Disusun Oleh :
Rosa Dewi Pribawati NRP 4109 100 030
Gusti Ngurah Bagus Armadi Putra NRP 4109 100 041
Dosen Pembimbing :
Ir. Tri Achmadi, Ph.D.
NIP. 19650110 198803 1 001
Christino Boyke SP, S.T.,M.T.
NIP.
Disusun Oleh :
Rosa Dewi Pribawati
Nrp. 4109.100.030
Gusti Ngurah Bagus Armadi Putra
Nrp. 4109.100.041
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah
memberikan kekuatan dan bimbingan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Tugas
Perencanaan Transportasi ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Jurusan Transportasi Laut, FTK ITS.
Selesainya Tugas Perencanaan Transportasi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberi dukungan. Dengan ini Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph.D. dan Bapak Christino Boyke S.P., S.T., M.T., selaku
dosen pembimbing Penyusun yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada
Penyusun dalam menyelesaikan Tugas Perencanaan Transportasi ini.
2. Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph.D. dan Bapak Setyo Nugroho, selaku dosen wali
Penyusun yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ide dan
pengalaman kepada Penyusun.
3. Seluruh Dosen Jurusan Transportasi Laut, atas ilmu yang telah diberikan dalam
penyelesaian Tugas Perencanaan Transportasi.
4. Orang tua beserta semua keluarga, yang selalu mendoakan Penyusun dalam
menyelesaikan tugas ini.
5. Teman teman P 49 yang terus memberikan semangat dan dukungan moril
tiada henti kepada Penyusun.
6. Teman-teman seperjuangan Tugas Perencanaan Transportasi.
Akhir kata, semoga Tugas Perencanaan Transportasi ini bisa berguna bagi
semua pihak. Saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi Penyusun untuk
penyempurnaan laporan ini.
Penyusun
ABSTRAK
DAFTAR TABE
Table 2-1 Satuan Ruang Parkir (SRP).............................................................................12
Tabel 4-1. Fasilitas di Pelabuhan Padangbai...................................................................34
Tabel 4-2 Fasilitas Masing masing Dermaga...............................................................37
Tabel 4-3. Data Operasional Pelabuhan Padangbai........................................................38
Tabel 4-4. Data Teknis Kapal.........................................................................................40
Table 4-5 Pola Operasi Kapal.........................................................................................41
Table 5-1 Satuan Ruang Parkir........................................................................................44
Tabel 5-2 Jumlah Kapasitas Statis...................................................................................44
Table 5-3 Satuan Mobil Penumpang...............................................................................45
Tabel 5-4 Kapasitas Dinamis...........................................................................................45
Table 5-5 Proyeksi Linier Jumlah Penduduk dan PDRB................................................46
Table 5-6 Proyeksi Jumlah Penumpang dan Kendaraan.................................................47
Table 5-7 Akumulasi Parkir dari Pola Operasi Kapal Eksisting......................................49
Table 5-8 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal I....................................50
Table 5-9 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 1...............50
Table 5-10 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 2.............51
Table 5-11 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 3.............51
Table 5-12 Kolam Putar Pelabuhan tiap Pilihan Lokasi..................................................54
Table 5-13 Kedalaman Tiap Lokasi Dermaga Baru........................................................55
Table 5-14 Perbandingan Kebutuhan Alat Penambat......................................................57
Table 5-15 Perbandingan Kebutuhan Fender..................................................................58
Table 5-16 Rencana Fasilitas Dermaga Baru..................................................................58
Table 5-17 Biaya Investasi Pembangunan Dermaga Baru.............................................60
Table 5-18 Biaya Operasional Pelabuhan........................................................................63
Table 5-19 Pendapatan Tarif............................................................................................64
Table 5-20 Benefit - Cost Ratio.......................................................................................64
Table 5-21 Net Present Value..........................................................................................66
DAFTAR GAMBA
Gambar 1-1 Lokasi Pelabuhan Padangbai.........................................................................1
Gambar 1-2 Layout Pelabuhan Padangbai........................................................................1
Gambar 1-3 Grafik Arus Keberangkatan dari Pelabuhan Padangbai................................2
Gambar 1-4 Grafik Arus Kedatangan ke Pelabuhan Padangbai........................................2
Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian...............................................................................32
Gambar 4-1 Lokasi Padangbai........................................................................................33
Gambar 4-2 Grafik Jumlah Kendaraan Menurut Golongan..........................................39
Gambar 4-3 Grafik Jumlah Kendaran Tiap Tahun..........................................................39
Gambar 5-1 Grafik Proyeksi Jumlah Penumpang dalam 5 Tahun..................................47
Gambar 5-2 Grafik Proyeksi Jumlah Kendaraan Dalam 5 Tahun...................................48
Gambar 5-3 Grafik Volume Kendaraan yang Masuk Area Parkir Pelabuhan tiap Jam
tiap Tahun........................................................................................................................48
Gambar 5-4 Grafik Proyeksi Volume Penumpang yang Masuk Area Parkir tiap Jam tiap
tahun................................................................................................................................49
Gambar 5-5 Pilihan Lokasi Dermaga Baru Yang Akan Dibangun.................................53
Gambar 5-6 Konsep Desain Trestle pada Dermaga Baru...............................................59
Gambar 5-7 Rekap Harga satuan Prasarana Penyeberangan...........................................60
BAB 1 PENDAHULUAN
Dermaga 1
Dermaga 2
Jumlah Keberangkatan
1,400,000
1,150,208 1,200,000
1,087,815
1,000,000
833,156 850,156 831,243 871,052
685,636 713,532 800,000
600,000
400,000
200,000
56,038
23,668
0
2009 2010 2011 2012 2013
Penumpang (ora ng) Barang (ton)
Jumlah Kedatangan
1,000,000
858,535 870,516
200,000
45,076
12,338
0
2009 2010 2011 2012 2013
Penumpang ( orang ) Barang ( Ton )
Melihat dari grafik di atas, jumlah permintaan atas jasa penyeberangan dari
Padangbai Lembar tiap tahun relatif mengalami kenaikan. Berdasarkan data
operasional Pelabuhan Padangbai, kenaikan frekuensi in belum disertai penambahan
fasilitas untuk mengatasinya.
Kendala lain adalah pebaikan dermaga secara berkala ataupun insidental yang
menyebabkan hanya satu dari dua dermaga yang ada yang bisa difungsikan pada saat
tertentu. Tidak berfungsinya salah satu dermaga di pelabuhan penyeberangan sangat
berpengaruh pada operasional pelabuhan yang bisa menyebabkan berkurangnya
jumlah trip sehingga tidak bisa memfasilitasi semua kendaraan, terutama truk barang
yang menunggu di lahan parkir. Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab
terjadinya kepadatan pada area parkir
Melihat hal itu, studi tentang produktifas dan efisiensi sarana pada Pelabuhan
Padangbai perlu diadakan sehingga pada Tugas Perencanaan Transportasi ini, penulis
memilih untuk melakukan penelitian mengenai Desain Konseptual Fasilitas Pelabuhan
Penyeberangan: Studi Kasus Padangbai. Diharapkan dengan adanya penambahan
dermaga tersebut dapat mengatasi masalah antrean kendaraan dan penumpang serta
meningkatkan produktifitas Pelabuhan Padangbai itu sendiri.
2.1 Pelabuhan
Pelabuhan berfungsi sebagai gapura / gerbang masuk suatu wilayah atau negara
c. Entitas Industri
b. Kolam pelabuhan
d. Dermaga
e. Terminal Penumpang
f. Pergudangan
g. Lapangan penumpukan
h. Perkantoran
i. Tempat Bungkering
j. Instalasi Jaringan
m. Parkir
b. Sewage system
c. Fasilitas Parawisata
e. Area pengembangan
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk meapat dan
menambatkan kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat barang serta
menaikkan atau menurunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada
jenis dan ukuran kapal yang merapat dan tambat di dermaga tersebut. Dalam
pertimbangan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran yang
minimal sehingga kapal dapat tambat atau meninggalkan dermaga maupun
melakukan bongkar muaat dengan aman dan lancer
Bentuk dermaga bergantung pada kegunaan pelabuhan dan kedalaman alur
pelayaran [ CITATION Kra91 \l 1033 ] , contohnya :
a. Quai wall / Memanjang :
b. Wharf
4. Fasilitas Dermaga
Kondisi yang ideal adalah jalan untuk masuk dan keluar penumpang atau
barang yang dipisahkan antara naik dan turun kapal.
5. Bangunan Terminal
Merupakan wadah bagai aktivitas antara lain : pelayanan pra dan pasca
penumpang, pelayanan informasi dan tiket, pelayanan prossesing penumpang
dan barang dan pelayanan penunjang
6. Area Parkir Kendaraan
2.3 Parkir
Kriteria dalam desain parkir di luar badan jalan untuk lahan/kawasan parkir adalah:
Rencana umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
Kelestarian lingkungan
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada posisi pintu kendaraan
dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir di
sampingnya. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk
menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat. Jarak bebas
arah lateral diambil sebesar 5 cm dan longitudinal 30 cm.
b. Volume parkir
Volume parkir merupakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir
(yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu biasanya per hari). Waktu yang
digunakan untuk parkir dihitung dalam menit atau jam menyatakan lama parkir.
Volume parkir dalam penelitian ini adalah jumlah kendaraan yang masuk areal
parkir selama jam-jam pengamatan (dianggap satu hari dan mengunakan 16 fasilitas
parkir). Volume parkir dihitung dengan menjumlahkan kendaraan yang menggunakan
areal parkir pada jam pengamatan.
f. Headway
Headway adalah selisih waktu antara kendaraan satu dengan kendaraan yang
berikutnya, headway ada dua yaitu : headway masuk yaitu menghitung selisih waktu
kedatangan di pintu masuk antara kendaraan satu dengan yang berikutnya. Sedangkan
headway keluar merupakan selisih waktu keberangkatan kendaraan antara bus yang satu
dengan bus belakangnya di pintu keluar.
Hi = Xi X i+1 ... (2.6)
Dengan : Hi = Headway kendaraan i (menit)
Xi = Kendaraan i (menit)
X i+1= Kendaraan setelah i ( menit)
Waktu tunggu didapatkan dari selisih waktu kedatangan dan keberangkatan bus,
sedangkan headway adalah selang waktu yang diperlukan antara bus yang satu dengan
bus lainnya yang menyusul di belakangnya. Nilai headway masuk didapatkan dengan
mengurangkan waktu kedatangan di pintu masuk bus n+1 dengan waktu kedatangan bus
n begitu pula dengan headway keluar.
3) Ruang sirkulasi
Ruang sirkulasi diperlukan bagi kendaraan maupun manusia yang menggunakan
fasilitas terminal. Luasan fasilitas bagi kendaraan maupun ruang tunggu perlu ditambah
dengan ruang untuk sirkulasi terutama pergerakan manusia/penumpang.
5) Cadangan lahan
Kebutuhan lahan cadangan dibutuhkan dalam rangka untuk keperluan perluasan
atau peningkatan kelas terminal dan sebagai penyeimbang (buffer) agar kegiatan di
dalam dan di luar terminal tidak saling mengganggu. Kebutuhan luas cadangan lahan
dalam perhitungannya berdasarkan angka pertumbuhan Bus dan orang /penumpang
yang masuk ke terminal, sehingga dapat diketahui luasan yang diperlukan untuk tahun
yang akan datang. Perhitungan kebutuhan luas cadangan dengan p ersamaan sebagai
berikut:
Lt = Lo(1+i)n (2.10)
Dengan: Lt = Luasan akhir tahun yang akan datang (m2)
Lo = Luasan awal (m2)
i = Angka pertumbuhan (%)
n = Tahun perencanaan
2.3 Analisis Kelayakan Investasi
Perhitungan analisis biaya dan manfaat dari suatu penerapan teknologi dapat
menggunakan pendekatan analisis kelayakan suatu investasi. Analisis kelayakan
investasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu proyek dengan
mempertimbangkan biaya yang akan atau sudah dikeluarkan dan besarnya manfaat yang
akan atau sudah diterima. Hal yang harus diperhitungkan berkaitan dengan biaya dan
manfaat proyek adalah time value of money, yaitu nilai uang dalam waktu yang berbeda
tidak sama. Time value of money muncul karena adanya ekspektasi keuntungan dari
suatu aset apabila diinvestasikan pada berbagai alternatif investasi. Analisis finansial
adalah perimbangan arus pendapatan dengan arus pengeluaran yang ditinjau dari sisi
operasional dan keuntungan dari pihak investor. Analisis kelayakan suatu pembangunan
fasilitas dikatakan layak apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. IRR > MARR
2. Payback Period < Periode Studi
7. Variabel cost
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dengan output. Umumnya biaya
variabel meningkat pada tingkat konstan relatif terhadap tenaga kerja dan modal. Biaya
variable meliputi:
a. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan
operasi bangunan. Biaya operasi dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen yaitu:
Biaya gaji direktur, kepala bagian, dan karyawan.
Biaya listrik dan air.
Asuransi.
Biaya lain-lain.
Sama seperti NPV metode tingkat pengembalian internal atau IRR juga
merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Pada metode
NPV tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan
pada metode IRR, kita justru akan menghitung tingkat bunga tersebut. Tingkat
bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan
jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap cash inflow yang didiskontokan dengan
tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari initial cash
outflow atau nilai proyek. Dengan kata lain tingkat bunga ini adalah merupakan
tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan
juga tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat
dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang
diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebaliknya
investasi tidak menguntungkan. Misalnya IRR yang dihasilkan oleh sebuah
proyek adalah 15% yang berarti proyek ini akan menghasilkan keuntungan
dengan tingkat bunga 15%. Bila rate of return yang diinginkan adalah 12%,
maka proyek dapat diterima kelayakannya.
2.4 Peramalan
Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang
menentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk
menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan.
Teknik tersebut dibagi ke dalam dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan
metode kualitatif atau teknologis. Metode kuantitatif dapat dibagi ke dalam deret
berkala (time series) dan metode kausal, sedangkan metode kualitatif atau teknologis
dapat dibagi menjadi eksploratoris dan normatif [ CITATION Mak99 \l 1033 ].
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut:
1. Tersedia informasi tentang masa lalu.
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di
masa mendatang.
Pada model deret berkala, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai
masa lalu suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret
berkala seperti itu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan
mengekstrapolasikan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola
tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala
(time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga
metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan
menjadi empat jenis [ CITATION Mak99 \l 1033 ], yaitu:
1. Pola horisontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-
rata yang konstan. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau
menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.
2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman
(misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).
Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar
pemanas ruang, semuanya menunjukkan jenis pola ini.
3. Pola sklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi
jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan
produk seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola
ini.
4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka
panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP)
dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend
selama perubahannya sepanjang waktu.
Analisis Ekonomi
Metode Transportasi
Pemeringkatan Faktor
Pemeringkatan Faktor (Factor Rating) adalah suatu pendekatan umum yang
berguna untuk mengevaluasi dan membandingkan berbagai alternatif lokasi.
Pemeringkatan faktor memberikan landasan rasional dalam menganalisa dengan cara
memberikan faktor bobot terhadap faktor faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi. Selain faktor faktor yang bersifat kuantitatif ( seperti kapasitas ,
biaya dan jarak ) dapat pula dianalisa faktor faktor yang bersifat kualitatif ( seperti
tersedianya fasilitas jasa umum , sikap masyarakat atau sarana sosial). Faktor Kualitatif
ini dikuantifikasikan untuk memudahkan penilaian. Dengan menggunakan pendekatan
total nilai tertimbang ( weighted score ) dapat diketahui lokasi yang paling memenuhi
keinginan.
4. Berikan nilai pada setiap alternatif lokasi. Lokasi yang terbaik harus diberi nilai
maksimal , sedangkan alternative lokasi lainnya mendapat nilai yang
proposional dibandingkan alternatif terbaik tadi
5. Kalikan bobot dengan nilai tiap faktor, dan jumlahkan untuk setiap alternatif
lokasi.
4. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperolah dari dinas atau instansi terkait ,
adapun data yang diperoleh adalah :
a. Layout pelabuhan penyeberangan
Padangbai pada awalnya merupakan sebuah desa yang bernama desa Padang.
Nama padangbai diberikan oleh pemerintah Belanda saat masa penjajahannya. Desa
Padang tersebut terletak dekat dengan teluk dangkat berperairan tenang, karena itulah
Pemerintah Belanda menyebutnya dengan Padang Baai; Baai dalam Bahasa Belanda
berarti teluk; yang bermakna Teluk Padang. Nama Teluk Padang masih terus dipakai
hingga tahun 1992. Kemudian setelah resmi menjadi desa yang berdiri sendiri, maka
nama Teluk Padang diganti menjadi Padangbai.
a. Breasting dolphin
Breasting dolphin : 4 buah, BD-1 (dekat MB), BD-2 (tengah), BD-3 (tengah),
dan BD-4 (luar). Breasting dolphin yang masih dilengkapi dengan sistem
fender. Sistem fender berupa konstruksi frontal frame dari baja dan fender
karet tipe M. Seluruh breasting dolphin dilengkapi bollard kodok kapasitas
25 ton. Catwalk antar breasting dolphin dibuat dari baja WF dan kayu ulin
b. Mooring Dolphin
Pondasi mooring dolphin berupa tiang pancang pipa baja dengan diameter
457,2 mm (18 inch) masing-masing sebanyak 6 buah. Pondasi tiang pipa baja
dilindungi dengan selimut beton. Seluruh mooring dolphin dilengkapi
bollard kodok kapasitas 25 ton.
c. Movable Bridge
Panjang MB = 19,00 m dengan lebar bagian depan = 7,00 m. Untuk
menaikturunkan MB digunakan tackle hidrolik 2 x 30 ton. Di sebelah kiri MB
dan dudukan hidrolis terdapat konstruksi pelindung dermaga dari beton
bertulang agar dermaga tidak ditabrak oleh kapal yang sedang memutar di
kolam labuh. Kedalaman laut di depan MB pada saat MSL = 6,30 m.
d. Pelindung Movable Bridge
Struktur pelindung MB berupa beton bertulang melintang dengan pondasi 4
buah tiang pancang pipa baja dan dilengkapi sistem fender.
e. Trestle
Panjang trestle dermaga I adalah 44,00 m dengan lebar 7,00 m. Pondasi trestle
berupa tiang pancang pipa baja dengan diameter 457,2 mm (18 inch).
2. Dermaga II
a. Breasting dolphin
Breasting dolphin : 4 buah, BD-1(dekat MB), BD-2 (tengah), BD-3 (tengah),
dan BD-4 (luar). Pondasi breasting dolphin berupa tiang pancang pipa baja
dengan diameter 609,6 mm (24 inch) masing-masing sebanyak 9 buah.
Seluruh breasting dolphin dilengkapi sistem fender dengan konstruksi
frontal frame dari baja dan kayu ulin serta fender karet tipe M.
b. Mooring Dolphin
Mooring dolphin : 2 buah, MD-1 (kanan MB, di areal parkir) dan MD-2
(luar).Pondasi mooring dolphin berupa tiang pancang pipa baja dengan
diameter 609,6 mm (24 inch) masing-masing sebanyak 6 buah. Pondasi tiang
pipa baja di MD-2 dilindungi dengan selimut beton, sedangkan di MD-1
tertanam di areal parkir. Seluruh mooring dolphin dilengkapi dengan bollard.
Catwalk antara mooring dolphin dengan breasting dolphin dibuat dari baja WF
dan kayu ulin.
c. Movable Bridge
Panjang MB = 20,00 m, lebar = 7,70 m. Untuk menaikturunkan MB digunakan
tackle hidrolik 2 x 30 ton. Di sebelah kiri MB dan dudukan hidrolis terdapat
konstruksi pelindung dermaga dari beton bertulang yang dilengkapi dengan
fender karet tipe V agar dermaga II tidak tertabrak oleh kapal yang sedang
memutar di kolam labuh dermaga I.
d. Pelindung Movable
Pelindung MB : 2 buah (sebelah kiri dan kanan MB). Pondasi pelindung MB
berupa tiang pancang pipa baja dengan diameter 609,6 mm (24 inch) masing-
masing sebanyak 4 buah. Pondasi tiang pipa baja dilindungi dengan selimut
beton.
e. Trestle
Panjang trestle dermaga II adalah 30,00 m dengan lebar 7,00 m. Pondasi trestle
berupa tiang pancang pipa baja dengan diameter 508,0 mm (20 inch).
Berikut ini disertakan pula grafik jumlah kendaraan yang menggunakan jasa
pelayanan penyeberangan Pelabuhan Padangbai pada tiap tahunnya.
200,000
180,000
160,000
140,000 2011
120,000 2012
2013
100,000
2014
80,000
60,000
40,000
20,000
0
lI lI
I I II ng ng ng ng ng ng ng ng
Go Go Go
l pa a ra pa a ra pa a ra a ra a ra
m B m B m B B B
enu l IV enu l V enu l VI VII
VI II
V
P
Go
P Go IP Go Go
l l
lI o lV lV Go
Go G Go
200,000
180,800
180,000
160,000 Gol I
Gol II
144,300 Gol III
141,194
140,000 Gol IV Penumpang
Gol IV Barang
Gol V Penumpang
120,000 114,331 Gol V Barang
Gol VI Penumpang
Gol VI Barang
100,000 Gol VII Barang
Gol VIII Barang
80,000
60,000 53,540
49,464 50,703
46,800 44,400
42,670 43,120
38,843
40,000 34,910
28,875 31,100
25,500 23,205
20,000 15,099 17,090
9,200
5,210
4,608 5,470
4,561 5,150
4,990 5,652
4,613
392322 400 364 522340 440 580 879570 690 5571,080
670 929 481
0
2011 2012 2013 2014
Luas : 544 m2
Kapasitas : 360 penumpang
Luas tempat duduk : 1.8 m2
Total luas tempat duduk : 1.8 x 6 = 10.8 m2
Jarak antar kursi : x 1/3 x 3 = 0.45 m2
Luas kamar mandi : 35 m2
Luas loket : 100 m2
Total (1) 148.05 m2
Dalam perhitungan kapasitas pakir ini, yang dimaksud adalah point kedua (2).
Berdasakan data operasional yang diperoleh, Pelabuhan Padangbai memiliki luas lahan
sebesar 6512 m2. Rumus dasar analisis kapasitas ruang parkir yang dipakai dalam
perhitungan ini antara lain:
a. Kapasitas Statis ( KS )
Kapasitas statis adalah banyaknya total kendaraan yang bisa ditampung (diam) pada
suatu area tertentu (satuan ruang parkir).
L
KS= Di mana : KS = Kapasitas statis
X
L = Luas Parkir efektif
X = Satuan Ruang Parkir
Berdasarkan penggunaan rumus ini dapat diketahui penyediaan kapasitas parkir yang
disediakan untuk memenuhi permintaan akan ruang parkir adalah :
Dari hasil analisa data, pembagian lahan parkir adalah sebagai berikut :
75% Parkir Kendaraan Gol IV Barang - Gol VII (Truk)
4% Parkir Kendaraan Gol V - Gol VI penumpang (Bus)
6% Parkir Kendaraan Gol IV Penumpang (Mobil)
15% Parkir Kendaraan Gol I - III (Kendaraan roda dua dan sejenisnya)
Maka, 75% x 6512 m2 = 4884 m2 (Truk)
4% x 6512 m2 = 260,48 m2 (Bus)
6% x 6512 m2 = 390,72 m2 (Mobil)
15% x 6512 m2 = 976,8 m2 (Kendaraan roda dua dan
sejenisnya)
Table 5-7 Satuan Ruang Parkir
d. Kapasitas Dinamis ( KD )
Kapasitas dinamis adalah banyaknya kendaraan pada suatu area dalam suatu waktu
tetentu (jam).
KS x T
KD=
D
Di mana : KD = Kapasitas parkir per jam
KS = Jumlah Parkir yang ada sekarang (SRP)
T = lamanya pengamatan (Jam)
D = rata- rata lama parkir (Jam)
Rumus di atas digunakan untuk kapasitas dinamis parkir yang tergantung dari
durasi/lamanya kendaraan parkir. Semakin pendek durasi parkirnya, semakin banyak
kapasitas dinamisnya. Sebaliknya, semakin lama durasi parkir, maka semakin sedikit
kapasitas dinamisnya. Sehingga, besarnya kapasitas dinamis dapat berubah ubah
sesuai dengan lamanya waktu pengamatan dan relatifitas lamanya parkir kendaraan.
Pada perhitungan kapasitas dinamis di atas, penyusun mengambil rata rata
lama pengamatan tiap 1 jam-nya. Jika kita mengambil lama durasi parkir rata rata 1
jam dan lama pengamatan tiap jamnya, maka berdasarkan rumus perhitungan di atas,
besarnya kapasitas dinamis akan menjadi seperti pada Tabel 5-3.
Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus
lalu lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana
besaran SMP dipengaruhi oleh tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan
kemampuan olah gerak.
5.2 Kebutuhan Fasilitas
179,678
167,483
155,288
150,000 143,092
130,897
118,702
100,000
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
834,062
Jumlah Kendaraan ( SMP )
800,000 783,947
733,832
700,000 683,718
633,603
600,000
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
50
25
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 5-11 Grafik Volume Kendaraan yang Masuk Area Parkir Pelabuhan tiap Jam tiap
Tahun
Peramalan Volume Penumpang / jam
25
20
20 19
17
16
Orang / hari
15 14
13
10
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Gambar 5-12 Grafik Proyeksi Volume Penumpang yang Masuk Area Parkir tiap Jam tiap tahun
Table 5-15 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 1
Table 5-16 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 2
Table 5-17 Akumulasi Parkir dari Skenario Pola Operasi Kapal II Alternatif 3
Berikut ini adalah layout lokasi di mana dermaga akan dibangun. Berdasarkan
pertimbangan pertimbangan di atas, maka Penyusun menentukan lokasi area dermaga
baru menjadi 3 lokasi seperti pada gambar di bawah ini, yaitu: lokasi A, lokasi B, dan
lokasi C.
Gambar 5-13 Pilihan Lokasi Dermaga Baru Yang Akan Dibangun
Berdasarkan pada layout lokasi dermaga baru di atas, maka tinjauan tiap faktor
yang mempengaruhi pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan Lahan
Pada lokasi A, lahan masih merupakan milik PT. ASDP Indonesia Ferry
sehingga masih sangat mungkin untuk dikembangkan lebih lanjut. Luas
area A adalah 5800 m2, sesuai dengan data operasional pelabuhan.
Pada lokasi B, sama seprti lokasi A, lahan juga masih merupakan milik PT.
ASDP Indonesia Ferry sehingga masih sangat mungkin untuk digunakan
sebagai lokasi pengembangan pelabuhan. Luas area A adalah 5800 m 2,
sesuai dengan data operasional pelabuhan.
Pada lokasi C, lahan sudah bukan merupakan milik PT. ASDP Indonesia
Ferry sehingga memerlukan biaya pembebasan lahan, jika ingin
menggunakannya untuk area pengembangan pelabuhan.
Luas Kolam Putar minimal dengan bantuan jangkar adalah luas lingkaran
dengan R = 1 LOA kapal terbesar.
R = 71,45 m
Berdasarkan uraian tersebut dan melihat pilihan lokasi dermaga baru, maka
besarnya luasan kolam putar tiap pilihan lokasi adalah sebagai berikut :
3. Skala penilaian
Maka, dari perhitungan faktor rating penentuan lokasi didapatkan lokasi yang terpilih
untuk pembangunan dermaga baru adalah Lokasi B.
Secara umum kapasitas bollard dan bitt dermaga pelabuhan laut berukuran
standar dapat mengakomodasi kebutuhan pos penambat untuk kapal penyeberangan.
Pada dermaga penyeberangan, Terdapat satu bollard yang posisinya tidak berada di
belakang garis sandar kapal, melainkan berlawanan arah, sedemikian sehingga bagian
belakang kapal berbentuk roro yang bersandar pada landasan pendaratan dapat
ditambatkan di kedua sisi kapal.
Berdasarkan tabel di atas dan DWT kapal terbesar adalah 4469 ton, maka
diperoleh jumlah bollard yang diperlukan minimal 3 dengan kapasitas masing masing
25 ton. Tapi pada desain konseptual ini, penyusun menentukan jumlah bollard yang
dibutuhkan adalah 4 buah tipe SR-25.
B-C
Tahun Biaya Operasional Investasi Pendapatan Net Cash Ratio
Rp
Rp Rp 108,297,491,972.0
2016 594,578,387,228.00 702,875,879,200.00 0 1.182
Rp
Rp Rp 238,498,055,982.6
2017 624,307,306,589.40 754,507,870,600.00 0 1.209
Rp
Rp Rp Rp 365,923,944,164.3
2018 655,522,671,918.87 23,188,530,999.41 806,137,091,100.00 2 1.230
Rp Rp Rp Rp
2019 688,298,805,514.81 23,188,530,999.41 857,765,346,900.00 512,201,954,550.11 1.246
Rp Rp Rp Rp
2020 722,713,745,790.55 23,188,530,999.41 909,395,441,900.00 675,695,119,660.15 1.258
5.4.5 Net Present Value
Dari neraca yang telah dihitung sebelumnya, Penyusun telah mendapatkan
rincian pendapatan, pengeluaran, dan keuntungan atas pembangunan dermaga baru
Pelabuhan Padangbai selama 5 tahun. Data tersebut dapat diolah lebih lanjut untuk
menganalis kelayakan financial pembangunannya. Dalam menganalisis kelayakan
financial pembangunan tersebut, Penyusun menggunakan metode net present value
(NPV) dengan suku bunga 7% (Bank Indonesia) yang digunakan dalam analisis
perhitungan.
Formula untuk menghitung NPV adalah:
NPV =I Ac ( PA , i, n)+ Ab ( PA , i, n)
Dimana : I = Investasi
i = Suku Bunga
Ac = Annual Cost
n = Umur Investasi
P/A = Present Cost dari Annual Cost
Ab = Annual Benefit
(P/A,i,n) = 7,0 (Bunga)
Table 5-28 Net Present Value
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari tugas perencanaan transportasi ini, adalah:
1. Studi kelayakan investasi ini menyimpulkan bahwa pembangunan dermaga baru
di Pelabuhan Padangai layak secara ekonomi dengan harga NPV sebesar Rp
539,132,839,492.72 dengan periode waktu 5 tahun dan rata rata benefit cost
ratio 1,175.
2. Desain konseptual pelabuhan fasilitas dermaga baru yang akan dibangun adalah
sebagai berikut : Jumlah Breasting Dolphin yang diperlukan adalah 4 buah yang
dilengkapi dengan bollard dengan masing masing berkapasitas 25 ton dan 9
buah tiang pancang dengan diameter 609,6 mm, 2 buah mooring dolphin masing
masing didukung tiang pancang 9 buah dengan dimeter 609,6 mm, 1 buah
movable bridge dengan ukuran 22 x 7,7 m2 dengan 2 dudukan hidrolik MB
kapasitas masing masing 30 ton, 2 pelindung MB masing masing didukung
tiang pancang 4 buah dengan dimeter 609,6 mm, trestle dengan ukuran 35 x 8
m2, dan causeway sepanjang 60 m.
3. Pola operasi kapal yang mungkin terjadi saat volume kendaraan mencapai 100
SMP/jam pada tahun 2020 adalah 54 trip dalam sehari dengan port time 60
menit, jarak waktu antar kapal yang datang 20 menit, dan menggunakan fasilitas
dermaga sebanyak 3 buah.
6.2 Saran
Saran yang mungkin yang bisa disampaikan Penyusun dari Tugas Perencanaan
Transportasi ini adalah:
1. Untuk rencana lanjut dari pengembangan Pelabuhan Padangbai, diperlukan
adanya pemisahan antara pelabuhan penyeberangan khusus penumpang dan
pelabuhan khusus barang. Dengan pemisahan itu, maka operasional pelabuhan
akan lebih fokus dan efektif. Selain itu, dapat mengatasi masalah kemacetan di
pelabuhan padangbai.
2. Menindaklanjuti point (1), maka diperlukan studi tentang desain konseptual
pelabuhan penyeberangan Padangbai yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Dephub RI. (1996). PP RI No. 70 Tahun 1996 tentang kepelabuhan, Dephub RI. Jakarta:
Dephub RI.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat. (2014). Profil dan Kinerja Perhubungan Darat.
Bali: Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NO.
272/HK.105/DRJD/96. (1996). Pedoman Teknis Penyelenggaran Fasilitas
Parkir. Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NO. KM 52 TAHUN 2004. (2004).
PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN. Jakarta: Menteri
Perhubungan Republik Indonesia.
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NO. KM 53 TAHUN 2002. (2002).
TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL. Jakarta: Menteri Perhubungan
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Perhubungan No.58. (2003). Mekanisme dan Penetapan Formulasi
Perhitungan Tarif Angkutan Penyeberangan. Jakarta: Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia.
Kramadibrata, S. (1991). Perencanaan Pelabuhan. Bandung: ITB.
Makridakis, S., Wheelwright, S. C., & McGee, V. E. (1999). Metode dan Aplikasi
Peramalan (2nd ed., Vol. I). Jakarta: Erlangga.
Media Indonesia. (2011, Mei 27). Pelabuhan Tanah Ampo Karangasem Mangkrak.
Retrieved from mediaindonesia.com.
Morlok, E. K. (1991). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. In E. K. Morlok,
Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi (p. 269). Jakarta: Erlangga.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.
2681/AP.005/DRJD/2006. (2006). PENGOPERASIAN PELABUHAN
PENYEBERANGAN. Jakarta: DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
DARAT.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2013. (2013).
Standar Biaya Tahun 2014 di Lingkungan Kementrian Perhubungan. Jakarta:
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Triatmodjo, D. I. (2010). Perencanaan Pelabuhan. Jakarta: Beta Offset.
Wiwoho Sujono, S. (1983). Sarana-sarana penunjang angkatan laut. Jakarta: Bina
Aksara.