TAHUN 2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN .................................................................... 1
1.2.1 Maksud .................................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.2.3 Sasaran ................................................................................................. 2
1.2.4 Visi dan Misi Pengelolaan sumber daya air di WS P. Lombok 3
1.3 ISU-ISU STRATEGIS .......................................................................................... .. 3
1.3.1 Isu Strategis Nasional ......................................................................... ... 3
1.3.2 Isu Strategis Lokal ................................................................................ . 5
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Gambar 2.1 Peta wilayah administrasi Wilayah Sungai Pulau Lombok ................. 16
Gambar 2.2 Peta Morfologi Pulau Lombok ............................................................ 17
Gambar 2.3 Kondisi Geologi Pulau Lombok ........................................................... 18
Gambar 2.4 Kondisi Hidrogeologi Pulau Lombok ................................................... 19
Gambar 2.5 Sebaran Mata Air di WS Pulau Lombok ............................................. 20
Gambar 2.6 Cekungan Air Tanah di WS Pulau Lombok ........................................ 21
Gambar 2.7 Sebaran Sarana dan Prasarana SDA di WS Pulau Lombok ............... 22
Gambar 2.8 Distribusi penggunaan air ................................................................... 23
Gambar 2.9 Peta Tataguna Lahan di Pulau Lombok .............................................. 25
Gambar 2.10 Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Pulau Lombok .......... 26
Gambar 2.11 Perubahan luas hutan di WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota Tahun
2000 2007 ....................................................................................... 27
Gambar 2.12 Peta Lahan Kritis di Pulau Lombok ..................................................... 28
Gambar 2.13 Distribusi pengunaan air...................................................................... 31
Gambar 2.14 Das di WS Pulau Lombok ................................................................... 32
Gambar 2.15 Sebaran Das Utilitas ........................................................................... 32
Gambar 2.16 Neraca Air WS Pulau Lombok ............................................................ 33
Gambar 3.1 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan
Ekonomi Rendah................................................................................. 37
Gambar 3.2 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan
Ekonomi Sedang ................................................................................. 38
Gambar 3.3 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan
Ekonomi Tinggi ................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Pulau Lombok adalah untuk merumuskan pola pengelolaan wilayah sungai
termasuk menyusun dokumentasi SDA WS (air permukaan dan air tanah),
menganalisis perimbangan ketersediaan dan kebutuhan air baik untuk saat
ini maupun di masa mendatang (20 tahun), dan mengidentifikasi rencana
program-program strategis yang dapat menjadi kerangka dasar untuk
pengelolaan SDA WS, dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia
usaha. Pola pengelolaan sumber daya air untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
1.2.3 Sasaran
Sasaran dari penyusunan Pola Pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai
Pulau Lombok adalah untuk:
a. Memberikan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi kegiaan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air.
b. Memberikan arahan yang berkaitan dengan konservasi dan
pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air pada
pengembangan kawasan-kawasan agar tidak menimbulkan dampak
negatif seperti timbulnya/meningkatnya daya rusak air.
c. Memberikan arahan yang berkaitan dengan sumber daya air terhadap
pengembangan kawasan pembangunan antara lain kawasan budidaya,
sistem pusat-pusat pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah
dan kawasan yang perlu diprioritaskan.
d. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna tanah, tata
guna air, tata guna sumber daya alam serta kebijakan penataan ruang
wilayah yang direncanakan secara bersinergi
e. Menjamin kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang, yang
terkait dengan ketersediaan sumber daya air.
2
4. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dan
pemerintah di Wilayah Sungai Pulau Lombok
5. Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi
dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Pulau
Lombok.
3
c. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai
pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya
100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh
Cakupan Layanan
No. Kabupaten/Kota Existing Target
2009 2015
1. Kab. Lombok Barat + Kota Mataram 22,40 % 27,50 %
2. Kab. Lombok Tengah 19,25 % 21,66 %
3. Kab. Lombok Timur 18,07 % 42,58 %
Sumber: Ditjen Cipta Karya, Dep. PU
Oleh karena itu target penyediaan air minum tersebut perlu didukung
oleh pembangunan infrastruktur penyedian air baku seperti embung dan
waduk yang akan dibangun di wilayah sungai tersebut.
2. Ketahanan Pangan
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu dari lima
provinsi yang menjadi lumbung beras nasional, hal ini karena produksi
beras NTB cukup melimpah. Sebelum tahun 1980-an, NTB dikenal
sebagai daerah rawan pangan sehingga sering mendapat bantuan
pangan dari daerah lain. Namun, setelah mengubah sistem bercocok
taman dengan sistem gogo rancah (GoRa), mulai 1985 NTB mampu
berswasembada pangan sampai sekarang.
4
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor andalan utama, karena
potensinya yang menjanjikan. NTB merupakan salah satu daerah rujukan
bagi pengembangan ternak besar secara nasional, khususnya pada
komoditi sapi dan kerbau, baik untuk ternak bibit maupun ternak potong.
Kualitas sapi NTB mempunyai kekhasan dan keunggulan yang dapat
dikembangkan dan merupakan asset yang tidak boleh ditinggalkan.
Untuk itu, bertepatan dengan peringatan HUT Emas Prov. NTB, telah
dicanangkan program "NTB Bumi Sejuta Sapi".
5
c. Kebutuhan Air Baku Perkembangan perkotaan dan daerah-daerah di
WS Pulau Lombok memang cukup pesat terutama di Mataram,
Selong, Praya, Gerung, dan Tanjung. Kebutuhan air baku ke depan
juga diperlukan untuk sektor-sektor strategis seperti Bandara
Internasional Lombok (BIL), daerah Pariwisata Kuta dan Sekotong.
Hal ini tidak mungkin tidak akan menimbulkan permasalahan
kebutuhan air baku untuk minum. Kondisi yang sekarang ada pun,
sudah mulai menggambarkan betapa krisisnya kebutuhan air baku di
WS Pulau Lombok.
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Transportasi
Pembangunan Bandara Udara Lombok Baru. Mengingat bandara
merupakan fasilitas umum yang memerlukan air dalam jumlah yang tidak
sedikit, maka kebutuhan air untuk menyuplai kebutuhan bandara perlu
dilakukan
5. Pariwisata
Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu dari lima daerah unggulan
pariwisata di Indonesia (Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur), terus berusaha
untuk mengembangkan potensi pariwisata dengan membuat program
unggulan dengan menyiapkan destinasi baru obyek wisata yang
merupakan objek andalan seperti wisata : alam, bahari, budaya, MICE
(meeting, incentive, conference, exhibition), belanja, ziarah, religi, dan
geowisata. Pemerintah Provinsi NTB menetapkan 15 kawasan pariwisata
yaitu sembilan di Pulau Lombok dan enam di Pulau Sumbawa.
6
NTB dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Bukan hanya Pemerintah
Provinsi (Pemprov) NTB yang banyak berharap dari sektor jasa ini untuk
menggerakkan roda pembangunan, tetapi juga sebagian besar
masyarakatnya bertumpu di sektor tersebut
7
BAB II
KONDISI WILAYAH WILAYAH SUNGAI
8
4. Keputusan Presiden, Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden
a. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1969 tentang
Pelaksanaan Pengelolaan Pengairan
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32/1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai
dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 83 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang
Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12 Tahun 2008
Tentang Dewan Sumber Daya Air
9
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pengaturan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga
Pengelola Irigasi Propinsi dan Kabupaten/Kota
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan
Daerah Air Minum
v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03/MENLH/11/1991 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan yang Sudah Beroperasi
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Pada Sumber Air
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003
tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air
v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi
a. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 523 K/ 201/ MPE/
1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Penyajian Informasi
Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan untuk Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C
b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451
K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Perencanaan
Pendayagunaan Air Bawah Tanah.
v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Kesehatan
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73/MEN.KES/VIII/'77 tentang
Pengawasan Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai Kegunaan
yang Berhubungan dengan Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/MEN.KES/PER/VI/1982 tentang
Kualitas Air Tanah yang Berhubungan dengan Kesehatan
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 16/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
6. Peraturan Daerah Provinsi NTB
a. Perda Provinsi NTB No. 8 Tahun 1994 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai
b. Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2000 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Provinsi NTB
c. Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
d. Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Pertambangan.
e. Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat
10
f. Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB
g. Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2007 tentang Perlindungan Hutan,
Flora dan Fauna di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
h. Perda Provinsi NTB No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan PulauPulau Kecil
11
2.2. KEBIJAKAN YANG BERLAKU DALAM PENGELOLAAN SDA
2.2.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
Tabel 2.1 Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Aspek Pengelolaan
No. Peraturan Daerah
Sumber Daya Air
1. Konservasi Sumber Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2004 tentang Pedoman
Daya Air Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat
Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW
Provinsi NTB
(Pasal : kawasan perlindungan setempat)
Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2007 tentang
Perlindungan Hutan, Flora dan Fauna di Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Pertambangan
Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 122 Tahun
2005 tentang Lahan Kritis di Provinsi NTB
Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 393 Tahun
2006 tentang Penetapan Kondisi Sub Satuan Wilayah
Sungai (SSWS) / Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi NTB
Perda Kota Mataram No. 5 Tahun 2004 Tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
Perda Kota Mataram No. 10 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah
Perda Kabupaten Lombok Barat No. 10 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
Perda Kabupaten Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Perda Kabupaten Lombok Timur No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Berbasis Masyarakat (PSDHBM)
Perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2009
tentang Larangan Pengambilan Karang Laut di Wilayah
Kabupaten Lombok Timur
2. Pendayagunaan Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak
Sumber Daya Air Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Perda Kabupaten Lombok Barat No. 3 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Air Bawah Tanah
12
Aspek Pengelolaan
No. Peraturan Daerah
Sumber Daya Air
Perda Kabupaten Lombok Timur No. 5 Tahun 2007
tentang Irigasi
Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
3. Pengendalian Daya Perda Provinsi NTB No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Rusak Air Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil
Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW
Provinsi NTB
(Pasal : daerah rawan bencana)
Perda Provinsi NTB No. 8 Tahun 1994 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Pertambangan
Perda Kota Mataram No. 15 Tahun 2003 Tentang
Sempadan Sungai
4. Sistem Informasi Belum ada Perda yang spesifik mengatur hal ini
Sumber Daya Air
5. Peran Serta Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2000 tentang
Masyarakat, Swasta Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan
dan Pemerintah Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi
NTB
Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 14A Tahun
2006 tentang Satuan Tugas Pengelolaan Sumber Daya Air
(SATGAS-PSDA) Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
Sebagai Suatu Embrio Pembentukan Balai PSDA.
Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 37 Tahun
2001 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Permukiman
dan Prasarana Wilayah Provinsi NTB
13
c) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
d) kawasan rawan bencana (G. berapi, banjir, tsunami, angin topan,
gelombang pasang, kekeringan, longsor, gempa bumi, dan abrasi
pantai)
2. Pemantapan kawasan budidaya
a) kawasan hutan produksi
b) kawasan pertanian (pertanian basah dan kering, perkebunan,
peternakan)
c) Kegiatan pertambangan diarahkan pada pertambangan bahan galian
gol. C
d) Pengembangan energi listrik
e) Kawasan industri (agroindustri dan indstri kecil
f) Kawasan pariwisata ( Senggigi, Suranadi, Gili Gede, Benang Stokel,
Dusun Sade, Selong Belanak, Kuta dan Rinjani
g) Kawasan perdagangan dan jasa
3. Pengembangan Infrastruktur Wilayah
a) Pengembangan infrastruktur transportasi darat, laut dan udara
i. Pengembangan transportasi darat; diarahkan pada :
- pengembangan jaringan jalan dengan mengembangkan jalan
arteri, kolektor dan jalan tol; pengembangan jalan tol diarahkan
untuk menghubungkan kawasan Bandar Udara Internasional di
Penujak Lombok Tengah dengan ibukota Provinsi dan pusat-
pusat pertumbuhan strategis lainnya
- pengembangan simpul transportasi dengan meningkatkan
kelas terminal tipe B, tipe C,dan pembangunan Terminal
Barang dan Terminal Terpadu
ii. Pengembangan transportasi laut diarahkan untuk :
- pengembangan pelabuhan laut, untuk pelabuhan ekspor di
Lembar, Telong-elong, dan pelabuhan pelayaran antar Pulau
di Lembar, Labuhan Lombok, Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) di Teluk Awang, Telong-elong.
- pengembangan jaringan transportasi laut diarahkan untuk
pelayaran regional, nasional dan internasional.
iii. Pengembangan transportasi udara, diarahkan pada:
- Relokasi Bandar Udara Selaparang ke Penujak Lombok
Tengah, untuk penerbangan regional; penerbangan nasional
dan internasional (Bandar Udara Internasional di Penujak
Lombok Tengah melayani penerbangan internal, regional,
nasional dan internasional)
b) Pengembangan ketenagalistrikan
Pengembangan ketenagalistrikan yang memanfaatkan sumber daya
air, meliputi :
- Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) diarahkan
di Bayan, Sajang Sembalun dan Pantai Endok Lombok Barat.
- Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
diarahkan di Narmada, Lingsar, Gunung Sari, Tanjung,
Kayangan, Bayan, Gangga, Pringgarata, Batukliang Utara, Praya
Barat, Aikmel, Sembalun, Sambelia, Pringgasela, Sikur,
Masbbagik, Wanasaba, Tanjung Luar
14
- Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL) diarahkan di Kute Mawi Selong Blanak, Sambelia,
Pemongkong
c) Pengembangan infrastruktur telekomunikasi, meliputi kantor pos,
jaringan telepon dan frekuensi radio
d) Pengembangan pengelolaan air bersih diarahkan pada peningkatan
cakupan layanan, peningkatan kualitas air dan efisiensi pemanfaatan
air bersih dengan memperhatikan konservasi sumber air (mt. air,
danau dan sungai) dan penganekaragaman sumber air baku.
Konservasi sumber-sumber air diutamakan pada lokasi mata air,
danau dan sungai beserta ekosistemnya.
e) Pengelolaan sumberdaya air dilakukan dengan pendekatan Wilayah
Sungai (WS Pulau Lombok) untuk pengelolaan air permukaan dan
Cekungan Air Tanah (CAT Tanjung-Sambelia dan CAT Mataram
Selong) untuk pengelolaan air tanah.
15
2.3. INVENTARISASI DATA
Kota
Mataram
16
2.3.1.3 Kondisi Topografi Dan Morfologi
Kondisi topografi Wilayah Sungai Pulau Lombok didominasi oleh jalur
pegunungan dan perbukitan hasil kegiatan gunung api Gunung Rinjani lebih
dari 75% luas daratan Pulau Lombok. Puncak Gunung Rinjani yang
berbentuk sebuah kaldera berupa danau kawah (Segara Anak) dikelilingi oleh
puncak Gunung Sengkareang (2.914 m), Gunung Baru (2.895 m) dan
Gunung Nangi (2.110 m). Bagian puncak Gunung Rinjani ini medannya
membentuk lereng tajam (15- 40) dan secara berangsur-angsur
kemiringannya berkurang baik ke arah selatan maupun ke arah utara hingga
mencapai garis pantai. Berdasarkan bentuk morfologi dan kemiringan lereng,
bentang alam Pulau Lombok dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi
yaitu dataran, perbukitan dan gunungapi seperti terlihat pada Gambar 2.2.
17
Gambar 2.3 Kondisi Geologi Pulau Lombok
(Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2005)
18
2.3.2.2 Kondisi Hidrogeologi
Kondisi hidrogeologi memberikan gambaran tentang komposisi litologi dan
kelulusannya. Sifat-sifat akuifer dipengaruhi oleh jenis litologi, ketebalan,
penyebaran dan posisinya. Secara umum kondisi litologi di Pulau Lombok
sebagian besar terdiri dari :
a. Breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah.
b. Batu gamping koral berlapis baik dengan kelulusan sedang.
c. Breksi, lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai
sedang;
d. Tufa berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan kelulusan sedang
sampai tinggi;
e. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung
api lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan
rendah sampai sedang
f. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung
api lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan
rendah sampai sedang;
g. Pada sebagian daerah pantai mempunyai komposisi litologi berupa
aluvium endapan pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung,
gambut, pecahan koral dengan kelulusan sedang sampai tinggi.
Gambaran tentang kondisi hidrogeologi di Pulau Lombok dapat dilihat pada
Gambar 2.4 berikut ini.
19
2.3.2.3 Mata Air
Mata air di Pulau Lombok mempunyai penyebaran yang tidak merata yaitu
sebanyak 107 buah (67 di SWS Dodokan, 32 di SWS Menanga dan 8 di SWS
Putih), dimana sebagian besar terdapat di daerah Narmada, Batukliang
Utara, Aikmel, Montong Gading, Lingsar dan Pringgasela. Keadaan mata air
tersebut sangat bervariasi, karena keanekaragaman kondisi hidrogeologinya.
