Anda di halaman 1dari 5

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung
menggunakan tenaga kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut. Sebaiknya
tidak melakukan OJT pekerjaan plesteran sementara pekerjaan dilapangan masih melakukan
pasangan batu/bata, dll.

 ilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan pemahaman/
D
keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat langsung diikuti oleh masyarakat
untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan tersebut;

 ilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu dilakukan
D
untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan tertentu yang dianggap
paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja.

On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang kurang
dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan kegiatan konstruksi di kegiatan PNPM
maupun kegiatan lain seperti PAKET, Chanelling dan ND.

E. Pelaksanaan Konstruksi/Fisik

Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan kegiatan


pembangunan/fisik sarana & prasarana untuk mewujudkan
bangunan yang direncanakan. Termasuk juga disini adalah
kegiatan-kegiatan penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi
yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana tersebut, harus diperhatikan
kesesuaian dari spesifikasi teknis (persyaratan teknis) agar
bangunan yang dibuat lebih aman dan kuat sehingga benar-
benar dapat dimanfaatkan lebih lama. Pelaksanaan setiap jenis
pekerjaan/kegiatan membutuhkan cara-cara penanganan yang
berbeda-beda sesuai spesifikasi dari masing-masing jenis
prasarana tersebut.
Untuk itu maka pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur harus mengacu pada ketentuan-
ketentuan teknis, cara pelaksanaan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam pedoman teknis
pembangunan prasarana, baik untuk kegiatan yang didanai melalui swadaya maupun melalui BLM.

Untuk menjaga capaian hasil pekerjaan fisik tetap berkualitas baik sesuai dengan persyaratan teknis
yang berlaku maka pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana oleh KSM dapat dilakukan
selain dengan cara gotong-royong juga dapat dilaksanakan dengan cara kerjasama dengan pihak ketiga
yang lebih mampu, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan teknologi yang rumit/sulit atau tidak
mampu ditangani oleh masyarakat sendiri.

Tujuan Pelaksanaan melalui cara kerjasama oleh KSM dengan pihak ketiga ini adalah selain untuk
memenuhi persyaratan teknis konstruksi, juga untuk meningkatkan prinsip transparansi, akuntabilitas
pelaksanaan dan sekaligus dapat menjadi wahana pembelajaran bagi masyarakat dalam hal pekerjaan
yang memerlukan teknologi yang rumit/sulit. Penting untuk diperhatikan bahwa pelaksanaan dengan
cara kerjasama ini bukanlah ditujukan untuk mencari keuntungan finansial bagi KSM melainkan semata-
mata untuk memenuhi persyaratan teknis dan prinsip-prinsip diatas. Beberapa hal yang berkaitan
dengan cara pelaksanaan kerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

F. Metode Kerja

Metode Kerja atau cara kerja disini adalah merupakan cara bagaimana pekerjaan konstruksi dilaksanakan.
Apakah menggunakan tenaga kerja atau dengan peralatan berat/besar.

PETUNJUK TEKNIS | PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR 13


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Pada prinsipnya penentuan metode kerja telah dilakukan sejak awal perencanaan teknis sebelumnya,
seperti tahap penyusunan RAB, Penyusunan Jadwal Pelaksanaan. Dengan tetap mengacu pada metode
kerja yang telah dibuat sebelumnya tersebut maka pada tahapan ini peranan metode kerja lebih
difokuskan untuk memilih dan menentukan bagian mana dari pekerjaan yang akan ditangani sendiri
atau ada yang perlu Disub-kontrakan (dipihak ketigakan).

Untuk pelaksanaan kegiatan PNPM, maka metode pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dapat
dilaksanakan dengan salah satu metode kerja berikut :
a. Metode Gotong-Royong, adalah pelaksanaan kegiatan konstruksi dengan cara mengunakan
tenaga kerja murni swadaya dari masyarakat setempat;
b. Metode semi gotong-royong, adalah pelaksanaan kegiatan konstruksi, dengan cara mengunakan
tenaga kerja swadaya dari masyarakat setempat, dan juga melibatkan pihak lain (tenaga kerja
dari luar) yang secara teknis lebih mampu.
c. Metode Kerjasama (Disub-kontrakkan), adalah pelaksanaan kegiatan konstruksi dengan cara
dikerjasamakan dengan pihak ketiga yang lebih mampu untuk melaksanakan pekerjaan yang
tidak mampu dikerjakan oleh KSM.

Apa saja Jenis Kegiatan yang boleh dikerjasamakan oleh KSM dengan pihak Ketiga ?
Secara umum jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh KSM melalui bentuk kerjasama dengan pihak
ketiga, dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu :

1). Pelaksanaan pekerjaan/bagian pekerjaan tertentu yang secara teknis tidak dapat dilaksanakan
sendiri oleh KSM, yaitu pekerjaan/kegiatan yang memerlukan Teknologi/Metode Kerja yang
Sulit, dengan kriteria berikut :

a. Bila dikerjakan oleh KSM sendiri akan memerlukan waktu yang lebih lama dari yang ditetapkan
oleh program PNPM;

b. Pekerjaan memerlukan alat-alat berat, seperti Excavator, Mesin Gilas/Pemadat, dll.

c.  ekerjaan memerlukan Tenaga Kerja yang mempunyai keahlian/pengalaman khusus dan tidak
P
dimiliki oleh KSM.

