Anda di halaman 1dari 3

Proses Keperawatan Terkait Konsep Diri

Oleh Nisa Maryati, 1606834314, KD 3

Fakultas Ilmu Keperawatan

Konsep diri adalah persepsi individu tentang diri, termasuk harga diri, citra
tubuh, dan diri ideal. Kesadaran diri seseorang dapat didefinisikan dengan
deskripsi diri seperti Saya adalah seorang ibu, seorang perawat, dan seorang
relawan. [ CITATION Whi111 \l 1033 ]. Perilaku menilai konsep diri pasien
merupakan tantangan bagi perawat. Karena konsep diri adalah landasan
kepribadian, hal ini terkait erat dengan kecemasan dan depresi, masalah dalam
hubungan, tindakan keluar, dan perilaku merusak diri sendiri. Sedangkan proses
keperawatan merupakan rangkaian yang dilakukan perawat untuk mengetahui
kondisi pasien dan mencapai tujuan dalam pemenuhan kebutuhan serta
kemandirian klien. Terdapat lima asuhan keperawatan terkait konsep diri, yaitu
pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Pengkajian merupakan proses awal perawat dalam melakukan asuhan


keperawatan dimana perawat perlu mengumpulkan data klien terkait konsep diri
yang bersifat subjektif dan objektif. Pengkajian data konsep diri ini terfokus pada
identitas personal, citra tubuh, performa peran, harga diri, dan ideal diri. Selain itu
terdapat hal yang perlu diketahui perawat yaitu faktor presipitasi dan faktor
presdiposisi. Factor prespitasi yaitu factor yang menyebabkan perubahan dalam
konsep diri. Hal yang perlu diperhatikan yaitu trauma yang disebabkan ketika
pada situasi sulit dimana orang tersebut tidak dapat beradaptasi, role strain
dimana orang mengalami stress dalam memenuhi peran yang diharapkan
mengalami regangan peran, dan stressor biologis yaitu mengganggu perasaan
realitas seseorang, dan mengancam batas serta identitas ego [ CITATION
Stu131 \l 1033 ].

Diagnosa adalah penilaian klinik mengenai respons individu, keluarga, dan


komunitas terhadap masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan kebanyakan orang
yang mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kehidupan, menunjukkan perilaku
menyimpang, tidak toleran terhadap orang lain, atau mengalami kesulitan dalam
bekerja dalam situasi sosial atau pekerjaan memiliki masalah yang berkaitan
dengan konsep diri. NANDA (2009) memberikan contoh dalam diagnosis
keperawatan terkait konsep diri yaitu citra tubuh, kesiapan untuk meningkatkan
konsep diri, rendahnya harga diri (kronis, situasional, risiko untuk situasional),
kinerja peran yang tidak efektif, dan identitas pribadi yang terganggu [ CITATION
Pot131 \l 1033 ].

Perencanaan merupakan tahap dimana perawat fokus untuk membantu


klien memahami dirinya lebih dalam sehingga mereka dapat mengarahkan
kehidupan mereka sendiri dengan cara yang lebih baik. Kesadaran diri sangat
penting untuk membawa perubahan dalam konsep diri, dan kondisi atau peristiwa
tertentu merangsang kesadaran diri. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan dari
tubuh diintensifkan, seperti di keadaan nyeri, kelelahan, atau kemarahan, atau
ketika rangsangan dari lingkungan menurun, seperti dalam kekurangan sensorik
atau isolasi. Dalam melakukan perencanaan perawat dapat membuat beberapa
aktivitas yaitu menetapkan prioritas, menetapkan tujuan atau hasil yang
diharapkan pada klien, dan memilih intervensi dan tindakan keperawatan
[ CITATION Ber12 \l 1033 ].

Implementasi merupakan tahap dimana klien diharapkan sudah mampu


menganalisis masalahnya sendiri dan sudah mampu meningkatkan harga diri klien
itu sendiri dengan bantuan perawat, yaitu menganjurkan klien untuk menilai
situasi dan mengekspresikan perasaan, menganjurkan klien untuk bertanya,
memberikan informasi yang akurat, mengembangkan kualitas positif diri dan
kelebihan klien, menganjurkan klien untuk lebih mengeksprikan evaluasi diri
yang positif daripada evaluasi diri negative, menghindari kritik kepada klien,
mengajarkan klien utuk menggantikan negatif self-talk dengan positif self-talk,
dan implementasi terkait konsep diri dalam perawatan akut [ CITATION Ber12 \l
1033 ]. Terdapat lima tahap implementasi pertama self-awareness (level 1) yaitu
memperluas kesadaran diri klien dan mengurangi unsur ancaman serta perawat
dapat mengambil sikap menerima. Kedua, self-exploration (level 2) perawat
membantu klien untuk mengetahui perasaan, perilaku, kepercayaan, dan
pemikiran, terutama yang berkaitan dengan stressor saat ini. Perasaan klien dapat
diungkapkan secara verbal, nonverbal, simbolis, atau langsung. Ketiga, self-
evaluation (level 3) yaitu membantu klien memeriksa tingkah lakunya sendiri,
menerima konsekuensi atas pilihannya, dan menilai apakah itu pilihan terbaik atau
tidak. Keempat, realistic-planing (level 4) dimana perawat dan klien dapat
mengidentifikasi solusi atau alternatif yang realistis. Terakhir kelima, commitment
to action (level 5) yaitu perawat membantu pasien dalam berkomitmen terhadap
keputusan mereka dan kemudian mencapai tujuan mereka melalui perubahan
perilaku [ CITATION Stu131 \l 1033 ].

Evaluasi merupakan tahap untuk mengetahu keberhasilan atau kegagalan


asuhan keperawatan yang diberikan, setiap tahap proses keperawatan harus
ditinjau dan dianalisis oleh perawat dan pasien. Penilaian perawat harus mencakup
tujuan dan perilaku yang dapat diamati, serta persepsi subjektif pasien. Tingkat
keberhasilan keseluruhan yang dicapai melalui asuhan keperawatan ditentukan
dengan memunculkan persepsi pasien tentang perkembangan pribadi dan
membandingkan perilaku pasien dengan kepribadian sehat.[ CITATION Stu131 \l
1033 ].

REFERENSI
Berman, A., & Snyder, J. S. (2012). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice (9 ed.). New Jersey: Person Education, Inc.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of Nursing (8
ed.). Elsevier.

Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10 ed.). Elsevier.

White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2011). Foundations of Basic Nursing (3 ed.). United
States: Delmar Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai