0210 PDF
0210 PDF
BADAN POM RI
Volume XI, No.1
MARET - APRIL 2010
ISSN 1829-9334
DAFTAR ISI
1 PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIKA DAN PENGKAJIAN KEAMANANNYA DI INDONESIA
2 MENGHADAPI C-AFTA ; TIPS BAGI KONSUMEN
3 PRESS RELEASE BPOM NOMOR : KH.00.01.1.0802 TENTANG MAKANAN IMPOR
5 PRESS RELEASE NOMOR KH.00.01.1.0800 TENTANG BANTAHAN ATAS BERITA TERKAIT DENGAN
KEAMANAN ASPARTAM
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan
cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal
juga dengan istilah transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman/
hewan/ jasad renik yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan
keuntungan yang lebih besar bagi manusia. Dimana gen merupakan suatu
unit biologis yang menentukan sifat-sifat makhluk hidup yang dapat
diturunkan.
Editorial
Pembaca yang terhormat,
Pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari makhluk hidup hasil rekayasa genetika dengan tujuan menghasilkan
varietas tanaman unggul dengan sifat yang telah diperbaiki, yang menjadikannya lebih baik untuk ditanam, dan lebih menarik untuk dimakan.
Pada edisi ini kami sajikan artikel mengenai Pangan Produk Rekayasa Genetika agar pembaca dapat lebih memahami mengenai keuntungan
dan kerugian dari pangan jenis ini.
InfoPOM edisi Maret - April 2010 ini juga memuat artikel mengenai C-AFTA, yang memberikan tips bagi konsumen dalam memilih produk yang
aman, bermanfaat dan berkhasiat untuk menghindari efek merugikan dari diberlakukannya C-AFTA bagi konsumen. Artikel ini disajikan
dengan maksud agar konsumen dapat lebih bijak dalam memilih produk obat maupun makanan yang akan digunakannya, karena dengan
semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi ekonomi, maka masyarakat tetap harus mendapatkan produk obat
dan makanan yang dijamin kepastian atas keamanan, kemanfaatan dan mutu nya.
Dalam edisi ini juga dimuat Press Release Nomor KH.00.01.1.0802 tentang Makanan Impor, Press Release Nomor KH.00.01.1.0803 tentang
Peningkatan Pengawasan Makanan Menjelang Hari Raya Imlek dan Press Release Nomor KH.00.01.1.0811 tentang Bantahan Atas Berita
Terkait dengan Keamanan Pangan.
Semoga InfoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca semua.
Selamat membaca.
IPenasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan I Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan I Penanggung
jawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan I Redaktur Ketua Kepala Bidang Informasi Obat I Redaktur Eksekutif Dra. Fadjar Ayu
Tofiana, MT; Dra. Deksa Presiana, Apt, Mkes; Yustina Muliani, SSi, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Sri
Mulyani, Apt; Ellen Simanjuntak, SE; Galih Prima Arumsari, SFarm, Apt; Dewi Sofiah, Ssi, Apt; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Sri
Hariyati, Msc; Suyanto, SP, Msi; Dra. Murti Hadiyani I Editor Yulinar, SKM, Msi; Denik P, Sfarm, Apt; Eriana Kartika, Ssi, Apt; Arlinda
Wibiayu, Ssi, Apt I Desain grafis Sandhyani ED, Ssi, Apt; Indah W, Ssi, Apt I Sekretariat Ridwan Sudiro, Ssos; Surtiningsih; Netty Sirait
dari tanaman rekayasa genetik
ke tanaman konvensional atau
spesies yang berhubungan di bahan tambahan pangan, bahan baku, bahan tambahan
alam (disebut sebagai dan/atau bahan bantu lain pangan, dan/atau bahan
outcrossing), misalnya dalam kegiatan atau proses bantu lain hasil proses
percampuran produk pasca hasil produksi pangan yang rekayasa genetika yang
panen dari bibit konvensional dihasilkan dari proses dinyatakan aman sebagai
dengan produk tanaman rekayasa genetika wajib p a n g a n d e n g a n
rekayasa genetik, mungkin t e r l e b i h d a h u l u memperhatikan rekomendasi
memeriksakan keamanan dari komisi yang menangani
mempunyai efek tidak langsung pangan tersebut sebelum keamanan pangan produk
terhadap keamanan pangan dan diedarkan. rekayasa genetika.
