2, Mei 2011 79
Abstrak: Minyak goreng bekas berpotensial sebagai sumber energi terbarukan melalui
transesterifikasi dapat menghasilkan metil ester sebagai pengganti solar. Transesterifikasi
dilakukan dengan pembeda jumlah tahapannya, yaitu transesterifikasi satu tahap (T-1) dan
transesterifikasi dua tahap (T-2). Tujuan penelitian adalah menghitung angka asam, densitas,
viskositas dan yield metil ester T-1 dan T-2. Minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas
yang tinggi, oleh karena itu dilakukan proses praesterifikasi dengan perbandingan mol minyak dan
metanol (1:6), katalis asam sulfat pekat 0,5% dari berat minyak, suhu 60-65 C, dan pengadukan
selama 1 jam. Proses dilanjutkan dengan transesterifikasi yang mereaksikan minyak dan metanol
(1:6), katalis KOH 1% dari berat minyak, suhu 60-65 C, dan pengadukan selama 1 jam menjadi
metil ester dan gliserol. Jumlah reaktan dan lama waktu reaksi adalah sama, pada T-1 dan T-2.
Hasil yield T-1 dan T-2 adalah 96,037% dan 91,843%. Dengan merujuk pada SNI 04-7182-2006,
baik T-1 maupun T-2, densitas memenuhi SNI, viskositas lebih rendah dan untuk angka asamnya
masih tinggi. Analisis GCMS menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam metil ester dari
minyak goreng bekas adalah 51,99% metil oleat, 38,41% metil palmitat, dan 6,86% metil stearat.
(182 kata)
Kondensor
Fluida pendingin
Termometer masuk
Magnetic stirrer
Hot plate
Proses Treatment Minyak Goreng Bekas minyak goreng bekas dengan cara minyak
diawali dengan disaring dengan saringan goreng bekas ditambah metanol dengan
kasar kemudian disaring dengan kertas perbandingan mol 1:6 (minyak : metanol).
saring dan diambil filtratnya. Minyak hasil Penambahan asam sulfat 0,5% dari berat
saringan ditambah air dengan minyak kemudian campuran dipanaskan
perbandingan volume 1:1. Campuran hingga mencapai suhu 60-65C yang
minyak dan air dipanaskan hingga volume disertai pengadukan. Campuran hasil
campuran menjadi 3/4 dari volume esterifikasi didinginkan kemudian
awalnya. Campuran minyak dan air terbentuk dua lapisan. Lapisan atas
diendapkan dan didekantasi. Minyak adalah fase alkohol dan lapisan bawah
dipanaskan pada suhu 120C disertai adalah fase minyak yang merupakan
pangadukan. Sisa air dalam minyak minyak hasil praesterifikasi. Minyak yang
dikurangi dengan menambahkan drying diperoleh dicuci dengan air bersuhu 80-
agent. 90C sebanyak 10% volume minyak.
pencucian dilakukan sampai pH minyak
Proses Praesterifikasi digunakan untuk netral selanjutnya ditambah drying agent.
mengurangi asam lemak bebas pada
`
Minyak (1) + KOH (1%-b) + methanol (6)
untuk menyaring bahan-bahan yang lolos berwarna bening (air). Minyak yang
dari saringan kasar. Minyak sebelum dihasilkan ditambahkan drying agent untuk
disaring berwarna coklat keruh dan menghilangkan air yang masih tersisa di
setelah disaring berwarna coklat agak minyak. Minyak selanjutnya diuji angka
bening. asamnya sebesar 11,15 mg-KOH/g.
2.2.3. Sifat fisik, sifat Kimia metil ester yang memiliki viskositas kinematik lebih
tinggi memiliki massa yang lebih tinggi
Standar mutu metil ester menurut SNI-04- karena zat-zat yang terkandung di
7182-2006 menetapkan densitas metil dalamnya. Hal tersebut berlaku pula untuk
ester pada suhu 40C berkisar 0,850 metil ester hasil kedua tahap
0,890 g/cm3. Densitas metil ester yang transesterifikasi. Berdasarkan nilai
dihasilkan adalah 0,889 g/cm3 untuk densitasnya, metil ester yang dihasilkan
densitas metil ester hasil T-1 dan 0,887 memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
g/cm3 untuk T-2. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel 1. Transesterifikasi Viskositas kinematik merupakan salah
dengan proses selama satu jam dan satu parameter utama dalam penentuan
tekanan 4,5 atm menghasilkan metil ester mutu metil ester, karena memiliki
dengan nilai densitas 0,881 gram/cm3 pengaruh besar terhadap efektivitas metil
(Aziz, 2005). ester sebagai bahan bakar. Minyak nabati
Densitas metil ester hasil T-1 lebih besar memiliki viskositas jauh di atas viskositas
dibanding T-2. Hal tersebut terjadi karena bahan bakar diesel, inilah yang menjadi
pengaruh nilai viskositas kinematik metil kendala penggunaan langsung minyak
ester T-1 lebih besar dari T-2. Pada nabati sebagai bahan bakar. Salah satu
volume yang sama, suatu zat yang tujuan utama transesterifikasi adalah
memiliki viskositas kinematik tebih tinggi menurunkan viskositas minyak nabati
dibanding zat lainnya, maka densitas zat dengan memecah ikatan rantai karbonnya
tersebut akan lebih tinggi pula dibanding sehingga memenuhi standar bahan bakar
zat lainnya. Hal ini dikarenakan pada zat diesel. Viskositas kinematik metil ester
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 85
yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu mg-KOH/g untuk metil ester hasil T-1 dan
1,4943 mm2/s untuk metil ester hasil T-1 1,865 mg-KOH/g untuk metil ester hasil T-
dan 1,119 mm2/s untuk metil ester hasil T- 2. Standar mutu metil ester menurut SNI-
2. Jika dibandingkan dengan nilai 04-7182-2006 menetapkan bilangan asam
viskositas kinematik metil ester yang metil ester tidak lebih dari 0,80 mg KOH/g
diperoleh pada penelitian ini, maka nilai sampel. Berdasarkan data tersebut, maka
viskositas kinematik hasil penelitian (Aziz, angka asam pada metil ester baik hasil T-
2005) lebih besar. Viskositas kinematik 1 dan T-2 mempunyai angka asam yang
metil ester hasil T-1 lebih besar dibanding yang lebih tinggi dari batas standar yang
hasil T-2. Pada T-2 terjadi penambahan ditentukan. Metil ester hasil proses T-2
metanol katalitik sebanyak dua kali dan memiliki angka asam yang lebih tinggi. Hal
terjadi reaksi transesterifikasi sebanyak ini disebabkan proses dua tahap
dua kali. Hal ini mengakibatkan membutuhkan waktu yang lebih lama
terbentuknya rantai karbon pendek yang daripada proses satu tahap. Pada proses
lebih banyak dibanding rantai karbon dua tahap, metil ester mengalami 14 jam
pendek pada metil ester hasil pengendapan, dua jam lebih lama
transesterifikasi dua tahap. Standar mutu daripada proses satu tahap. Pengendapan
metil ester menurut SNI-04-7182-2006 yang bertujuan memisahkan gliserol ini,
menetapkan viskositas kinematik metil membutuhkan waktu dua jam di tengah
ester pada suhu 40C berkisar 2,3 6,0 proses yaitu pemisahan tahap pertama
mm2/s. Data tersebut menunjukkan metil dan 12 jam setelah reaksi selesai atau
ester yang dihasilkan baik melalui T-1 dan pemisahan tahap dua. Kenaikan bilangan
T-2, viskositas kinematik lebih rendah dari asam akan terjadi terhadap metil ester
standar mutu metil ester yang ditetapkan seiring bertambahnya waktu penyim-
SNI 04-7182-2006. panan. Dengan waktu pengendapan yang
lebih lama, diduga tingkat oksidasi pada
Angka asam merupakan tolak ukur yang proses dua tahap lebih tinggi dari proses
digunakan untuk mengetahui sifat metil satu tahap. Hal ini mengakibatkan
ester yang dihasilkan. Angka asam dapat bilangan asam yang lebih tinggi (Canacki,
diukur berdasarkan kandungan asam 1999). Proses dua tahap dapat
lemak bebas yang ada dalam metil ester. meningkatkan pembentukan metil ester
Asam lemak bebas dapat mengakibatkan namun memiliki resiko oksidasi yang lebih
terbentuknya abu pada saat pembakaran besar. Proses satu tahap menghasilkan
biodiesel. Nilai angka asam juga menjadi respon viskositas dan densitas sedikit
indikator kerusakan yang terjadi pada lebih tinggi namun angka asamnya
metil ester. Hal ini disebabkan rendah.
