Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Nadia Nurul Izmi Dawali
B11115404
Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
2015
BAB II
BENUA MARITIM INDONESIA (BMI)
Karasteristik BMI
BMI adalah suatu massa bumi yng keseluruhannya terdiri dari 17.508 pulau beserta
segenap air laut di sekitarnya sampai sejauh 200 mil dari garis pangkalnya Zona pesisir,
landas benua, cekung samudra, di bawahnya dan udara di atasnya (Dewa Hankamnas dan
BPPT, 1996:12)
BMI terbentang dari 920 BT sampai dengan 1410 BT dan dari 7020LU sampai dengan
140 LS merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yng terdiri dari :
5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama
Luas perairan 3,1 juta km2, luas perairan nusantara 2,8 juta km2, luas lat territorial
0,3 juta km2 dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.
Panjang seluruh garis pantai 80.791 km (43.670 mil), panjang garis dasar 14.698
km (7.945 mil)
Secara umum BMI diapit oleh 2 benua dan 2 samudra yaitu benua yaitu benua
Australia dan benua Asia dan samudra Pasifik dan samudra hindia yang di lalui oleh ekuator
geografis dan meteorologis, serta merupakan pertemuan antara tiga lempeng kerak bumi
(Eurasia, indo-pasifik dan Pasifik). Perairan BMI diperkirakan mempunyai potensi
sumberdaya hayati seperti ikan dan rumput laut maupun non hayati seperti mieral dan gas
bumi, serta sumber daya laut lainnya.
a. Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh bagi Indonesia atau dekenal sebagai
wilayah kedaulatan Indonesia yang meli[puti laut pedalaman, laut nusantara.
b. Wilaya laut dengan hak kedaulatan atas kekayaan alam yang di kandung serta
memimiliki kewenangan mengatur hal-hal tertentu meliputi wilayah perairan Zona
tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen.
c. Wilayah laut dimana Indonesia memiliki kepentingan umum tapi tidak
memimiliki kewenangan dan hak berdaulat atas laut tersebut, meliputu perairan laut
lepas.
d. Wilayah laut dengan hak kedaulatan penuh meliputi:
perairan pedalaman
perairan nusantara
laut territorial
Jenis wilayah laut yang lain lagi bagi sebuah Negara kepulauan meliputi wilayah laut
dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang di kandung serta memiliki kewenangan untuk
mengatur hal-hal tertentu yang mencakup:
Zona tambahan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Landas kontinen
Laut lepas
Wilayah Udara
Tentang batas wilaya udara sutu Negara yang menyangkut puala kedaulatan udaranya
hingga saat ini masih belum ada kesepakatn . walaupun demikian sebagai pegangan adalah
dua tentang kedaulatan udara sebagai berikut:
Kebebasan ruang udara tanpa batas, ruang udara dapatv digunakan siapapun dan tak
satupun Negara berdaulat terhadapnya
Kebebasan udara terbatas, yang berhak mengambil tindakan tertentu dalam
memelihara keamanan.
Cara mengukur mengukur batas wilayah udara secara vertical adalah dengan menarik
garis lurus dari pusat bumi menyinggung garis batas wilayah Negara terus ke angkasa dengan
cara ini menjadikan wilayah udara semakin ke atas semakin luas berbentuk kerucut terbalik.
BAB III
POTENSI DAN SUMBERDAYA KEMARITIMAN
Posisi Indonesia berada pada daerah tropis tepatnya dalam posisi silang antara dua
buah benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia selain itu juga di apit oleh dua buah
samudra, yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia. Indonesia sering kita sebut Nusantara,
kata nusantara berasal dari kata nusa berarti pulau dan kata antara yang berarti di apit dua laut
atau dua benua.
Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber daya perikanan
palagis besar ( 451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil ( 2.423.000 ton/ tahun), sumberdaya
perikanan 3.163.630 ton/ tahun, udang 100.720 ton/tahun, ikan karang 80.082 ton/tahun dan
cumi cumi 328.960 ton/tahun. Dengan demikian secara nasional potensi lestari ikan laut
sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48% ( Dirjen Perikanan
1995).
2) Hutan Mangrove
c) tempat makan.
e) wisata bahari.
4) Terumbu Karang
a) pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut.