ketahanan pangan. Beberapa
negara telah menggunakan 2 Pemeriksaan keamanan
pangan produk rekayasa Ketentuan ini juga sejalan dengan
strategi diantaranya pemisahan Peraturan Pemerintah No.21
genetika sebagaimana
yang jelas antara lahan pertanian dimaksud pada ayat (1) Tahun 2005 tentang Keamanan
untuk tanaman rekayasa genetik meliputi : Hayati Produk Rekayasa Genetik
dan dengan lahan untuk Pasal 6 (1), bahwa produk
tanaman konvensional. a.informasi genetika, antara
lain deskripsi umum rekayasa genetik baik yang
Sehubungan dengan adanya pangan produk rekayasa berasal dari dalam negeri maupun
kekhawatiran tersebut dan genetika dan deskripsi dari luar negeri yang akan dikaji
pentingnya prinsip kehati-hatian, i n a n g s e r t a atau diuji untuk dilepas dan/atau
diperlukan adanya suatu sistem penggunaanya sebagai diedarkan di Indonesia harus
yang terstruktur dalam pangan; disertai informasi dasar sebagai
b. d e s k r i p s i o r g a n i s m e
melakukan pengkajian risiko petunjuk bahwa produk tersebut
donor;
pangan PRG. Hal ini sesuai c. d e s k r i p s i m o d i f i k a s i memenuhi persyaratan
dengan ketentuan dalam genetika; keamanan lingkungan, keamanan
Undang-undang RI No.7 Tahun d. karakterisasi modifikasi pangan dan/atau keamanan
1996 tentang Pangan, Pasal 13 genetika; dan pakan. Dan sesuai juga dengan
Pustaka :
1. Undang-Undang RI No.7/1996 tentang Pangan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21/2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
4. Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan
Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Nomor 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts/IX/1999;
1145A/MENKES/SKB/IX/1999; 015A/NmenegPHOR/09/1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan
Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik
5. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : HK.00.05.23.3541 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengkajian
Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik
6. Publikasi WHO (2003) : 20 Questions On Genetically Modified (GM) Foods
Menghadapi
C-AFTA
Tips bagi konsumen
S
ejak diberlakukannnya mengetahui tujuan penggunaan
C-AFTA (China-ASEAN Badan POM (persyaratan tentang dan hal lain-lain tentang produk
Free Trade Agreement) registrasi tercantum dalam makanan atau perbekalan farmasi
pada tanggal 1 Januari 2010 lalu
Permenkes RI/ Menkes/ yang sedang digunakan, sehingga
maka produk-produk dari
ASEAN dan China dapat Per/1010/2008). Hal ini bertujuan konsumen dapat terhindar dari
dengan bebas masuk ke untuk melindungi masyarakat dari penggunaan produk yang berisiko
Indonesia tanpa dikenai pajak. peredaran obat yang tidak terhadap kesehatan.
Khusus untuk jenis produk obat, memenuhi persyaratan
obat tradisional, suplemen Dalam UU No.8 Tahun 1999
keamanan, kemanfaatan dan
makanan, kosmetik dan tentang Perlindungan Konsumen,
makanan, maka diperlukan mutu..
6I ARTIKEL I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mar - Apr 2010
Berikut ini TIPS bagi para konsumen dalam membeli Obat atau Makanan. Terlebih dahulu periksa
kemasan obat dengan teliti, apakah masih tersegel dengan baik atau tidak.
Selain itu, dalam memilih/membeli produk obat, telitilah label atau penandaan pada kemasan obat,
yaitu :
1. Nama obat
2. Bentuk sediaan
3. Besar kemasan
4. Kandungan/komposisi obat
5. Nama dan alamat produsen
6. Nomor izin edar/nomor registrasi
7. Nomor bets/nomor produksi
8. Tanggal produksi
9. Batas kedaluwarsa
10. Indikasi
11. Posologi (kekuatan dan aturan pakai obat)Untuk produk obat tradisional, sediaan herbal terstandar,
dan sediaan fitofarmaka wadah dan pembungkus obat tradisional impor harus memuat informasi
dalam bahasa Indonesia, yang dicetak langsung dan berisi sekurang-kurangnya informasi
mengenai:
KOCOK DAHULU
Indikasi / Penggunaan
200 ml Volume obat
Dosis / Takaran &
Aturan pakai
Tanda khusus obat bebas
ABC ANTASID Nama obat Efek samping
Suspensi Bentuk sediaan Peringatan - Perhatian
Tiap 5 ml mengandung : Komposisi zat berkhasiat Cara Penyimpanan
Magnesium hidroksida 200 mg
Aluminium hidroksida 200 mg
Nomor produksi
No. Batch No. Reg Nomor registrasi
PT. X Farma
Jakarta - Indonesia Nama dan alamat produsen
PRESS RELEASE
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MAKANAN IMPOR
NOMOR : KH.00.01.1.0802
Jakarta, 12 Februari 2010
Dalam rangka melindungi masyarakat dari produk makanan impor yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan, Badan POM menegaskan kembali beberapa hal sebagai berikut:
1. Badan POM melakukan pengawasan produk makanan melalui pengawasan sebelum produk
beredar (pre-market evaluation) dan sesudah produk beredar di pasaran (post-market vigilance).
2. Produk makanan impor dari berbagai Negara sebelum beredar dilakukan evaluasi terhadap
keamanan, mutu dan gizi makanan dengan menekankan pada aspek keamanan (safety), mutu
(quality), dan kemanfaatan (efficacy).
3. Melamin (dikenal dengan cyanuramide atau cyanurotriamide) adalah zat kimia yang banyak
digunakan industri, seperti pembuatan plastik termasuk alat makan.
4. Mengingat kasus susu tercemar melamin tahun 2008 yang berdampak pada kesehatan di negara
lain, makan dilakukan peningkatan pengawasan terhadap adanya melamin dalam produk makanan
impor.
5. Terhadap produk susu, bahan baku susu, ammonium bikarbonat dan tepung telur yang diduga
mengandung melamin, perlu dilakukan pengujian di laboratorium dengan metoda dan prosedur
6. Saat ini Badan POM sedang melakukan pengujian laboratorium terhadap produk makanan impor
meliputi produk susu, biskuit dan kue dari berbagai negara yang diduga mengandung melamin.
7. Apabila produk makanan impor terbukti mengandung melamin pada saat sebelum produk beredar
(pre-market evaluation), maka Badan POM tidak memberikan nomor persetujuan pendaftaran.
Sedangkan apabila sesudah produk beredar di pasaran (post-market vigilance) ditemukan produk
mengandung melamin maka akan dilakkan pengamanan dan pemusnahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Dihimbau kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut atau menemukan produk obat
dan makanan yang dicurigai, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK)
Badan POM dengan telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan
ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi Konsumen di Balai/Balai POM di seluruh
Indonesia.
Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
NOMOR : KH.00.01.1.0803
Jakarta, 12 Februari 2010
Dalam rangka peningkatan pengawasan makanan di peredaran khusunya menjelang Hari Raya Imlek
2561, Badan POM RI melakukan pemeriksaan di sarana distribusi makanan.
1. Sejak tanggal 5 Februari 2010 sampai dengan tanggal 11 Februari 2010, telah dilakukan pemeriksaan
terhadap 556 sarana distribusi dengan temuan sebagai berikut:
2. Terhadap produk makanan yang tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan, telah dilakukan tindak
lanjut antara lain sebagai berikut:
3. Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari produk makanan dan minuman
yang tidak aman dan tidak bermutu, Badan POM secara rutin melakukan pengawasan dan tidak
terbatas hanya menjelang hari besar keagamaan saja.
Sehubungan dengan maraknya berita terkait dengan bahaya penggunaan Aspartam, Badan POM
memandang perlu memberi penjelasan sebagai berikut:
1. Sehubungan dengan adanya berita yang menyebar melalui pesan singkat/sms (short message
service) mengenai bahaya penggunaan Aspartam yang disebutkan bersumber dari Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) dengan ini diberitahukan bahwa sesuai dengan informasi dari Sekretaris Eksekutif
IDI bahwa IDI tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang hal tersebut.
2. Aspartam dikategorikan aman berdasarkan Keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 Tahun 2009.
Codex Alimentarius Commision (CAC) adalah Lembaga Internasional yang ditetapkan FAO/WHO
untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin terjadinya perdagangan yang jujur.
3. Dalam pengaturan Codex disebutkan bahwa Aspartam dapat digunakan untuk berbagai jenis
makanan dan minuman antara lain minuman berbasis susu, permen, makanan dan minuman
4. Penggunaan Aspartam dalam makanan dan minuman sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dapat digunakan dengan batas maksimum penggunaannya masing-
masing.
5. Dihimbau kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit
Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan
021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan
Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan - Badan pengawas Obat dan Makanan,
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat; Telp: 021-4259945; Fax: 021-42889117; email: informasi@pom.go.id
Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, kosmetika, obat tradisional, produk
komplemen, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format minimal MS. Word
97, spasi single maksimal 4 halaman A4