Debit mata air berkisar antara 4,1 lt/det-1233 lt/det. Sebagian kecil tidak
mengalir jika musim kemarau. Mata air ini di manfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, air minum, irigasi maupun PDAM. Data mata air di
Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan Tabel 2.4.
20
Tabel 2.5 Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok
Cekungan Air Tanah Luas Air Tanah Bebas Air Tanah Tertekan
No 2 3 3
(CAT) (km ) (juta m /tahun) (juta m /tahun)
1 Mataram -Selong 2366 662 8
2 Tanjung - Sambelia 1124 224 22
Total 3490 886 30
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2005
CAT Mataram
Selong
SSWS
JELAT
ENG
21
INFRASTRUKTUR UNIT P. LOMBOK
Irigasi (a) = 1000 3000 ha Ha 36.968
(32.849; 21 DI)
Irigasi (a) > 3.000 ha Ha 28.246
(26.176; 5 DI)
Sawah non pu Ha 9.347
Sawah tadah hujan Ha 14.781
Jar. Irigasi lahan kering Ha 2.061
Pompa air tanah (jiat) Bh / Ha 235 (3.515)
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB, 2007
22
Peternakan,
0,16%
Perikanan,
6,61%
Domestik,
15,51%
Irigasi,
77,50%
Industri,
0,21%
2.3.4.1 Demografi
Jumlah penduduk di WS Pulau Lombok pada tahun 2007 adalah 3.015.245
jiwa (70,83% dari jumlah penduduk Provinsi NTB), dengan kepadatan rata-
rata 636 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,98 %
pertahun, seperti terlihat pada Tabel 2.7. Dalam perkembangannya, jumlah
penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil analisa
tersebut, diketahui persentasi perkembangan jumlah penduduk di WS Pulau
Lombok mencapai 1,98%.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk di WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kepadatan Prosentase
Kabupaten/Kota
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (jiwa/km2) (%)
Kota Mataram 176.892 176.291 353.183 5.762 12
Lombok Barat 379.716 403.227 782.943 420 26
Lombok Tengah 378.615 447.157 825.772 683 27
Lombok Timur 480.791 572.556 1.053.347 656 35
Jumlah 1.416.014 1.599.231 3.015.245 636 100
Sumber : BPS Provinsi NTB, 2007
23
2.3.4.3 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Berdasarkan data statistik tentang PDRB, sektor pertanian memberikan
kontribusi yang dominan. Pada tahun 2006 sektor ini memberikan kontribusi
sebesar Rp. 3.260.122.000,00 (29,57%) disusul oleh sektor perdagangan,
sebesar Rp. 1.974.654.000,00 (17,91%), sektor jasa memberikan kontribusi
sebesar Rp. 1.604.986.000,00 (14,56%) dan sektor angkutan memberikan
kontribusi sebesar Rp. 1.430.266.000,00 (12,97%). Laju pertumbuhan PDRB
masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok atas dasar harga
berlaku (ADHB) dalam kurun waktu 2003 hingga 2007 terus mengalami
peningkatan sebesar 17,77%.
24
0
25
2.3.5.2 Kondisi Hutan
Lahan hutan dibagi menjadi empat katagori yakni hutan lindung, suaka alam
dan hutan wisata, hutan produksi terbatas dan hutan hutan produksi tetap,
seperti terlihat pada Tabel 2.9 Luas lahan hutan di Pulau Lombok adalah
159.167,28 Ha. Luas lahan hutan terluas terdapat didaerah Kabupaten
Lombok Barat (75.195,47 Ha), Kabupaten Lombok Timur (64.508,67 Ha) dan
Kabupaten Lombok Tengah (19.463,14 Ha). Seperti disajikan pada peta Tata
Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada Gambar 2.10, penyebaran hutan
lindung dan hutan suaka bagi kehidupan binatang liar terdapat di daerah
bagian puncak Gunung Rinjani. Untuk hutan produksi lokasi penyebarannya
terdapat terutama di jalur pengunungan selatan (bagian selatan Pulau
Lombok).
Gambar 2.10 Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Pulau Lombok
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi NTB, 2007
26
2.3.6. Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan
140.000
120.000 Hutan
Lebat
100.000
Hutan
80.000 y = -38,66x2 + 15436x - 2E+08 Sejenis
60.000 R = 0,932 Hutan
Belukar
40.000
20.000
0
1998 2000 2002 2004 2006 2008
Tahun
B. Lahan Kritis
Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Nusat Tenggara Barat nomor 393
tahun 2006, luas lahan dengan tingkat kekritisan sangat kritis dan kritis yang
berada dalam kawasan adalah 11.454, 45 Ha atau 2,42 % luas Pulau
Lombok atau 8,23% dari luas hutan saat ini.
Total lahan sangat kritis dan kritis di Pulau Lombok sebesar 48.933,39 Ha
atau 10,33% yang tersebar dalam kawasan, luar kawasan maupun kawasan
budidaya pertanian. Gambaran tentang lahan kritis di Pulau Lombok disajikan
pada Tabel 2.10 berikut ini dan Gambar 2.12.
27
Tabel 2.10 Lahan Kritis Berdasarkan DAS Per-Kabupaten
Luas Luas Lahan (ha)
Kab./Kota
(km2) Sangat kritis Kritis Agak Kritis Potensian Kritis
Mataram 61,33 - - 1998,99 4131,03
Lobar 1661,09 5.339,20 17.418,94 43.616,59 83.457,07
Loteng 1208,39 989,00 9.098,50 18.380,97 36.437,43
Lotom 1605,55 5.160,90 10.926,53 27.202,77 77.792,17
P. Lombok 4536,36 11.489,10 37.443,97 91.199,32 201.817,70
Prosentase (%)
Mataram 61,33 - - 32,6 67,4
Lobar 1661,09 3,2 10,5 26,3 50,2
Loteng 1208,39 0,8 7,5 15,2 30,2
Lotom 1605,55 3,2 6,8 16,9 48,5
P. Lombok 4536,36 2,5 8,3 20,1 44,5
28
2.3.6.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
A. Kependudukan
Jumlah penduduk di WS Pulau Lombok pada tahun 2007 adalah 3.015.245
jiwa (70,83% dari jumlah penduduk Provinsi NTB), dengan kepadatan rata-
rata 636 jiwa/km2. Secara umum jumlah penduduk terbesar berada di
Kabupaten Lombok Timur, namun dari segi kepadatan penduduk terhadap
luas wilayah, maka Kota Mataram memiliki kepadatan tertinggi. Dalam
perkembangannya, jumlah penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota di
WS Pulau Lombok mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan
pertumbuhan mencapai 1,98% per tahun
Proyeksi jumlah penduduk pada masing-masing kabupaten/kota di Wilayah
Sungai Pulau Lombok dapat dilihat pada Tabel 2.11.