Bahan tambang dan mineral yang terdapat di laut Indonesia yaitu: bahan bangunan, pasir
besi,batu apung, mineral radio aktif, garam, titanium, lempung koalim, emas, dan kromium.
2) Pengaturan iklim
3) Keindahan alam
4) Penyebaran limbah
5) Wisata bahari
BAB IV
FAKTA SOSIAL DEMOGRAFI KEMARITIMAN
Besarnya potensi kelautan tersebut ternyata tidak diikuti oleh kesejahteraan masyarakat
nelayan. Hal ini terlihat dimana kondisi sosial ekonomi nelayan kita sangat jauh berbeda
dengan potensi sumberdaya alamnya. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya sumbangan
sektor kelautan selama Pelita VI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yaitu
12,1% dengan laju pertumbuhan 3,8% jauh di bawah laju pertumbuhan rata-rata seluruh
sektor sebesar 7,4% (Waspada, 18 Maret 2000).
Nelayan adalah suatu fenomena sosial yang sampai saat ini masih merupakan tema yang
sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang selalu
muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa
baik secara ekonomi maupun politik. Kemiskinan yang selalu menjadi trade mark bagi
nelayan dalam beberapa hal dapat dibenarkan dengan beberapa fakta seperti kondisi
pemukiman yang kumuh, tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah, rentannya mereka
terhadap perubahan-perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang melanda, dan
ketidakberdayaan mereka terhadap intervensi pemodal, dan penguasa yang datang.
Hasil penelitian Mubyarto dkk (1984) menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di daerah
Jepara sebagian berasal dari golongan sedang, miskin, dan miskin sekali. Data dari Kantor
Statistik Propinsi Sumatera Utara juga menunjukkan bahwa hampir 50% penduduk Desa
Pantai Sumatera Utara berpendapatan 25 149 ribu rupiah perbulan (BPS, 1989). Rata-rata
pendapatan perkapita nelayan tersebut tidak lebih 15 ribu/bulan. Padahal pendapatan
perkapita penduduk Sumatera Utara rata-rata 37.267 rupiah/ bulan (BPS, 1989). Beberapa
tulisan mengenai nelayan yang menggambarkan tentang kemiskinan/ kondisi ekonomi
nelayan seperti berikut ini. Tulisan Mubyarto (1984) misalnya, menganalisis perekonomian
masyarakat nelayan miskin di Jepara. Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih
banyak disebabkan oleh adanya tekanan struktur yaitu nelayan terbagi atas kelompok kaya
dan kaya sekali di satu pihak, miskin dan miskin sekali di satu pihak. Penelitian ini
menunjukkan adanya dominasi/eksploitasi dari nelayan kaya terhadap nelayan miskin.
Hampir sama dengan penelitian di atas selanjutnya Mubyarto dan Sutrisno (1988) juga
melihat kemiskinan nelayan di Kepulauan Riau.
Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih banyak disebabkan oleh adanya
tekanan struktur, yaitu nelayan kaya/penguasa yang menekan nelayan miskin. Hampir sama
dengan asumsi yang dibangun oleh Mubyarto tentang pengaruh struktur, Resusun (1985) juga
menemukan data bahwa nelayan di Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ada
satu kelompok nelayan yang hidupnya tidak berkecukupan, yaitu nelayan yang tidak punya
modal (nelayan kecil), dan mereka selalu diekspoitasi oleh nelayan yang punya modal
(punggawa) dan pedagang (pabilolo) yaitu sawi bagang atau Pabagang atau pembantu
utama punggawa dalam menangani kegiatan operasi penangkapan ikan. Penelitian yang
dilakukan oleh Resusun di atas juga menunjukkan adanya struktur hubungan sosial yang khas
pada masyarakat nelayan. Hubungan itu adalah adanya ketidak seimbangan antara yang
mempunyai modal usaha dan para pekerjanya. Hubungan itu adalah antara
punggawasawi/pabagang yang bersifat timbal balik (reprocity). Walaupun sawi perlu sang
punggawa sebagai sumber lapangan kerja, punggawa juga memerlukan tenaga sawi. Seorang
punggawa akan berusaha supaya sawi yang dipercayai menetap diusahanya. Akibatnya
terjadi hubungan yang selalu merugikan sawi. Karena seringkali kerelaan punggawa untuk
meminjamkan uang kepada sawi berdasarkan motivasi agar sawi tetap berada di lingkaran
setan. Hutang yang tidak bisa dilunasi seringkali harus dibalas dengan jasa yang sangat
berlebihan.