Misalnya : kegiatan Pemadatan Konstruksi Perkerasan Jalan, Pemasangan kabel Jembatan Gantung atau
Pemasangan rangka/gelagar jembatan baja, dll.

2). Pengadaan Bahan Bangunan atau Peralatan Konstruksi (alat berat/besar) dengan nilai biaya
diatas Rp. 50 Juta. (Penjelasan tatacara pengadaan ini secara rinci dapat dilihat pada buku
Tatacara Pengadaan Bahan/Alat Konstruksi).

Siapa Pihak Ketiga Yang boleh bekerjasama dengan KSM ?

Sesuai dengan keterlibatan pihak ketiga didalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana, maka pihak ketiga yang boleh bekerjasama dengan KSM, dapat dibedakan atas dua, yaitu :
a. Pihak ketiga untuk pengadaan Bahan/Alat : a). Toko/Pemasok Bahan Bangunan atau b). Pemasok/
Penyewa Alat Besar/Berat;
b. P ihak ketiga untuk pelaksanaan kegiatan konstruksi : dapat berbentuk Kelompok Tenaga Kerja
(atau perorangan) yang mempunyai keahlian/pengalaman dan lebih mampu melaksanakan
kegiatan dan atau Pemasok Alat berat/besar (termasuk operator alatnya).

14 PETUNJUK TEKNIS | PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Untuk pengadaan tenaga kerja maka


diprioritaskan kepada tenaga kerja setempat
yang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
Dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
cara upah Borongan atau upah Harian.
Penting untuk diperhatikan bahwa meskipun
kegiatan tertentu dapat dilakukan dengan cara
kerjasama dengan pihak ketiga, hal tersebut
bukan berarti bahwa tanggunjawab pelaksanaan
kegiatan berpindah kepada pihak ketiga tersebut,
tetapi tetap ada ditangan KSM sendiri. Jadi KSM
harus bisa mengendalikan/mengatur semua
kegiatannya agar sesuai dengan hasil yang diharapkan, termasuk kegiatan yang dikerjakan oleh pihak
ketiga (bila ada);

G. Supervisi Pelaksanaan Konstruksi

Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk menjadikan segala
kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan/tindakan


mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian
mengadakan pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut dan
membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya untuk mengetahui
apakah ada penyimpangan (evaluasi).

Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau spesifikasi/persyaratan
teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran, kualitas, cara pengerjaan atau rencana kerja yang
telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain.
Sedangkan penyimpangan disini dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini merupakan
suatu prestasi) dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan
(merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi penyimpangan negatif
dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti apakah kualitas bahan yang dipergunakan
kurang, apakah volume atau ukuran/dimensi pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau
apakah waktu pelaksanaan pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas
bangunan yang hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya.

Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan (pengendalian)
bilamana ditemukan adanya kesalahan atau kukurangan dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sehingga tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur yang berkualitas baik (kuat) dan dapat
berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat tercapai dengan baik.

Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil yang tidak dapat
diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran konstruksi yang dibuat dilapangan
tidak sesuai dengan desain/gambar kerja, ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu
jelek), peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang
merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.

PETUNJUK TEKNIS | PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR 15


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek
kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek
pengawasan pelaksanaan berikut :

1.  olume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi antara
V
lain, adalah :
Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi yang tercantum
dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah sesuai dengan kondisi pada saat
supervisi;

Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada perubahan;


Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat;
Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak lingkungan sudah
dilaksanakan;

2. Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :


Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan pada sestiap
jenis pekerjaan sesuai rencana;


Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai/baik;


Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan dan atau

kenyamanan pemakai;


Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;


Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan pihak/instansi/dinas terkait

setempat, seperti :

Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau perindustrian dan
geologi setempat,

Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan setempat;

Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat;

Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait.


Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air Hujan, apakah telah
dilakukan pengujian kualitas Air bersih;

3. Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang telah
direncanakan.

Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan maka


harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadual kerja sehingga dapat
dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu
yang ditetapkan dalam SPPD-L atau perubahannya (bila ada)
Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual, maka konsultan
memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM untuk : memperpanjang
jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan pekerjaan/pemutusan kontrak (bila
perlu).

16 PETUNJUK TEKNIS | PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

4. Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan pada suatu
kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan secara
keseluruhan;

Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;


Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;
Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.

5. Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :

Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai kondisi
lapangan/yang sebenarnya;

Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,

Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan kegiatan konstruksi oleh
pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM) dan tentunya juga oleh KSM/Tim Pelaksana Lapangan
secara internal sebagai fungsi yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring
partisipatif yang dilakukan oleh warga masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan ini.

H. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan

Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses pengawasan/pengendalian pelaksanaan
kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan
sewaktu-waktu (mendesak).

Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan pertemuan yang dilaksanakan oleh
KSM (tim pelaksana kegiatan) pada setiap setiap peride waktu tertentu (biasanya mingguan atau sesuai
periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan kegiatan
telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua pengurus/
pelaksana kegiatan (termasuk dapat mengundang pihak-pihak terkait lainnya yang diperlukan).

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
dilapangan, antara lain :

 pakah Volume pekerjaan (kemajuan pelaksanaan) yang telah dicapai sesuai dengan yang
A
direncanakan?

 pakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai atau
A
apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan
yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat
sampai saat ini dengan Volume yang masih harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;

 pakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai dan cukup/
A
masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan?
Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan
Biaya yang masih harus dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana
yang Belum dicairkan).

Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya ?

PETUNJUK TEKNIS | PELAKSANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR 17

Anda mungkin juga menyukai