Anda di halaman 1dari 7

KEJANG PADA ANAK

Dr. Msy Rita Dewi Arifin SpAK

Kejang adalah kedaruratan neurologi yang sering dijumpai pada ruang gawat darurat.
Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun minimal pernah mengalami sekali kejang selama
hidupnya. Kejang dapat merupakan gejala awal dari penyakit berat. Serangan dapat berhenti
sendiri namun bila berlangsung lama dapat menyebabkan kematian. Langkah awal dalam
penatalaksanaan kejang adalah dengan memastikan apakah serangan tersebut kejang atau bukan
sehingga pendekatan diagnosis secara dini sangatlah penting. Pada makalah ini akan dibahas
definisi kejang, pendekatan diagnosis kejang, tatalaksana baik saat kejang maupun pasca kejang.
Epileptic seizure adalah manifestasi klinis di bawah sadar akibat aktivitas tidak normal
dan berlebihan yang berlangsung sinkron dari sekumpulan neuron di otak. Aktivitas tidak normal
ini menyebabkan serangan gangguan dari satu atau beberapa fungsi otak. Manifestasi klinis
dapat berupa eksitasi (motorik, sensorik, perilaku atau psikis) atau inhibisi (gangguan kesadaran,
hilangnya tonus otot, dan kemampuan bicara) atau gabungan dari keduanya. Kejang fokal yang
berasal dari fokus lokal di otak dapat bermanifestasi motorik, sensorik, maupun psikomotor.
Adapun kejang umum yang melibatkan kedua hemisfer baik pada saat awal maupun lanjut dapat
berupa kejang non konvulsif (absens) dan konvulsif.
Aloanamnesis dimulai dari keluhan pertama kali dari perjalanan penyakitnya sampai
terjadinya kejang. Dilanjutkan dengan pertanyaan terarah untuk mencari kemungkinan adanya
faktor pencetus atau penyebab kejang. Anamnesis diarahkan pada lamanya kejang, frekuensi
kejang, riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma,
gejala-gejala infeksi, keluhan neurologis baik umum maupun fokal, nyeri maupun cedera akibat
kejang.
Pemeriksaan fisik mulai dengan tanda-tanda vital (termasuk suhu rektal), mencari tanda-
tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan sistemik. Pemeriksaan langsung ditujukan
mencari cedera yang terjadi mendahului atau selama kejang, adanya penyakit sistemik, terpapar
zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal. Kelainan fokal termasuk paralisis
Todds mencurigai adanya lesi pada struktur intrakranial. Bila terjadi penurunan kesadaran
diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebab. Pemeriksaan funduskopi
disertai adanya tanda rangsang meningeal dapat menentukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial akibat infeksi susunan saraf pusat.
Serangan paroksismal yang ada pada keadaan awal harus dipastikan apakah kejang atau
bukan kejang. Diagnosis kejang pada anak umumnya ditegakkan berdasarkan anamnesis dari
orangtua. Sebenarnya, akan lebih mudah bila serangan kejang tersebut terjadi di hadapan kita.
Serangan kejang ditandai dengan serangan yang berlangsung tiba-tiba, berlangsung beberapa
detik-menit, dan sering disertai sianosis dalam keadaan tidak sadar. Gerakan bola mata biasanya
satu arah, gerakan ekstremitas sinkron, dan masih bergerak bila dipegang serta tidak dapat
diprovokasi. Adapun serangan yang menyerupai kejang biasanya gerakan gradual, berlangsung
beberapa menit, tanpa sianosis dan hilangnya kesadaran. Gerakan ekstremitas tak beraturan,
tanpa perubahan gerakan bola mata dan mudah diprovokasi.
Umumnya kejang tonik-klonik dapat berhenti secara spontan dalam 5 menit, sebelum
anak dibawa ke rumah sakit. Tetapi bila kejang tidak berhenti dalam 4-5 menit dapat menjadi
lebih lama. Status epileptikus (SE) adalah kejang lama atau kejang berulang tanpa pulihnya
kesadaran selama 30 menit atau lebih. Secara umum tatalaksana saat anak kejang dimulai dengan
pemberian diazepam rektal 5 mg atau 10 mg di rumah oleh orang tua yang dapat diulang satu
kali. Bila tidak berhenti anak harus dibawa ke rumah sakit, bila kejang belum berhenti saat tiba
di rumah sakit dapat diberikan diazepam rektal 1 kali sambil dilakukan pemasangan cairan
intravena, disertai pengambilan darah untuk pemeriksaan darah tepi, gula darah atau elektrolit
sesuai kebutuhan. Bila kejang masih berlangsung dapat diberikan obat fenobarbital atau fenitoin
yang diberikan bolus 20 mg/kgbb intravena dengan kecepatan 50 mg/menit. Obat fenitoin harus
diberikan dalam bentuk pengenceran 1 mg fenitoin dengan 10 ml NaCl 0,9%. Bila masih kejang
harus diberikan 20 mg/kgbb fenitoin atau fenobarbital intravena. Bila kejang masih berlangsung
dapat diberikan midazolam bolus 0,2 mg/kgbb dilanjutkan dengan 0,02-0,1 mg/kgbb per drip.
Pendekatan kejang pada anak dimulai dengan membedakan apakah kejang disertai
demam atau tanpa demam. Kejang disertai demam dapat disebabkan oleh kejang demam, infeksi
susunan saraf pusat, epilepsi disertai infeksi ekstrakranial. Adapun kejang tanpa demam dapat
disebabkan epilepsi, tumor, atau kelainan metabolik.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38,40C
tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1 bulan tanpa riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya. Umumnya berusia 6 bulan 5 tahun. Kejang demam
diklasifikasi menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam
sederhana berlangsung singkat, bersifat umum, dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
kompleks berlangsung lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial menjadi umum atau
berulang dalam 24 jam. Pengobatan dilakukan secara intermitten (saat pasien demam) atau
rumatan (diberikan terus-menerus). Pengobatan intermitten diberikan saat pasien demam dengan
menggunakan obat antipiretik (saat demam) seperti: asetaminofen 10-15 mg/kg diberikan 4 kali
atau ibuprofen 5-10 mg/kg per oral ditambahkan diazepam oral dengan dosis 0.33 mg/kgbb
untuk 3 hari pertama dan diazepam rektal yang diberikan saat demam tinggi yang memicu kejang
pada pasien. Pengobatan rumatan yang diberikan setiap hari adalah fenobarbital 3-5 mg/kg atau
asam valproat 15-40 mg/kg setiap hari. Pengobatan profilaksis terus-menerus, diberikan pada
kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang (paresis Todds, palsi serebral,
hidrosefalus), kejang lama > 15 menit, atau kejang fokal. Pengobatan rumatan diberikan selama
1 tahun.
Infeksi susunan saraf pusat (SSP) ditegakkan berdasarkan anamnesis penyakit,
pemeriksaan fisis neurologis, pungsi lumbal dan pemeriksaan penunjang lainnya. Adanya infeksi
SSP ditandai dengan gejala: demam, kejang, dan penurunan kesadaran serta adanya defisit
neurologis. Secara garis besar infeksi SSP harus dibedakan antara: ensefalitis, meningitis
bakterialis, meningitis tuberkulosis, meningitis virus, dan abses otak. Tatalaksana disesuaikan
dengan diagnosis infeksi SSP.

Status Epileptikus

Status epileptikus adalah suatu keadaan darurat yang serius dan sering mengancam jiwa
serta memerlukan intervensi medis cepat. Kondisi ini dapat merupakan komplikasi penyakit akut
seperti ensefalitis dan dapat terjadi sebagai kejang pertama pada 12% anak anak dengan epilepsi.

Berdasarkan The International Classification of Epileptic Seizures,status epileptikus


adalah kejang yang berlangsung selama 30 menit atau lebih lama,atau kejang yang berulang
dimana diantara kejang anak tidak sadar.

Stadium :

1. Prestatus : meningkatnya frekuensi serangan sebelum status


2. Early status: serangan konvulsif terjadi terus, mulai terjadi gangguan metabolik
3. Established Status : serangan lebih dari 30 menit,terjadi perubahan fungsi vital tubuh
4. Refractory Status: kejang berlangsung lama dan menetap
5. Subtle Status: serangan berlagsung ber jam jam. Serangan sering disertai koma yang
dalam

Patofisiologi

Status epileptikus terjadi karena kegagalan mekanisme normal untuk menghalangi


penyebaran dan mengisolasi kejang. Kejang terjadi karena eksitasi yang berlebihan atau inhibisi
yang tidak efektif.

Klasifikasi

1. Parsial Sederhana
2. Parsial Kompleks
3. Generalized Convulsive (tonik klonik,tonik dan selalu terkait dengan hilangnya
kesadaran)
4. Generalized non convulsive seperti absence ditandai perubahan kesadaran, tidak selalu
dengan hilangnya kesadaran

Berdasarkan Etiologi Serangan:

1. Remote Symptomatic; kejang tanpa provokasi,misalnya epilepsi


2. Acute Symptomatic; terjadi selama penyakit akut, misalnya meningitis dan ensefalitis
3. Febrile ; akibat demam, pada kejang demam
4. Progressive Encephalopathy; akibat ensefalopati progresif seperti gangguan
mitokondria
5. Remote Symptomatic With an acute precipitant ; akibat ensefalopati kronik seperti
hipoglikemia,hipokalsemia dan hiponatremia
6. Cryptogenic ; idiopatik

Faktor Risiko
1. Anak dengan epilepsi
2. Anak dengan latar belakang kelainan fokal EEG, kejang parsial dengan generalisasi
sekunder, SE saat kejang pertama kali terjadi, adanya abnormalitas gambaran
neuroimaging
3. Riwayat serangan SE sebelumnya, usia saat onset pertama kali < 1 tahun, simptomatik
epilepsi

Penatalaksanaan

Tindakan sedini mungkin merupakan hal yang penting untuk mencegah kerusakan dan
timbulnya gejala sisa akibat kejang. Tujuan pengobatan adalah terhentinya bangkitan secara
klinis maupun elektris.
Langkah penanganan:
1. Manajemen jalan nafas dan pernafasan
2. Stabilisasi hemodinamik
3. Terminasi kejang
4. Penghentian bangkitan kejang secara berulang

OBAT CARA DOSIS ULANGAN KECEPATAN


PEMBERIAN PEMEBERIAN
Diazepam IV,IO 0,3 mg/kgBB,maks 10 mg 5 menit < 2mg/ menit
Diazepam Rektal 0,5 mg/kg, maks 10 mg Tiap 5-10
menit
2x tiap 10
Lorazepam IV,SL,IO 0,1 mg/kgBB,maks 4 mg menit
Midazolam IM 0,2 mg/kgBB maks 10 mg 2x tiap 10 <2 mg/menit
menit

Fenitoin IV,IO 20 mg/kgBB maks 1000 mg Tambahkan 1 mg/kgBB menit


(390 mg/kgBB) 5mg/kg IV
bila masih
kejang
20mg/kgBB,maks 600 mg
Fenobarbital IV 1 mg/kgBB menit
(30 mg/kgBB)
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Anda mungkin juga menyukai