Hankook Bergelinding
Hankook Bergelinding
KOREA
- Demografi
49,039,986 jiwa (tercatat pada Juli 2014), 97,9% penduduknya berpendidikan, 22,627 USD GDP
per kapita.
- Sosial Budaya
Senioritas yang dominan. Etos kerja yang tinggi. Sumber Daya Manusia dengan kompetensi tinggi
- Makro Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan progresif disertai dengan pengurangan tingkat kemiskinan
penduduk dari Korea Selatan.
- Global
Korea merupakan peringkat ke 15 dalam kategori penggerak perekonomian global. Harga karet
alam sebagai bahan baku ban meningkat. Gema bumi di Jepang Timur. Krisis hutang di Eropa.
- Teknologi
Investasi pendidikan difokuskan untuk menghasilkan SDM yang memiliki skill tinggi dan
kompetensi di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di ranah Research and
Development
- Politik Hukum
Tingginya pengaruh entitas konglomerasi (chaebol) dalam praktik politik hingga bisnis sehari-hari
INDONESIA
- Demografi
254,5 juta jiwa penduduk (2014). 28,6 juta jiwa hidup dibawah garis kemiskinan.
- Sosial Budaya
Bhinneka Tunggal Ika mendorong nilai persatuan dan kekeluargaan dalam menyikapi perbedaan.
- Makro Ekonomi
Negara dengan perekonomian yang digerakkan oleh rakyat kelas menengah. Belanja mobil yang
tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi. Tren pertumbuhan GDP yang positif. Ekspor ban yang terus
meningkat diiringi dengan pertumbuhan penjualan ban di pasar domestik.
- Global
Tetap dipercaya sebagai negara yang layak sebagai tujuan investasi terlepas dari krisis ekonomi
dan infrastruktur yang masih terbatas. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet
alam terbesar di dunia.
- Teknologi
Teknologi manufaktur industri yang dibawa oleh perusahaan luar ke Indonesia sudah cukup
muktahir mengikuti standar internasional. Hankook pun ingin masuk dengan teknologi produksi
yang setara atau bisa lebih canggih daripada pabrik di Korea sendiri.
- Politik Hukum
Situasi politik yang cukup stabil. APBI sebagai perkumpulan dari produsen ban di Indonesia
mendukung persaingan yang sehat dan kompetitif antar pengusaha. Pemerintah mewajibkan
compliance produk ban di Indonesia sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
5 FORCES PORTER
- SUPPLIER
High bargaining power from supplier. Pemilihan karet alam sebagai bahan baku produk ban
ditambah dengan produksi karet alam yang menurun menyebabkan kenaikan harga karet alam.
Selain itu, karet alam belum diperdagangkan di bursa komoditi sehingga harganya masih volatile
dan perusahaan ban hanya bisa mengikuti harga yang berlaku saat ini.
- BUYER
High bargaining power from buyer. Beragam merk dengan kualitas dan tingkat harga ban
memberikan kebebasan untuk konsumen dalam memilih ban mana yang sesuai dengan kebutuhan
dan purchasing power nya.
- SUBSTITUTES
Low threat from products subsitution. Hampir tidak ada substitusi produk ban. Apabila ada, yaitu
ban dengan karet sintetis dan ban dengan karet alam. Sementara di Indonesia produksi ban
menggunakan karet alam.
- POTENTIAL ENTRANTS
Low threat from potential entrants. Industri ban merupakan industri padat modal dengan jumlah
capital yang besar dan memiliki skala efisiensi minimal industri dalam beroperasi. Pemberlakuan
SNI juga memberikan garis standar minimal kualitas produk yang dapat dipasarkan di Indonesia.
Hal ini menjadi barrier to entry yang cukup besar untuk perusahaan baru masuk ke industri ban
Indonesia.
- INDUSTRY COMPETITORS
High rivalry among the firms. Persaingan yang intense antar produsen ban dimana perusahaan
terus bersaing dengan peningkatan kapasitas produksi dan aktivitas marketing yang lebih giat. Hal
ini didukung dengan pengawasan dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) sehingga
meminimalisir kecenderungan praktek kolusi dalam industri ban Indonesia.