Hal ini terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizal (1985) di Desa Bari,
Kabupaten Bulukumba menyebutkan bahwa seorang istri sawi mengerjakan apa saja di
rumah isteri punggawa untuk membalas jasa punggwa membantu suaminya. Sejalan dengan
hal di atas di Propinsi Sumatera Utara hasil penelitian-penelitian mengenai nelayan
cenderung juga menunjukkan kondisi yang sama yaitu nelayan hidup dalam kemiskinan.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli (1989) di Desa Bagan Deli, Kecamatan
Medan Labuhan, yang menyebutkan akibat struktur patron dan klien antara pemborong dan
nelayan, maka nelayan Desa Bagan Deli menjadi miskin. Harahap (1992,1993,1994,) telah
melakukan serangkaian penelitian yang berkaitan dengan kemiskinan nelayan di tigadesa di
Pantai Timur Sumatera Utara.
BAB V
SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA
Fakta Sejarah Kemaritiman Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dunia. Negeri ini memiliki bentang
Laut wilayah 70% dibanding dengan luas daratan yang hanya 30%. Sejatinya, Bangsa
Indonesia adalah masyarakat bahari. Sebelum penjajahan Belanda, Indonesia terkotak-kotak
kedalam kerajaan-kerajaan kecil. Di antara sekian banyak kerajaan kecil itu, terdapat kerajaan
besar berbasis Maritim di Tanah air yang mampu untuk menyatukannya yaitu Sriwijaya dan
Majapahit. Kerajaan ini menurut berbagai pakar sejarah cukup disegani di kawasan Asia
Tenggara.
Indonesia merupakan negara kepulauan, antara pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya dipisahkan oleh laut, tapi dalam hal ini laut bukan menjadi penghalang bagi tiap suku
bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sejak
zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang dengan
menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional, nenek moyang kita menjadi pelaut-
pelaut handal yang menjelajah untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar.
Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia
(Nusantara) pada zaman bahari telah sampai ke Madagaskar. Bukti dari berita itu sendiri
adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu tipe jukung yang sama yang digunakan
oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah
menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.
Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa
Maritim dan tidak bisa dipungkiri, yakni dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs
prasejarah dibeberapa belahan pulau. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna,
Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa
nenek mo
yang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-
benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek
moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan
kapal-kapal yang laik layar.
Kejayaan Kerajaan Maritim Nusantara
Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan
alat navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong
lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian
ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya
kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara adalah
negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia. Sebagai kerajaan
maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik
kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-
wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya.
Tidak hanya itu, Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh Singasari di bawah
pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada
tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan
Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat
gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam
ekspedisi laut ke timur.
Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-
1478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil
menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China.
Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di
Nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena,
paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari
kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial.
BAB VI
KONSEP DASAR SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA
Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin dan Yunani, istilah "sistem" diartikan sebagai
mengabungkan, untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama.Sistem adalah kumpulan
elemen berhubungan yang merupakan suatu kesatuan.Sistem adalah Suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Pengertian Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial
dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Pokok-pokok Bahasan Dalam Sistem Sosial
Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses
interaksi sosial.
Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Interaksi antara individu dan individu
2. Interaksi antara individu dan kelompok
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang
menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan
memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan
sosial lainnya. Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga
dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial yang diperoleh secara alami yaitu:
1. stratifikasi sosial berdasakan usia
2. stratifikasi sosial karena senioritas
3. stratifikasi sosial berdasarkan jenis kelamin
4. stratifikasi sosial berdasarkan sistem kekerabatan
5. stratifikasi sosial berdasarkan keanggotaan dalam kelompok tertentu
Lembaga Sosial
Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah bangunan,
bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga
(institutations) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang
oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata
kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga
adalah proses yang terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
BAB VII
MASYARAKAT MARIRIM
Pengertian Masyarakat Maritim/Pesisir.