peningkatan bilangan asam seperti halnya
peningkatan viskositas dan bilangan Yield metil ester hasil T-1 dan T-2 adalah
peroksida adalah hasil aktivitas oksidasi 96,036% dan 91,842%. Perbandingan
pada metil ester (Canacki, 1999). Oleh yield yang diperoleh dari kedua proses
karena itu, jika bilangan asam metil ester tahapan produksi metil ester menunjukkan
tinggi, berarti telah terjadi kerusakan bahwa yield metil ester hasil T-1 lebih
akibat oksidasi. Angka asam sekaligus besar dibanding T-2. Hal tersebut dapat
menggambarkan tingkat kerusakan metil terjadi karena proses T-2 melalui proses
ester selama penyimpanan beberapa yang lebih panjang dibanding T-1. Pada T-
waktu ke depan. Tingkat oksidasi tinggi 2 terjadi dua kali proses transesterifikasi
juga menandakan metil ester tidak tahan yang memungkinkan metil ester yang
lama disimpan, sebab senyawa peroksida terbentuk terikut pada gliserol yang
yang menjadi produk intermediet pada dipisahkan.
reaksi oksidasi dapat menyerang asam
lemak lainnya yang masih utuh, sehingga
akan terbentuk asam lemak bebas rantai
pendek yang lebih banyak. Angka asam
metil ester yang dihasilkan adalah 1,776
86 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011
Tabel 1. Sifat fisis, sifat kimia dan yield metil ester T-1 dan T-2
Parameter T-1 T-2 SNI
04-7182-2006
Densitas (gram/cm3) 0,889 0,887 0,8500 - 0,8900
Viskositas Kinematik 40C (mm2/s) 1,494 1,119 2,3 6,0
Angka asam (mg-KOH/g) 1,776 1,865 Maks 0,8
Yield (%) 96,0365 91,8427
K
o
n
s
e
n
t
r
a
s
i
Hasil uji GCMS menunjukkan beberapa sebagai bahan. Dalam bahan (minyak)
senyawa organik yang terkandung di senyawa yang paling dominan adalah
dalam metil ester (Tabel 1). Senyawa asam oleat yang membentuk ester
penyusun dalam metil ester yang dominan bernama asam oktadekenoat. Asam oleat
adalah Asam oktadekenoat (asam oleat) merupakan asam lemak tak jenuh. Hal ini
51,99%, asam heksadekanoat (asam dapat dilihat dengan adanya ikatan
palmitat) 38,41%, dan asam oktadekanoat rangkap sebanyak satu pada rantai
(asam stearat) 6,86%. Ester-ester tersebut karbonnya. Asam oktadekanoat pada metil
merupakan pecahan dari asam lemak eter yang memiliki persentase sebanyak
penyusun trigliserida dalam minyak 51,99% menggambarkan bahwa asam
goreng bekas dan bukan sebagai asam oleat pada minyak juga tinggi. Selain
lemak bebasnya. Berdasarkan senyawa asam oktadekenoat, ester lain yang
yang terkandung dalam metil ester terbentuk dari asam lemak tak jenuh juga
tersebut dapat ditentukan senyawa yang ada. Asam 10-nonadekenoat terbentuk
terkandung dalam minyak yang digunakan dari asam eukosenoat dan ester asam
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 87
heksadekenoat yang terbentuk dari asam minyak dengan kandungan asam lemak
palmitoleinat yang merupakan asam tak jenuh yang lebih banyak dibanding
lemak tak jenuh. Maka minyak yang asam lemak jenuhnya.
digunakan sebagai bahan merupakan
Tabel 2. Hasil GCMS Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas