

malformasi berat yang ditemukan pada waktu lahir. Pada umumnya, kejadian

hidrosefalus sama pada laki laki dan perempuan. Hidrosefalus juga dapat terjadi pada

masa dewasa yaitu sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus.2 Dalam sebuah penelitian

di Amerika Serikat dari total 174.000 kelahiran, ditemukan kejadian hidrosefalus

bawaan sebesar 6,6 kasus per 10.000 kelahiran dan tidak terdapat perbedaan signifikan

dalam insiden antara kulit putih dan hitam.2

Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Sebagian besar penyebab

hidrosefalus kongenital adalah stenosis aqueductus serebri. Pada remaja dan dewasa

lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.1 Hidrosefalus dapat menyebabkan

kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Penyebab kematian tersering pada

hidrosefalus adalah herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan

intrakranial, kompresi batang otak dan sistem pernapasan.1

Hidrosefalus merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran terutama jika

dihubungkan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak karena terjadinya

gangguan pertumbuhan otak, sehingga jika tidak ditangani secara cepat dan tepat akan
dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang lebih parah

lagi, bahkan dapat menjadi kasus yang dapat berakibat fatal.3

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas definisi, anatomi, etiologi, klasifikasi hidrosefalus,

patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan hidrosefalus.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah :

1. Memahami mengenai hidrosefalus dan mampu membuat diagnosis klinik

berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik dan di dukung oleh

pemeriksaan penunjang sesuai dengan SKDI.

2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran

khususnya bagian ilmu bedah.

3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu

kepada beberapa literature.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti

kepala.4 Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal atau liquor cerebrospinal ( LCS ) dengan tekanan

intracranial yang meninggi, sehingga terjadi pelebaran ventrikel.1 Hal ini dapat terjadi

karena ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari LCS.

2.2 Anatomi

2.2.1 Lapisan selaput otak

Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh tiga membrane, yaitu duramater,

arachnoideamater, dan piamater. Lapisan selaput otak tersebut dapat dilihat di

gambar 1.

Gambar 1. Lapisan selaput otak


2.2.1.1 Duramater encephali

Duramater terdiri dari dua lapis yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal.

Kedua lapisan ini berhubunga erat, kecuali pada tempat tertentu keduanya terpisah

membentuk sinus venosus. Lapisan endoteal adalah periosteum yang meliputi

permukaan dalam tulang tulang tengkorak. Lapisan ini hanya sampai foramen

magnum dan tidak berlanjut ke lapisan duramater di medulla spinalis.5

Lapisan meningeal adalah duramater yang sebenarnya. Lapisan meningeal

merupakan membrane fibrosa padat dan kuat yang membungkus otak dan melanjutkan

diri setelah sampai foramen magnum sebagai duramater medulla spinalis. Falx serebri

adalah lipatan duramater berbentuk bulan sabit yang terletak di garis tengah, antara

kedua hemispherium cerebri. Ujung depannya yang sempit melekat pada crista

frontalis interna dan crista galli. Tentorium serebelli adalah lipatan duramater yang

berbentuk bulan sabit, yang menjadi atap fossa cranii posterior.5

Falx serebeli adalah lipatan duramater kecil berbentuk sabit yang melekat pada

crista occipitalis interna dan menonjol ke dapan diantara kedua hemispherium cerebri.

Diaphragm sellae adalah lipatan duramater berbentuk sirkular kecil, yang membentuk

atap sella turcica. Lubang kecil ditengahnya dilalui oleh glandula hypophysis cerebri.5

2.2.1.2 Arachnoideamater encephali

Arachnoideamater adalah membrane impermeable halus yang meliputi otak

dan terletak diantara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Selaput

ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural, dan dari

piamater oleh spatium subarachnoideum, yang terisi oleh cairan serebrospinal.

Arachnoideamater membentuk jembatan di atas sulci pada permukaan otak dan dalam
situasi tertentu arachnoideamater dan piamater terpisah lebar membentuk cisternae

subarachnoideae.5

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh plexus choroideus yang terdapat didalam

ventriculus cerebri lateralis, tertius, dan quartus. Cairan ini keluar dari system ventrikel

otak melalui tiga foramen pada atap ventrikulus quartus dan masuk ke dalam spatium

sub arachnoideum. Cairan ini kemudian mengalir ke bawah di sekitar medulla spinalis.

Spatium subarachnoideum spinalis meluas ke bawah sampai setinggi vertebrae sacralis

kedua. Cairan serebrospinal masuk ke dalam aliran darah melalui villi arachnoideales

dengan berdifusi melalui dindingnya.5

2.2.1.3 Piamater encephali

Piamater adalah membrane vascular yang erat membungkus otak, meliputi

gyrus dan masuk ke dalam sulci yang paling dalam. Membrane ini membungkus saraf

otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri arteri yang masuk ke dalam

substansi otak juga diliputi oleh piamater.5

2.2.2 Cairan serebrospinal

Susunan syaraf pusat seluruhnya diliputi oleh liquid serebrospinal ( LCS ). LCS

juga mengisi rongga dalam otak, yaitu ventriculus sehingga mungkin untuk

membedakan LCS internum dan externum yang berhubungan pada region ventriculus

quartus.5 Sirkulasi LCS dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 2. Sirkulasi cairan serebrospinal

Sistem ventricular terdiri dari empat ventrikel, dua ventrikel lateral ( 1 dan 2 )

di dalam hemisphere telencephalon, ventriculus tertius pada diencephalon dan

ventriculus quartus pada rombencephalon. Kedua ventrikulus lateralis berhubungan

dengan ventrikulus tertius melalui foramen interventriculare monro. Ventrikulus tertius

berhubungan dengan ventrikulus quartus melalui suatu luubang kecil, yaitu aquaductus

cerebri (aquaductus sylvii).6 LCS akan mengalir dari ventriculus lateralis ke dalam

ventriculus tertius dan dari sini, melalui aquaductus sylvii akan masuk ke ventriculus

quartus, disana LCS akan memasuki spatium liquor cerebrospinal externum melalui

foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus.6

Cairan akan meninggalkan system ventricular melalui aperture garis tengah dan

lateral dari ventrikel ke empat dan memasuki rongga subarachnoid. Cairan akan

mengalir di atas konveksitas otak ke dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil
direabsorpsi ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular

dan sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena di berbagai daerah di atas

konveksitas superior. Tekanan cairan serebrospinal minimum harus ada untuk

mempertahankan reabsorpsi, karena itu terdapat suatu sirkulasi cairan serebrospinal

yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam

keadaan yang seimbang.6

2.3 Etiologi

Hidrosefalus dapat disebabkan oleh beberapa hal. Carrcleland pada tahun 1978

menemukan penyebab hidrosefalus adalah neoplasma dalam tengkorak kepala atau

tumor, bawaan lahir, trauma atau luka di kepala, proses radang yang diakibatkan radang

selaput otak kronis dan virus cytomegalovirus.7

Duus pada tahun 1994 mengungkapkan penyebab hidrosefalus adalah tumor

otak, abses otak, ensefalitis, meningitis purulenta akut, meningitis tuberkulosa,

meningitis sifilis, sclerosis multiple, trauma otak, perdarahan subarachnoid, hematoma

subdural, poliamielitis dan tumor spinal.7

2.4 Klasifikasi

Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu :

2.4.1 Berdasarkan gambaran klinis8

a. Hidrosefalus yang manifestasi ( overt hidrosefalus ) adalah hidrosefalus

yang tampak jelas dengan tanda tanda yang khas


b. hidrosefalus yang tersembunyi ( occult hidrosefalus ) adalah hidrosefalus

dengan ukuran kepala yang normal

2.4.2 Berdasarkan sirkulasi LCS1

a. hidrosefalus non komunikans

obstruksi terdapat di dalam system ventrikel sehingga menghambat aliran

bebas dari LCS. Gangguan yang terjadi terletak pada sistem vertikel sehingga

terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Tipe ini biasanya diakibatkan oleh

obstruksi dalam system ventrikel yang menghambat sirkulasi LCS. Kondisi ini

dapat dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi

kongenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi atau bekas luka.1

b. hidrosefalus komunikans

obstruksi terdapat pada rongga subarachnoid, sehingga terdapat aliran

bebas LCS dalam system ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Tipe ini tidak

terdapat obstruksi pada aliran LCS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorpsi

LCS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. Hal ini sering terjadi pada

dewasa yang biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan

darah sesudah terjadinya hemmorage subarachnoid.1

2.4.3 Berdasarkan proses terbentuknya8

a. hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai

akibat obstruksi atau gangguan absorpsi LCS

b. hidrosefalus kronik adalah hidrosefalus yang terjadi setelah aliran

serebrospinal mengalami obstruksi beberapa minggu atau bulan, atau tahun


c. hidrosefalus subakut adalah hidrosefalus yang terjadi diantara waktu

hidrosefalus akut dan kronik

2.4.4 Berdasarkan waktu pembentukan8

a. hidrosefalus kongenital adalah hidrosefalus yang terjadi pada neonates atau

yang berkembang selama intrauterine

b. hidrosefalus infantile adalah hidrosefalus yang terjadi karena cedera kepala

selama proses kelahiran

c. hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus yang terjadi selama masa

neonates atau disebabkan oleh factor-faktor lain setelah masa neonates

2.5 Patofisiologi

Kecepatan pembentukan LCS adalah 0,3 - 0,4 cc/menit atau 0,2 0,5 cc%

volume total permenit. Sekresi total LCS dalam 24 jam adalah 500 600 cc, sedangkan

jumlah total LCS adalah 150 cc, berarti terjadi pertukaran atau pembaharuan LCS

sebanyak 4 5 kali/ hari. Hidrosefalus terjadi akibat ketidakseimbangan antara

produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi LCS.9

Pada hidrosefalus non komunikans, LCS dari ventrikel tidak dapat mencapai

rongga subarachnoid karena terdapat obstruksi pada salah satu atau kedua foramen

intraventrikuler, aquaductus serebrum atau pada muara keluar dari ventrikel ke empat.

Hambata di tempat tempat tersebut akan menimbulkan dilatasi pada satu atau lebih

ventrikel sedangkan produksi LCS terus berlanjut. Girus girus akan memipih, dan

jika tengkorak masih lentur, seperti pada anak di bawah 2 tahun, maka kepala dapat

membesar.10
Hidrosefalus yang berhubungan, terjadi obstruksi pada rongga subarachnoid

kare penumpukan darah atau nanah yang akan menghambat arah balik. Hal ini

menyebabkan peningkatan tekanan intracranial sehingga canalis centralis sumsum

tulang belakang mengalami dilatasi.10

2.6 Diagnosis

Diagnosis hidrosefalus ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang.

2.6.1 Anamnesis

Pada hidrosefalus yang memiliki peningkatan tekanan intracranial penting

untuk mencari tahu adanya keluhan sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran,

gangguan penglihatan. Pada hidrosefalus yang memiliki tekanan intracranial normal

penting untuk mencari tahu adanya keluhan retardasi psikomotor, ataksia, gangguan

memori, inkontinensia urin. Terdapat perbedaan gambaran klinik antara neonates,

akhir masa kanak-kanak, dan dewasa, yaitu :

a. Neonates

Meliputi pembesaran kepala abnormal. Lingkaran kepala neonates

biasanya 35 40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah

selama satu tahun pertama kehidupan. Cranium terdistensi ke semua arah,

terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.

Fontanel terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang tulang

kepala menjadi sangat tipis. Vena vena di sisi samping kepala tampak melebar

dan berkelok.1
b. Akhir masa anak anak

Jika terdapat nyeri kepala itu adalah sebagai manifestasi hipertensi

intracranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas, dapat disertai keluhan penglihatan

ganda dan jarang diikuti penurunan visus. Terdapat pembesaran abnormal yang

progresif dari ukuran kepala. Makrokrania biasanya disertai empat gejala

hipertensi intrakranial, yaitu fontanel anterior yang sangat tegang, sutura

cranium tampak atau terba melebar, kulit kepala licin mengkilap, dan tampak

vena vena superfisial menonjol, dan fenomena matahari tenggelam ( sunset

phenomenon ). Gejala hipertensi intrakranial mencakup nyeri kepala, muntah,

gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada stadium lanjut terdapat

gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardi dan aritmia

respirasi).1

Puncak orbita tertekan ke bawah dan mata terletak agak ke bawah dan ke

luar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Terdapat distensi vena

superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.

c. Dewasa

Gejala yang paling sering dijumpai pada dewasa adalah nyeri kepala.

Gejala penyerta berupa gangguan visus, kejang, dan gangguan motorik atau

berjalan. Pada pemeriksaan neurologis terdapat edema papil atau paralisis

nervus abdusens.2

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Untuk pemeriksaan fisik pada bayi, didapatkan pembesaran kepala, peregangan

frontanela, mata seperti matahari tenggelam (sunset phenomenon), sutura kepala


melebar, dilatasi vena kulit kepala, peningkatan tonus tungkai. Untuk anak anak,

didapatkan papil edema, tidak dapat menatap ke atas, berjalan tidak stabil, kelumpuhan

nervus VI unilateral dan bilateral, dan pembesaran kepala. Sedangkan pemeriksaan

fisik dewasa didapatkan papil edema, spastisitas tungkai, berjalan tidak stabil,

kelumpuhan nervus VI unilateral dan bilateral, serta pembesaran kepala.2

2.6.3 Pemeriksaan penunjang

Selain gejala klinis dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan diagnosis

hidrosefalus juga diperlukan pemeriksaan penujang seperti rontgen foto kepala, ct scan

kepala, dan MRI ( magnetic resonance imaging )

a. Rontgen foto kepala

Dengan pemeriksaan ini, kita dapat mengetahui :1

1. Hidrosefalus tipe kongenital, yaitu terdapat adanya pelebaran sutura,

tanda tanda peningkatan untrakranial kronik seperti imopressio digitate

dan erosi prosessus klionidalis posterior1

2. Hidrosefalus tipe adult oleh karena sutura telah menutup maka diharapkan

adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial1

b. Transiluminasi

Syarat untuk melakukan transiluminasi adalah fontanela masih terbuka.

Pemeriksaan dilakukan ditempat gelapsetelah pemeriksa beradaptasi 3 menit.

Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm

c. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai jika penambahan lingkar

kepala melampaui satu atau lebih garis garis kisi pada chart ( jarak antara dua
garis kisi 1 cm ) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar

lingkaran kepala dapat normal karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan

sutura secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan

sutura kranialis maka penutupan sutura akan terjadi secara menyeluruh.

d. Ventrikulografi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kontras berupa O2 murni

atau kontras lainnya dengan alat tertentu melalui fontanela anterior langsung

masuk ke dalam ventrikel lalu difoto, dan akan terlihat kontras mengisi

ventrikel yang melebar.

e. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG

diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.

f. CT Scan kepala

Pada ct scan hidrosefalus non komunikans (obstruktif) dapat dijumpai

adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV sering

berukuran normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi

transependimal dari LCS.1 Pada hidrosefalus komunikans, menunjukkan

adanya dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarachnoid

di proksimal dari daerah sumbatan.


Gambar 3. Contoh ct scan kepala hidrosefalus. An. NA, 5 bulan.

Tampak pelebaran berat ventrikel lateralis kanan dan kiri.

Pelebaran ringan ventrikel 3, ventrikel 4 normal.


Gambar 4. Ujung kateter vp shunt pada ventrikel lateral kanan.

g. MRI

Pemeriksaan MRI dilakukan untuk mengetahui kondisi patologis otak dan

medulla spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet

untuk membuat bayangan struktur tubuh.1


2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hidrosefalus di bagi menjadi dua, yaitu terapi medikamentosa

dan terapi operasi. Tujuan terapi adalah memulihkan kesimbangan antara produksi dan

reabsorpsi LCS.

1. Terapi medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi tidak

memerlukan tindakan operasi. Dapat diberikan asetazolamid dengan dosis

25 50 mg/kgbb. Dosis 40 75 mg/kgbb dalam 24 jam dapat mengurangi

sekitar sepertiga produksi LCS, dan efektif untuk hidrosefalus ringan yang

berkembang lambat. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol.2

2. Operasi

Tindakan operasi mempunyai tujuan untuk menghubungkan ventrikulus otak

kedalam anggota tubuh lain seperti ventrikulo sisternal, ventrikulo atrial,

ventrikulo sinus, ventrikulo bronchial, ventrikulo mediastinal, ventrikulo

peritoneal.11 Tindakan yang sering digunakan adalah ventrikulo peritoneal

atau yang disebut ventriculo-peritoneal shunt ( VP- shunt ). Tindakan ini

ditujukan untuk hidrosefalus non komunikans dan hidrosefalus yang progresif.2


Gambar 5. VP shunt
BAB III

PENUTUP

Simpulan

1. Hidrosefalus merupakan keadaan bertambahnya LCS dan peningkatan

tekanan intracranial sehingga terjadi pelebaran ventrikel. Hal ini terjadi karena

ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorpsi LCS.

2. Hidrosefalus dapat dibedakan ke dalam empat jenis berdasarkan gambaran

klinis, sirkulasi LCS, proses, dan waktu terbentuknya

3. Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis hidrosefalus

selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang

4. Penatalaksanaan hidrosefalus bertujuan untuk memulihkan keseimbangan

antara produksi dan reabsorpsi LCS dengan terapi medikamentosa dan terapi

operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitriyah H. Analisis Praktik Klinik Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada

Pasien Hidrosefalus di Lantai III Utara RSUP Fatmawati Jakarta. Depok. 2013

2. Fuso L. Tugas Kepaniteraan Klinik di UPF Ilmu Bedah RSUD Gambiran

Kediri. Kediri. 2003

3. Edikta. Hidrosefalus di RSU Dr. Soedarso Pontianak Dalam Masa 1 Januari

2008 31 Desember 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Pontianak. 2011

4. Sri M, Sunaka N, Kari K. Seksi Bedah Saraf Lab/SMF Bedah Fakultas

Kedokteran UNUD RSU Sanglah. Denpasar.

5. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC. Edisi VI.

Jakarta, 2006: p.750-5

6. Sitorus MS. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Medan. 2004

7. Handayani MD. Dampak Psikologis Ibu Yang memiliki Anak Hydrocephalus.

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang. 2008

8. Sitepu. Karakteristik Penderita Hidrosefalus Rawat Inap di RSUP H. Adam

Malik Medan Tahun 2005 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Medan. 2011

9. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/Upf Ilmu Bedah 1994, Rumah Sakit

Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya. p.10-12


10. Werner Kahle, Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia : Sistem Syaraf dan

Alat alat Sensoris. Jilid 3, edisi 6, Penerbit Hipocrates, Jakarta, 2000 : 262-71

11. Machmud, Gunandar, Edy, Jufri. Hidrosefalus. SMF Ilmu Bedah RSU USD

Gambiran Kediri. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya.

2006

Anda mungkin juga menyukai