Pengertian Masyarakat
Menurut PETER L. BERGER, masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks
hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa
keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
Menurut HAROLD J. LASKI Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup
dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling
berinteraksi dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat untuk
mencapai tujuan dalam hidupnya.
Pengertian Pesisir
Menurut (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir merupakan daerah pertemuan
antara darat dan laut. ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami
wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan
ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Satria, 2004).
Secara teoritis, masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan
melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian,
secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal
secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
Karakteristik Masyarakat Pesisir
Penduduk dan Mata Pencaharian
Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermatapencaharian
di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based). Tetapi, penduduk di
Desa Margacinta Kecamatan Cijulang pada tahun 2013 berpenduduk 3.168 jiwa, sekitar 50
% merupakan nelayan sedangkan sisanya terdiri dari pedagang dan petani.
Pola pemukiman dan kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan kondisi fisiknya, rumah di pesisir dibagi dalam tiga kategori.
1. Rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan)
2. Rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan)
3. Rumah non permanen (kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan)
Sistem Kekerabatan
Hubungan-hubungan sosial antar kerabat dalam masyarakat pesisir masih cukup kuat.
Perbedaan status sosial ekonomi yang mencolok antar kerabat tidak dapat menjadi
penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di antara mereka.
Ekonomi Lokal
Sumber daya laut adalah potensi utama yang mengerakan kegiatan perekonomian
desa. Secara umum kegiatan perekonomian tinggi-rendahnya produktivitas perikanan. Jika
produktivitas tinggi, tingkat penghasilan nelayan akan meningkat sehingga daya beli
masyarakat yang semakin besar nelayan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika produktivitas
rendah, tingkat penghasilannya nelayan akan menurun sehingga tingkat daya beli masyarakat
rendah. Kondisi demikian sangat mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian desa.
BAB VIII
KEBUDAYAAN MARITIM
Menurut Boeke (1983), desa tradisional merupakan sebuah rumah tangga yang secara
ekonomi berdaulat, mandiri. Desa tradisional juga merupakan sebuah unit produksi
bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan konsumtif kalangan kelas menengah dan atas
(penguasa, bangsawan, pemilik tanah/modal, dll), sementara bagi kalangan bawah, hal itu
tidak lain merupakan kewajiban sosial dan ekonomis mereka atas perlindungan dan
pimpinan yang diberikan oleh kalangan menengah dan atas dan ini berarti pula sebagai
bentuk pengabdian kepada penguasa alam yang Maha Kuasa. Desa tradisional merupakan
manifestasi sederhana dari perkampungan nelayan yang sebagian besar menunjukkan bahwa
taraf hidup masyarakat memang belum banyak beranjak dari ciri serta karakteristik dari desa
tradisional.
Sebuah perkampungan nelayan merupakan bentuk desa sederhana dimana masyarakat
yang tinggal di dalamnya masih terikat dengan norma-norma kebudayaan yang kuat. Norma
tersebut terbentuk baik secara alamiah maupun diperkuat dengan aturan dan bentuk
perundangan sederhana yang membuat masyarakat tetap tunduk dibawahnya.
Pendek kata, setiap aktivitas ekonomi mereka senantiasa ditundukkan pada dan
dicampur dengan berbagai macam motif yaitu, motif sosial, keagamaan, etis dan tradisional.
Dari sisi konsumsi, kehidupan ekonomi desa tradisional dibangun atas dasar prinsip
swasembada, dimana hampir seluruh kebutuhan hidup kesehariannya diproduksi/dipenuhi
oleh desa tradisional sendiri. Kemampuan desa tradisional membangun struktur ekonomi
demikian, karena didukung penuh oleh adanya ikatan-ikatan sosial yang asli dan organis,
sistem kesukuan tradisional, kebutuhan-kebutuhan yang tak terbatas dan bersahaja, prinsip
produksi pertanian semata-mata untuk keperluan keluarga, pengekangan pertukaran sebagai
alat untuk memuaskan kebutuhan, serta tidak terlalu berorientasi kepada laba (non profit
oriented). Landasan struktur ekonomi desa tradisional diletakkan pada prinsip hemat, ingat,
dan istirahat (Boeke, 1983: 22).
Sebuah potret kehidupan desa nelayan tradisional, yang menggerakkan aktivitas
perekonomiannya sangat mengandalkan pada mata pencaharian sebagai nelayan, dan sedikit
sekali yang memiliki mata pencaharian tetap. Selain itu, para nelayan dan beberapa pelaku
ekonomi setempat (juragan pemilik kapal, bakul ikan) mengelola dan mengembangkan
aktivitas perekonomi-an mereka secara swasembada, yaitu bertumpu pada pemberdayaan
potensi daerah dan modal yang terdapat di lingkungan setempat (lokal), yang merupakan ciri
khas dari sebuah struktur ekonomi desa.
Sebagai daerah pemukiman cukup padat, upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan
kesehariannya, tampaknya dapat dipenuhi sendiri dari berbagai fasilitas warung atau
pertokoan yang ada di desanya; kecuali sebagian kebutuhan sandang dan papan yang tidak
terdapat di desanya atau terdapat kekurangan, mereka membeli di kota-kota terdekat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, aktivitas nelayan sebagai aktivitas ekonomi
utama masyarakat desa pesisiran tradisional di desa nelayan seperti halnya aktivitas-aktivitas
perekonomian lainnya, tumbuh dan berkembang secara timbal-balik dengan aspek-aspek
sosial dan budaya masyarakat setempat. Aktivitas nelayan meliputi banyak aspek antara lain
sistem penangkapan ikan yang digunakan, organisasi dan pola kerjasama antar-nelayan,
hubungan-hubungan ekonomi dalam praktik perdagangan ikan di antara nelayan-bakul-
tengkulak ikan, maupun keterlibatan para pelaku ekonomi lokal dalam pengembangan
struktur ekonomi di tingkat lokal.
Karakteristik terpenting dari masyarakat desa nelayan tradisional memungkinkan
struktur ekonomi di desa mereka dapat dibangun dan dikembangkan atas dasar kemampuan
ekonomi lokal atau secara berswasembada. Berbagai bentuk dan pola perilaku ekonomi
masyarakat nelayan tradisional desa Bandaran di atas, tidak lain sebagai upaya (ikhtiar)
mereka untuk senantiasa dapat mempertahankan hidup sesuai dengan tuntutan kehidupan
sosial, budaya, sekaligus ekonomi yang senantiasa berubah ke arah yang lebih modern dan
praktis, tetapi tetap bergerak dalam kerangka sebuah tradisi.
BAB IX
PEMBANGUNAN BENUA MARITIM
Pembangunan Maritim
Pada dasarnya wilayah negara kesatuan Republik Indonesia jika ditinjau dari berbagai
segi, baik dari segi geografi sampai dengan social budaya serta ekonomi, maka layak diebut
sebuah benua. Dan karena di dalamnya terdapat massa air yang mencapai lebih dari tiga
perempat luas wilayah RI, maka sebutan yang cocok untuk Indonesia adalah benua maritime
Inonesia, atau disingkat BMI.
Pembangunan Benua Maritim Indonesia memandang daratan, lautan dan dirgantara, serta
segala sumberdaya di dalamnya dalam suatu konsep pengembangan sehingga hal ini
merupakan salah satu wujud aktualisasi Wawasan Nusantara yang telah menjadi cara pandang
bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang undang Dasar 1945
Pemikiran pembangunan Maritim Indonesia dilandasi oleh kenyataan bahwa:
1) Lautan merupakan bagian terbesar wilayah RI dan merupakan factor utama yang harus
dikelola dengan baik guna mewujudkan cita cita nasional
2) Pengelolaan aktivitas pembangunan laut harus bersifat integral
Dalam menyusun rencana dalam melaksanakan pembangunan maritime kita menghadapai
empat kendala utama, berikut :
1) Mental attitude dan semangat cinta bahari masih lemah
2) Techno structure dan struktur nasional ekonomi maritime belum siap
3) Peraturan dan perundangan belum mendukung
4) Kelembagaan yang juga belum mendukung
Daftar Pustaka:
http://www.academia.edu/8467275/wawasan_sosial_budaya_maritim
http://fikaarmuhammad.blogspot.co.id/2013/12/wawasan-sosial-budaya-maritim.html
http://mardisawaluddin.blogspot.co.id/2013/11/rangkuman-wsbm.html