B. Penggunaan Air
29
Tabel 2.12 Proyeksi Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan Air di WS P. Lombok
Ekonomi 2015 15,20 24,48 46,89 75,52 62,09 100% sukses 80% sukses
2
Sedang
2020 16,26 25,14 48,42 74,86 64,68 100% sukses 80% sukses
2025 17,48 25,35 51,47 74,65 68,95 100% sukses 83% sukses
2030 18,97 25,54 55,30 74,46 74,27 100% sukses 83% sukses
2008 14,09 24,60 43,18 75,40 57,27 100% sukses 78% sukses
2010 14,37 24,41 44,49 75,59 58,85 100% sukses 78% sukses
Ekonomi 2015 15,20 25,00 45,60 75,00 60,80 100% sukses 79% sukses
3
Rendah
2020 16,26 26,11 46,02 73,89 62,28 100% sukses 79% sukses
2025 17,48 26,19 49,27 73,81 66,75 100% sukses 80% sukses
2030 18,97 25,99 54,01 74,01 72,98 100% sukses 80% sukses
30
Kebutuhan Air WS Pulau Lombok
(Ekonomi Tinggi)
70
60
20
10
0
2008 2010 2015 2020 2025 2030
Tahun
(a)
50
Kebutuhan Air (juta m3)
40
Kebutuhan Air RKI
30 Kebutuhan Air Irigasi
20
10
0
2008 2010 2015 2020 2025 2030
Tahun
(b)
50
Kebutuhan Air (juta m3)
40
Kebutuhan Air RKI
30 Kebutuhan Air Irigasi
20
10
0
2008 2010 2015 2020 2025 2030
Tahun
(c)
31
C. Daerah Aliran Sungai
Di WS. Pulau Lombok terdapat 115 (seratus lima belas) DAS dengan kondisi
sebagai berikut :
- terdapat 87 DAS surplus, 2 DAS kritis dan 26 DAS defisit (DAS surplus
merupakan DAS-DAS kecil)
- terdapat 42 DAS utilitas 27 diantaranya merupakan utilitas tinggi
Gambaran DAS-DAS di WS Pulau Lombok, sebaran DAS utilitas dan
pembagiannya berdasarkan Kabupaten/Kota dan DAS lintas Kabupaten/Kota
disajikan pada tabel dan gambar sebagai berikut :
SUB WS PUTIH
SUB WS MENANGA
Lombok Barat
SUB WS DODOKAN
Lombok Tengah
SUB WS JELATENG
Das Utilitas
Gambar 2.14 DAS di WS Pulau Lombok Gambar 2.15 Sebaran DAS Utilitas
32
D. Neraca Air
Secara makro neraca air di WS Pulau Lombok masih dalam kondisi surplus
pada bulan Januari s/d pertengahan April dan pada bulan September s/d
Desember, sedangkan pada pertengahan April s/d Agustus pertengahan
dalam kondisi defisit. Gambar neraca air secara makro dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
200
Debit Air (m3/dt)
150
100
50
0
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
Ketersediaan Kebutuhan Bulan
33
Adapun kondisi kualitas air permukaan dan air tanah secara umum di WS
Pulau Lombok disajikan dalam tabel sebagai berikut :
34
Pengembangan sistem irigasi dari tadah hujan menjadi teknis serta
pengembangan dan penerapan teknologi pertanian.
Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah secara terpadu dalam
pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya
pencegahan terhadap kerusakan air tanah.
35
BAB III
ANALISIS DATA WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK
Secara Umum asumsi dan kriteria dan standar yang digunakan dalam analisis data
antara lain yang termuat didalam:
Pedoman Perencanaan Wilayah Sungai, Ditjen Sumber Daya Air, 2004
Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
Kriteria penetapan lahan kritis, oleh BRLKT dan DPKT
Paket Program DSS Ribasim, Delft Hydraulic, Netherland
Kriteria Kelas Mutu Air sesuai dengan PP No.82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan
Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Daerah terkait
Kewenangan pngelolaan daerah irigasi sesuai dengan PP no 20/2006;
Metode, analisis dan perhitungan sesuai dengan SNI
Adapun dalam perhitungan neraca air, asumsi-asumsi yang digunakan antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Irigasi : untuk intensitas tanam (bendung/embung = 190%; bendungan = 220%),
dimana pemenuhan keb. air mengikuti skenario pengembangan sarana
prasarana sumber daya air
2. Perikanan : pertumbuhan adalah 2,5 % dengan kebutuhan air sebesar 3 lt/dt/ha.
3. Peternakan : pertumbuhannya sebesar 0,15% pertahun
4. Domestik : pertumbuhannya sebesar 1,98% dengan kebutuhan air diasumsikan
sebesar 100 lt/org/hari.
5. Industri : pertumbuhannya sebesar 1,2 %
Pemanfaatan air di WS Pulau Lombok untuk kondisi pada saat ini (kurun waktu 2008
-2010), sebagian besar adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 45,21
m3/detik atau setara dengan 76,82 % dari seluruh kebutuhan air. Air baku untuk
rumah-tangga, domestik dan industri hanya memerlukan 9,55 m3/detik (16,22%),
sedangkan sisanya digunakan untuk perikanan dan peternakan sebesar 4,1 m3/detik
atau setara dengan 6,97%. Sedangkan potensi sumber daya air yang belum
termanfaatkan (mengalir ke laut) adalah sebesar 31,15 m3/detik.
Hasil perhitungan untuk proyeksi pemanfaatan air hingga tahun 2030 untuk masing-
masing skenario dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2 dan 3.3. serta Gambar 3.1, 3.2 dan
3.3. Dengan melihat hasil perhitungan dan analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa sampai dengan tahun 2030 diperlukan berbagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan air yang semakin meningkat dan mencegah terjadinya kekurangan/defisit
air, upaya-upaya peningkatan pasokan debit tersebut melalui upaya-upaya antara
lain dengan pembangunan Saluran Interkoneksi Belimbing-Kermit, pembangunan
Saluran Interkoneksi Meninting-Jangkok serta pembangunan sarana penampung air
seperti embung ataupun waduk dibeberapa lokasi yang memungkinkan.
Wd.Jatigede
+Cipanas 6,0
m3/dt
Sumber mata air existing 2,7\
1,46 m3/dt
36
Dari Wdkk,t,
Gambar 3.1 Grafik Neraca Air Pola Pengelolaan SDA WS Pulau Lombok
untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Rendah
37
Tabel 3.2 Proyeksi Pemanfaatan Air di WS Pulau Lombok untuk Skenario
Pertumbuhan Ekonomi Sedang
Gambar 3.2 Grafik Neraca Air Pola Pengelolaan SDA WS Pulau Lombok
untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang
38
Tabel 3.3 Proyeksi Pemanfaatan Air di WS Pulau Lombok untuk Skenario
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Gambar 3.3 Grafik Neraca Air Pola Pengelolaan SDA WS Pulau Lombok
untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
39
3.3 SKENARIO EKONOMI, POLITIK DAN PERUBAHAN IKLIM DALAM
PENGELOLAAN SDA DI WS PULAU LOMBOK
Skenario kondisi wilayah sungai merupakan asumsi tentang kondisi pada masa yang
akan datang yang mungkin terjadi misalnya kondisi perekonomian, perubahan iklim,
atau perubahan politik. Dalam penyusunan skenario pada Wilayah Sungai Pulau
Lombok ini didasarkan pada kondisi perekonomian, sedangkan untuk kondisi
perubahan iklim dan politik diasumsikan tidak banyak mengalami perubahan.
Dalam pengelolaan Sumber Daya Air WS Pulau Lombok akan digunakan beberapa
skenario, yaitu skenario pertumbuhan ekonomi tinggi, pertumbuhan ekonomi sedang
dan pertumbuhan ekonomi rendah. Batasan-batasan untuk pengelompokan
skenario-skenario yang akan dikembangkan adalah:
3.3.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Skenario I: Pertumbuhan ekonomi rendah, mengasumsikan pertumbuhan
ekonomi jauh dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional ( < 3%)
Skenario II: Pertumbuhan ekonomi sedang, yaitu lebih kecil atau sama
dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional (3 <5%)
Skenario III: Pertumbuhan ekonomi tinggi, yaitu lebih besar atau sama
dengan target pertumbuhan ekonomi nasional ( 5 - 7% )
Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata dari tahun 2000 s/d 2007 di pulau
Lombok dalah sebesar 4,7%, sehingga berdasarkan laju pertumbuhan
ekonomi masuk dalam skenario ekonomi sedang.
3.3.2 Kemampuan Keuangan Daerah
Skenario I: Pertumbuhan ekonomi rendah, yaitu apabila kemampuan untuk
belanja pembangunan < belanja publik
Skenario II: Pertumbuhan ekonomi sedang, yaitu apabila kemampuan
untuk belanja pembangunan = belanja publik
Skenario III: Pertumbuhan ekonomi tinggi, yaitu apabila kemampuan untuk
belanja pembangunan > belanja publik
Kemampuan belanja publik rata-rata Rp 618.025,00 sedangkan jumlah
penduduk saat ini 3.046.497 jiwa, sehingga kemampuan belanja publik
Rp.1.882.811.013.000,00, sedangkan kemampuan untuk belanja
pembangunan Rp.150.000.000.000,00.
3.3.3 Kependudukan
Skenario I: Pertumbuhan ekonomi rendah apabila pertumbuhan penduduk
tinggi (diatas 2% per tahun)
Skenario II: Pertumbuhan ekonomi sedang, apabila pertumbuhan
penduduk sedang (1-2%/tahun)
Skenario III: Pertumbuhan ekonomi tinggi, apabila pertumbuhan penduduk
rendah (dibawah 1% per tahun)
Berdasarkan data dari BPS tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk di Pulau
Lombok adalah sebesar 1,98%, angka ini lebih besar dari laju pertumbuhan
penduduk provinsi Nusa Tenggara Barat 1,49 %
3.3.4 Peranserta Masyarakat
Skenario I: Pertumbuhan ekonomi rendah, apabila masyarakat sama
sekali tidak mempunyai kepedulian untuk bersama-sama mengelola
Sumber Daya Air
Skenario II: Pertumbuhan ekonomi sedang, apabila masyarakat cukup
berperan aktif dalam pengelolaan Sumber Daya Air
40
Skenario III: Pertumbuhan ekonomi tinggi, apabila masyarakat berperan
secara aktif dalam pengelolaan SDA
Masyarakat Pulau Lombok cukup berperan aktif dalam pengelolaan sda, hal
ini dapat dilihat dari lembaga-lembaga di tingkat masyarakat seperti P3A dan
GP3A, lembaga swadaya masyarakat, dan adanya kelompok-kelompok
masyarakat pecinta lingkungan.
41
generasi sekarang maupun yang akan datang. Rencana pengelolaan SDA
pada strategi ini adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan sumur resapan sampai tingkat desa
b. Sosialisasi dan implementasi gerakan hemat air
c. Monitoring tinggi muka air
42
Dalam mendukung hal tersebut di atas diperlukan penyediaan air dan
pendayagunaan SDA. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
di masing-masing SUB WS yang termasuk dalam kawasan tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
C. Penggunaan SDA
Strategi pengelolaan SDA dalam aspek pendayagunaan SDA yang lain
adalah penggunaan SDA yang efektif dan efisien. Strategi ini bertujuan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyediaan serta penggunaan air SDA.
Rencana pengelolaan SDA dalam strategi ini adalah sebagai berikut:
a. Gerakan hemat air dan pemanfaatan teknologi hemat air
b. Pembuatan perda air permukaan dan air tanah
c. Sosialisasi dan Aplikasi dari perda air permukaan dan air tanah
D. Pengembangan SDA
Pada aspek pendayagunaan SDA ini juga dilaksanakan strategi
pengembangan SDA terarah yang dilakukan melalui tahapan perencanaan
dan pelaksanaan dengan mempertimbangkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup. Jika dalam pengembangan SDA sebagian masyarakat
yang terkena dampak kegiatan menyatakan keberatan, maka rencana
tersebut dapat ditinjau kembali.
Dalam strategi ini direncanakan pengelolaan SDA sebagai berikut:
a. Perbaikan, peningkatan, pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan
sarana prasarana
b. Pengembangan sistem irigasi dari tadah hujan menjadi teknis
c. Pembangunan embung, bendungan dan saluran interkoneksi
d. Penerapan dan pengembangan teknologi pertanian
43
E. Pengusahaan SDA
Pengusahaan SDA dilakukan dengan memperhatikan pemanfaatan air untuk
kebutuhan sehari-hari telah terpenuhi dan memperhatikan lingkungan dan
berkelanjutan SDA. Rencana pengelolaan SDA adalah :
a. Pembuatan perda pengusahaan air
b. Sosialisasi dan aplikasi dari perda tersebut
3.4.3 Pengendalian daya rusak air
Aspek ini dimaksudkan untuk mengurangi dan menanggulangi resiko
bencana banjir, banjir lahar dingin, kekeringan, tanah longsor, abrasi pantai
yang menimpa daerah produksi pertanian, industri, permukiman dan
prasarana fisik yang kesemuanya merupakan dampak dari daya rusak air.
Upaya-upaya yang dilaksanakan dalam rangka aspek ini meliputi aktivitas-
aktivitas pencegahan, pengendalian dan penanggulangan daya rusak air baik
yang bersifat struktural (fisik) maupun non struktural (non fisik).
Sejalan dengan kepentingan pemerintah, pemerintah daerah provinsi atau
Kabupaten atau Kota yaitu untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui upaya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka
upaya peningkatan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana dan
pemulihan fungsi sarana dan prasarana berkaitan dengan daya rusak air
perlu dilaksanakan strategi pengelolaan SDA sebagai berikut:
a. Pencegahan dan pengendalian bencana alam
b. Penanggulangan bencana alam
c. Pemulihan bencana alam
A. Pencegahan dan pengendalian bencana alam
Dalam rangka mengamankan daerah produksi pangan dan permukiman
dari bencana alam akibat sumber daya air maka diperlukan strategi
pencegahan dan pengendalian bencana alam. Strategi yang dilakukan
adalah pembangunan sarana dan prasarana pengendali pada daerah
rawan bencana serta penyediaan sistem peringatan dini
B. Penanggulangan bencana alam
Penanggulangan bencana alam adalah pelaksanaan tindakan
penanggulangan kerusakan bencana akibat daya rusak air. Rencana
pengelolaan SDA dalam kegiatan ini adalah :
a. Perbaikan dan pemeliharaan sungai dilakukan secara berkala
b. Pembuatan perda tentang galian C
c. Sosialisasi dan Aplikasi dari perda galian C
d. Penanggulangan dan pengendalian
e. Pembangunan sarana prasarana pengendali daerah rawan abrasi
f. Penertiban dan penegakan supermasi hukum
C. Pemulihan bencana alam
Kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat
daya rusak air. Rencana pengelolaan SDA dalam strategi pemulihan bencana
alam adalah: Rehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana".
Dalam rangka mengevaluasi kejadian bencana akibat daya rusak air agar
dapat mencegah bencana itu terulang kembali atau mengurangi dampak
akibat bencana pada masa yang akan datang, maka diperlukan strategi
evaluasi dampak banjir dan kekeringan. Adapun rencana pengelolaan SDA
yang akan dilaksanakan adalah :
a. Koordinasi antar sektor dilakukan secara berkesinambungan
b. Membentuk lembaga (struktural) yang menangani bencana di Kab./Kota
44
3.4.4 Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta dan
Pemerintah
Selain pemerintah, para pelaku di bidang SDA yang lain seperti swasta dan
masyarakat, harus lebih diberdayakan dan ditingkatkan perannya dalam
pembangunan SDA sehingga kerjasama yang lebih bersinergi yang dapat
meningkatkan efektivitas, efesiensi, produktivitas dan keadilan dalam
pembangunan SDA dapat tercapai.
Dalam rangka pengelolaan SDA diperlukan pemberdayaan dan peningkatan
peran masyarakat, swasta dan pemerintah, sehingga dapat meningkatkan
prakarsa dan peran masyarakat dalam pengelolaan SDA, meningkatkan
peran swasta dalam pengelolaan SDA tanpa mengorbankan kepentingan
publik serta menyiapkan kelembagaan pemerintah dalam rangka
desentralisasi, demokratisasi dan privatisasi untuk sinergi dan penyelesaian
konflik. Strategi pengelolaan SDA yang dilaksanakan pada aspek ini adalah
sebagai berikut:
a. Pembentukan unit kerja pengelolaan sistim informasi di tiap Kabupaten /
Kota dan Propinsi
b. Pelatihan Staf dalam pengelolaan Data dan informasi
c. Validasi dan pembaharuan informasi dan data dasar, infrastruktur dan
informasi lainnya di setiap unit kerja Kabupaten / Kota.
d. Kegiatan Monitoring & Evaluasi serta peningkatan pelayanan dan
penyediaan sistim Informasi SDA
45
BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA
WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK
46
m. Penetapan kawasan resapan air dan daerah tangkapan air
n. Pemberdayaan peran masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air
dan daerah tangkapan air melalui penyuluhan dan kegiatan lain dengan
capaian target 100%
o. Penanaman/pengembangan jenis tanaman penahan dan penangkap
air dipinggir sungai
p. Perda Pengelolaan Wilayah Sungai Terpadu
4.1.2 Pengawetan Air
a. Perda tentang sumur resapan
b. Adanya pelatihan teknis bagi masyarakat dalam pembuatan biopori dan
sumur resapan
c. Sosialisasi penyadaran tentang sumur resapan dan biopori bagi
masyarakat
d. Adanya teknologi pengolahan air hujan menjadi sumber air bersih
e. Menerapkan tarif penggunaan air yang bersifat progresif
f. Mencegah kehilangan atau kebocoran air pada sumber air, pipa atau
saluran transmisi, instalasi pengolahan air, jaringan distribusi
g. Sosialisasi penyadaran hemat air
h. Adanya perubahan teknologi tanam yang konvesional menjadi hemat
air (pola tanam padi SRI System of Rice Intensification)
i. Pengembangan teknologi irigasi mikro
j. Penetapan peraturan tentang penggunaan air tanah
k. Perizinan pemanfaatan air tanah
l. Pembatasan penggunaan air tanah
m. Penegakan Perda tentang peruntukan air
4.1.3 Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air.
a. Pembuatan Perda Baku Mutu Air
b. Sosialisasi sistem pengolahan limbah rumah tangga dan industri
c. Pemberian sangsi bagi pembuang limbah ke sungai
d. Sosialisasi penyadaran bagi masayakarat terhadap penurunan kualitas
air
e. Perda tentang sampah
f. Penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di
sungai atau saluran
g. Pemberdayan masyarakat dalam pengolahan limbah rumah tangga
dan industri
h. Pengembangan teknologi pengolahan limbah
i. Penegakan hukum bagi yang melanggar.
47
3. Melaksanakan pendayagunaan SDA untuk mendukung perkembangan
ekonomi dengan mempertimbangkan kepentingan antar sektor dan dampak
jangka panjang.
4.2.1 Penatagunaan Sumber Daya Air
a. Rehabilitasi jaringan penyedia air yang rusak
b. Pembangunan sarana dan prasarana penyedia air (embung,
bendungan)
c. Peningkatan dan pemeliharaan sarana & prasarana yang ada
d. Memantau dan mengevaluasi pengambilan air pada sumber air
e. Meningkatkan koordinasi stakeholder pemakai air
f. Pemberian sangsi bagi yang melakukan pencurian air
4.2.2 Penyediaan Sumber Daya Air
a. Membuat saluran interkoneksi dari DAS surplus ke DAS minus
b. Melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk secara rutin dan
berkala sesuai stndar.
c. Mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari (kebutuhan air baku) dan irigasi bagi pertanian rakyat pada
sistem irigasi yang sudah ada
4.2.3 Penggunaan Sumber Daya Air
a. Mensosialisasikan gerakan hemat air
b. Melakukan penghematan penggunaan air melalui rasionalisasi irigasi
dengan pemberian air sesuai dengan umur tanaman, seperti teknik
budidaya pertanian hemat air (padi SRI = System of Rice
Intensification)
c. Menyusun peraturan perundangan air tanah di tingkat operasional
d. Menyusun peraturan perundangan tentang penggunaan air yang saling
menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan
memprioritaskan penggunaan air permukaan
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan
sumber daya air
4.2.4 Pengembangan Sumber Daya Air
a. Pengembangan sistem irigasi dari tadah hujan menjadi teknis
b. Pembangunan embung, bendungan dan saluran interkoneksi
c. Penerapan dan pengembangan teknologi pertanian.
d. Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah secara terpadu
dalam pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan
upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah
4.2.5 Pengusahaan Sumber Daya Air
a. Menetapkan kriteria sumber daya air yang dapat dilakukan
pengusahaan.
b. Melakukan pengusahaan sumber daya air setelah terpenuhinya
keperluan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada.
c. Melakukan pengusahaan sumber daya air dari daerah surplus ke
daerah defisit melalui saluran interbasin
48
penyakit. Hal tersebut telah banyak menimbulkan kerugian baik yang terhitung
maupun yang tak terhitung.
Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek
Pengendalian Daya Rusak Air di WS Pulau Lombok di arahkan untuk :
a. Mengamankan daerah produksi pangan dan permukiman dari bencana
banjir.
b. Memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat daya rusak air.
c. Meningkatkan kesiapan dan kewapadaan masyarakat menghadapi
bencana banjir dan daya rusak lainnya.
4.3.1 Pencegahan Bencana Alam
a. Penetapan peta zona rawan bencana (banjir, kekeringan, tanah longsor
dan abrasi pantai)
b. Pembagunan sarana & prasarana pengendali banjir di 11 titik rawan
banjir
c. Sosialisasi kepada masyarakat sistem penyelamatan bagi yang tinggal
di daerah rawan bencana
d. Meningkatkan peralatan dini yang ada serta menambah pemasangan
peralatan peringatan dini pada daerah rawan bencana
e. Penanaman hutan pantai (mangrove, waru, pandan dll)
4.3.2 Penanggulangan Bencana Alam
a. Pembentukan institus terkait O & P sungai
b. Melaksanakan O & P sesuai pedoman O & P
c. Memperkuat institusi agar penggalian golongan C terkendali
d. Perundang-undangan tentang Golongan C
e. Melokalisir daerah penambangan pasir
f. nventarisasi, studi dan desain pada lokasi rawan bencana sebagai
bagian dari program struktural pengendalian & pencegahan bencana
pada 9 titik
g. Sosialisasi dan penyuluhan tentang sempadan sungai dan pantai
4.3.3 Pemulihan Bencana Alam.
a. Peraturan sistem pemulihan pasca bencana
b. Tindakan pemulihan daya rusak memprioritaskan pemulihan kembali
fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari
c. Mengintensifkan tupoksi dari lembaga (struktural) penanganan
bencana.
49
4.5 Peningkatan Keterbukaan dan Ketersediaan Data dan Informasi
50
51
TABEL 4.1 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Strategi Lembaga
No Aspek Konservasi Hasil Analisis Sasaran/Target Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Kebijakan Operasional
(2010-2015) (2015-2020) (2020-2030)
1. Perlindungan dan Penurunan luas hutan dan Penghutanan kembali dan Rehabilitasi hutan kritis Rehabilitasi hutan Rehabilitasi hutan Melakukan penghijauan di awal Dinas Kehutanan,
Pelestarian Sumber Air pengelolaan yang tidak pengelolaan hutan harus dengan capaian 25% kritis dengan capaian kritis dengan capaian musim hujan Perkebunan, BP
mengindahkan kaidah dengan kaidah konservasi Pembuatan Perda kritis 50% 100% Rehabilitasi hutan tahap III DAS, BWS, PU,
konservasi Rehabilitasi Hutan di seluas 36.973 ha tersebar di Pertanian, Pemda
Kabupaten/Kota/Provinsi Lombok Barat, Lombok Tengah
dan Lombok Timur
Kerjasama daerah
provinsi/kabuaten/kota dalam
rehabilitasi hutan
Pengembangan HKM (hutan
kemasyarakatan)
Penerapan Perda Pengelolaan
Jasa Lingkungan di seluruh WS
Perubahan luas tutupan lahan Mengurangi laju erosi dan Penyuluhan dan gerakan Penyuluhan dan Penyuluhan dan Melibatkan semua unsur Dinas Kehutanan,
sehingga terjadi peningkatan sedimentasi penghijauan ke semua gerakan penghijauan gerakan penghijauan masyarakat dalam konservasi Perkebunan, BP
erosi dan sedimentasi masyarakat dengan ke semua masyarakat ke semua masyarakat Memberikan penyuluhan DAS, BWS, PU,
tingkat pencapaian 25% dengan tingkat dengan tingkat kepada masyarakat dalam Pertanian, Pemda
Program Penghijauan pencapaian 50% pencapaian 100% usaha konservasi
dan reboisasi Program Penghijauan
dan reboisasi
Luasnya lahan kritis Pemanfaatkan lahan kritis Rehabilitasi lahan kritis Rehabilitasi lahan Rehabilitasi lahan Rehabilitas lahan seluas Dinas Kehutanan,
menjadi lahan produktif dengan capaian 25% kritis dengan capaian kritis dengan capaian 11.564 ha tersebar di Lombok Perkebunan, BP
diluar kawasan hutan kritis 50% 100% Barat, Lombok Tengah dan DAS, BWS, PU,
(budidaya) Lombok Timur Pertanian, Pemda
Rehabiltasi dan Koservasi Sosialisasi pemanfaatan lahan
hutan dengan tanaman produktif
kepada masyarakat
Pengembangan wanatani
Diversifikasi tanaman produktif
(tanaman umur panjang)
Pengembangan hutan rakyat
Penurunan debit mata air Peningkatan debit mata Perlindungan dan Perlindungan dan Perlindungan dan Penetapan kawasan resapan Dinas Kehutanan,
air pemeliharaan fungsi pemeliharaan fungsi pemeliharaan fungsi air dan daerah tangkapan air Perkebunan, BP
resapan air dan daerah resapan air dan resapan air dan Pemberdayaan peran DAS, BWS, PU,
tangkapan air dengan daerah tangkapan air daerah tangkapan air masyarakat dalam pelestarian Pertanian, Pemda,
pencaaian 30% dari dengan pencaaian dengan pencaaian fungsi resapan air dan daerah BLHP
seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS tangkapan air melalui
penyuluhan dan kegiatan lain
dengan capaian target 100%
Penanaman/pengembangan
jenis tanaman penahan dan
penangkap air dipinggir sungai
Penerapan Perda Pengelolaan
Wilayah Sungai Terpadu
2 Pengawetan air Air terbuang pada saat hujan Tersimpannya air yang Pembuatan sumur Pembuatan sumur Pembuatan sumur Penyusunan Perda tentang Bappeda, BWS,
berlebih berlebih saat hujan resapan sampai tingkat resapan sampai resapan sampai sumur resapan Dinas PU,
Pembuatan sumur desa dengan pencaaian tingkat desa dengan tingkat desa dengan Adanya pelatihan teknis bagi Pertanian, Pemda
resapan dan biopori 30% dari seluruh WS pencaaian 60% dari pencaaian 100% dari masyarakat dalam pembuatan
seluruh WS seluruh WS biopori dan sumur resapan
Sosialisasi penyadaran tentang
sumur resapan dan biopori
bagi masyarakat
Adanya teknologi pengolahan
air hujan menjadi sumber air
bersih
Pemakaian air yang boros Penghematan air Sosialisasi dan Sosialisasi dan Sosialisasi dan Menerapkan tarif penggunaan BWS, Dinas PU,
implementasi gerakan implementasi gerakan implementasi gerakan air yang bersifat progresif Pertanian, Pemda
hemat air dengan hemat air dengan hemat air dengan Mencegah kehilangan atau
pencapaian 25% dari pencapaian 50% dari pencapaian 100% kebocoran air pada sumber air,
seluruh masyarakat di seluruh masyarakat di dari seluruh pipa atau saluran transmisi,
WS WS masyarakat di WS instalasi pengolahan air,
jaringan distribusi
Sosialisasi penyadaran hemat
air
Rasionalisasi irigasi dari sistem
tanam konvesional menjadi
hemat air (pola tanam padi
SRI)
Strategi Lembaga
No Aspek Konservasi Hasil Analisis Sasaran/Target Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Kebijakan Operasional
(2010-2015) (2015-2020) (2020-2030)
Pengembangan teknologi
irigasi mikro
Tidak terkendalinya Terkendalinya Monitoring tinggi muka Monitoring tinggi Monitoring tinggi muka Penerapan peraturan tentang Dinas
pemanfaatan air tanah pemanfaatan air tanah airdengan pencaaian muka air dengan air dengan pencaaian penggunaan air tanah Pertambangan,
30% dari seluruh WS pencaaian 60% dari 100% dari seluruh WS Perizinan pemanfaatan air tanah BWS, Dinas PU,
seluruh WS Pembatasan penggunaan air Pertanian, Pemda
tanah dengan tetap
mengutamakan penggunaan air
tanah untuk pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari
Penegakan Perda tentang
peruntukan air
Pemantauan dan evaluasi
penggunaan air tanah
3 Pengelolaan Kualitas Air Menurunnya kualitas air Peningkatan kualitas air Monitoring dan Monitoring dan Monitoring dan Penerapan Perda Baku Mutu Air BLH, BWS, Dinas
dan Pengendalian dan pengelolaan air penegakan hukum bagi pemberian sangsi pemberian sangsi Sosialisasi sistem pengolahan PU, Pemda,
Pencemaran Air sesuai peruntukan yang melanggar dengan bagi yang melanggar bagi yang melanggar limbah rumah tangga dan Kepolisian
pencapaian 25% dengan pencapaian dengan pencapaian industri
50% 100% Pemberian sangsi bagi
Perencanaan Pelaksanaan pembuang limbah ke sungai
pengelolaan air sesuai pengelolaan air Sosialisasi penyadaran bagi
peruntukan sesuai peruntukan masayakarat terhadap
penurunan kualitas air
Banyaknya sampah di sungai Terpeliharanya kapasitas Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Penerapan Perda tentang Dinas Kebersihan,
dan saluran sungai dan saluran dengan pencaaian 30% dengan pencaaian dengan pencaaian sampah dan sanitasi lingkungan BWS, Dinas PU,
dari seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS Penyuluhan kepada masyarakat Pemda, Kepolisian
agar tidak membuang sampah
di sungai atau saluran
Pemberdayan masyarakat
dalam pengolahan limbah
rumah tangga dan industri
Pengembangan teknologi
pengolahan limbah
Penegakan hukum bagi yang
melanggar
TABEL 4.2 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
5 Pengusahaan SDA Belum terkontrolnya Terkontrolnya Pembuatan perda Sosialisasi dan Aplikasi Sosialisasi dan Aplikasi Menetapkan kriteria BWS, Dinas
pengusahaan air pengusahaan air pengusahaan air dari perda dengan dari perda dengan sumber daya air yang PU, Pemda,
tingkat capaian 40% tingkat capaian 100% dapat dilakukan Dinas
pengusahaan Pariwisata,
Melakukan pengusahaan Pertambangan,
sumber daya air setelah Pengusaha
terpenuhinya keperluan Pengguna Air
air untuk kebutuhan pokok (Perpamsi)
sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sis
tem irigasi yang sudah ad
a.
Melakukan pengusahaan
sumber daya air di daerah
defisit dari daerah surplus
melalui saluran interbasin
TABEL 4.3 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
TABEL 4.5 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
Aspek Peran serta Masyarakat, Swasta & Pemerintah
Tidak terkendalinya Terkendalinya Monitoring tinggi muka Monitoring tinggi muka Monitoring tinggi muka Penerapan peraturan tentang Dinas
pemanfaatan air tanah pemanfaatan air tanah airdengan pencaaian air dengan pencaaian air dengan pencaaian penggunaan air tanah Pertambangan,
30% dari seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS Perizinan pemanfaatan air BWS, Dinas PU,
tanah Pertanian, Pemda
Pembatasan penggunaan air
tanah dengan tetap
mengutamakan penggunaan
air tanah untuk pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari
Penegakan Perda tentang
peruntukan air
Pemantauan dan evaluasi
penggunaan air tanah
3 Pengelolaan Kualitas Menurunnya kualitas air Peningkatan kualitas air Monitoring dan Monitoring dan Monitoring dan Penerapan Perda Baku Mutu BLH, BWS, Dinas
Air dan Pengendalian dan pengelolaan air penegakan hukum bagi pemberian sangsi bagi pemberian sangsi bagi Air PU, Pemda,
Pencemaran Air sesuai peruntukan yang melanggar dengan yang melanggar yang melanggar Sosialisasi sistem pengolahan Kepolisian
pencapaian 25% dengan pencapaian dengan pencapaian limbah rumah tangga dan
50% 100% industri
Perencanaan Pelaksanaan Pemberian sangsi bagi
pengelolaan air sesuai pengelolaan air sesuai pembuang limbah ke sungai
peruntukan peruntukan Sosialisasi penyadaran bagi
masayakarat terhadap
penurunan kualitas air
Banyaknya sampah di Terpeliharanya kapasitas Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Penerapan Perda tentang Dinas Kebersihan,
sungai dan saluran sungai dan saluran dengan pencaaian 30% dengan pencaaian dengan pencaaian sampah dan sanitasi BWS, Dinas PU,
dari seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS lingkungan Pemda, Kepolisian
Penyuluhan kepada
masyarakat agar tidak
membuang sampah di sungai
atau saluran
Pemberdayan masyarakat
dalam pengolahan limbah
rumah tangga dan industri
Pengembangan teknologi
pengolahan limbah
Penegakan hukum bagi yang
melanggar
TABEL 4.7 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario II: Pertumbuhan Ekonomi Sedang
5 Pengusahaan SDA Belum terkontrolnya Terkontrolnya pengusahaan Pembuatan perda Sosialisasi dan Aplikasi Sosialisasi dan Aplikasi Menetapkan kriteria sumber BWS, Dinas
pengusahaan air air pengusahaan air dari perda dengan dari perda dengan daya air yang dapat PU, Pemda,
tingkat capaian 40% tingkat capaian 100% dilakukan pengusahaan Dinas
Melakukan pengusahaan Pariwisata,
sumber daya air setelah Pertambanga
terpenuhinya keperluan air n, Pengusaha
untuk kebutuhan pokok Pengguna Air
sehari-hari dan (Perpamsi)
pertanian rakyat dalam sist
em irigasi yang sudah ada.
Melakukan pengusahaan
sumber daya air di daerah
defisit dari daerah surplus
melalui saluran interbasin
TABEL 4.8 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario II: Pertumbuhan Ekonomi Sedang
TABEL 4.10 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario II : Pertumbuhan Ekonomi Sedang
Tidak terkendalinya Terkendalinya Monitoring tinggi muka Monitoring tinggi muka Monitoring tinggi muka Penerapan peraturan tentang Dinas
pemanfaatan air tanah pemanfaatan air tanah airdengan pencaaian air dengan pencaaian air dengan pencaaian penggunaan air tanah Pertambangan,
30% dari seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS Perizinan pemanfaatan air tanah BWS, Dinas PU,
Pembatasan penggunaan air Pertanian, Pemda
tanah dengan tetap
mengutamakan penggunaan air
tanah untuk pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari
Penegakan Perda tentang
peruntukan air
Pemantauan dan evaluasi
penggunaan air tanah
3 Pengelolaan Kualitas Air Menurunnya kualitas air Peningkatan kualitas air Monitoring dan Monitoring dan Monitoring dan Penerapan Perda Baku Mutu Air BLH, BWS, Dinas
dan Pengendalian dan pengelolaan air penegakan hukum bagi pemberian sangsi bagi pemberian sangsi bagi Sosialisasi sistem pengolahan PU, Pemda,
Pencemaran Air sesuai peruntukan yang melanggar dengan yang melanggar yang melanggar limbah rumah tangga dan Kepolisian
pencapaian 25% dengan pencapaian dengan pencapaian industri
50% 100% Pemberian sangsi bagi
Perencanaan Pelaksanaan pembuang limbah ke sungai
pengelolaan air sesuai pengelolaan air sesuai Sosialisasi penyadaran bagi
peruntukan peruntukan masayakarat terhadap
penurunan kualitas air
Banyaknya sampah di Terpeliharanya Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah Penerapan Perda tentang Dinas Kebersihan,
sungai dan saluran kapasitas sungai dan dengan pencaaian 30% dengan pencaaian dengan pencaaian sampah dan sanitasi lingkungan BWS, Dinas PU,
saluran dari seluruh WS 60% dari seluruh WS 100% dari seluruh WS Penyuluhan kepada masyarakat Pemda, Kepolisian
agar tidak membuang sampah di
sungai atau saluran
Pemberdayan masyarakat dalam
pengolahan limbah rumah
tangga dan industri
Pengembangan teknologi
pengolahan limbah
Penegakan hukum bagi yang
melanggar
TABEL 4.12 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario III: Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Strategi Lembaga
No Sub Aspek Pendayagunaan Hasil Analisis Sasaran/Target Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Kebijakan Operasional
(2010-2015) (2015-2020) (2020-2030)
1. Penatagunaan SDA Masih terjadinya defisit Keseimbangan antara Pembangunan Pembangunan Pembangunan Perbaikan jaringan BWS, Dinas PU,
dalam pemenuhan ketersediaan dan prasarana tampungan air prasarana tampungan air prasarana penyedia air yang rusak Pemda, Dinas
kebutuhan kebutuhan sebesar 27,4 juta m3 sebesar 53,3 juta m3 tampungan air Pembangunan sarana Pertanian
sebesar 85,8 juta dan prasarana penyedia
m3 air (embung, bendungan)
sebesar 85,8 juta m3
Peningkatan dan
pemeliharaan sarana &
prasarana yang ada
Terjadinya konflik Menghindari terjadinya Manajemen pengelolaan Manajemen pengelolaan Manajemen Memantau dan BWS, Dinas PU,
kepentingan dalam konflik kepentingan air dengan pencaaian air dengan pencaaian pengelolaan air mengevaluasi Pemda, Dinas
pemakaian air pemakaian air 30% dari seluruh WS 60% dari seluruh WS dengan pencaaian pengambilan air pada Pertanian
100% dari seluruh sumber air
WS Meningkatkan koordinasi
stakeholder pemakai air
Pengambilan air secara lia Berkurangnya pencurian Pembuatan perda dan Sosialisasi dan Aplikasi Sosialisasi dan Penerapan perda BWS, Dinas PU,
air awig-awig dari perda dengan Aplikasi dari perda tentang pengambilan air Pemda, Dinas
tingkat capaian 40% dengan tingkat dari sumber air Pertanian
capaian 100% Pemberian sangsi bagi
yang melakukan
pencurian air
2 Penyediaan SDA Keterbatasan ruang dalam Pemerataan pemenuhan Belimbing-Kermit Belimbing-Kermit Meninting-Jangkok Mengutamakan BWS, Dinas PU,
penyediaan air (ada DAS kebutuhan air Belimbing-Kermit pemenuhan kebutuhan Pemda
surplus dan DAS defisit) pokok sehari-hari
(kebutuhan air baku)
Membuat saluran
interkoneksi dari DAS
surplus ke DAS minus
(Das Meninting-Jangkok
dan Das Belimbing-
Kermit)
Berkurangnya kapasitas Terjaganya optimasi pola Pengerukan sedimen Pengerukan sedimen Pengerukan Melakukan kegiatan O & BWS, Dinas PU,
tampungan waduk sebagai operasi waduk secapa berkala secapa berkala sedimen secapa P waduk secara rutin dan Pemda
akibat dari sedimentasi berkala berkala sesuai stndar
3 Penggunaan SDA Pemborosan air dalam Pemberian air sesuai Gerakan hemat air dan Gerakan hemat air dan Gerakan hemat air Mensosialisasikan gerakan BWS, Dinas PU,
pemenuhan kebutuhan dengan kebutuhan pemanfaatan teknologi pemanfaatan teknologi dan pemanfaatan hemat air Pemda, Dinas
hemat air dengan hemat air dengan teknologi hemat air Rasionalisasi irigasi Pertanian, Pengusaha
pencaaian 30% dari pencaaian 60% dari dengan pencaaian dengan mengembangkan Pengguna Air
seluruh WS seluruh WS 100% dari seluruh teknik budidaya pertanian (Perpamsi), Dinas
WS hemat air (padi SRI = Kelautan dan
System of Rice Perikanan,
Intensification) Perkebunan dan
Peternakan
Pengambilan air tanah Terkendalinya Pembuatan perda Sosialisasi dan Aplikasi Sosialisasi dan Penerapan peraturan BWS, Dinas PU,
yang tak terkendali keseimbangan air tanah dari perda dengan Aplikasi dari perda perundangan air tanah di Pemda, Dinas
dan air permukaan tingkat capaian 40% dengan tingkat tingkat Operasional Pertambangan,
capaian 100% Penerapan peraturan Pengusaha Pengguna
perundangan tentang Air (Perpamsi), PHRI
penggunaan air yang
saling menunjang antara
air permukaan dan air
tanah dengan
memprioritaskan
penggunaan air permukaa
n
Melakukan pemantauan
dan evaluasi atas
penggunaan
sumber daya air
4 Pengembangan SDA Sistem penyediaan air Terlayaninya kebutuhan Perbaikan, peningkatan, Perbaikan, peningkatan, Perbaikan, Pengembangan sistem BWS, Dinas PU,
irigasi belum menjangkau air di seluruh WS pemeliharaan jaringan pemeliharaan jaringan peningkatan, irigasi dari tadah hujan Pertanian, Pemda
kawasan wilayah selatan irigasi dan irigasi dan pembangunan pemeliharaan menjadi teknis
dan utara pembangunan sarana sarana prasarana jaringan irigasi dan Pembangunan embung,
prasarana dengan dengan pencapaian 50% pembangunan bendungan dan saluran
pencapaian 25% sarana prasarana interkoneksi
dengan Penerapan dan
pencapaian 100%
Strategi Lembaga
No Sub Aspek Pendayagunaan Hasil Analisis Sasaran/Target Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Kebijakan Operasional
(2010-2015) (2015-2020) (2020-2030)
pengembangan teknologi
pertanian
Pengembangan air tanah
pada cekungan air tanah
secara terpadu dalam
pengembangan sumber
daya air pada wilayah
sungai dengan upaya
pencegahan terhadap
kerusakan air tanah
5 Pengusahaan SDA Belum terkontrolnya Terkontrolnya Pembuatan perda Sosialisasi dan Aplikasi Sosialisasi dan Menetapkan kriteria BWS, Dinas PU,
pengusahaan air pengusahaan air pengusahaan air dari perda dengan Aplikasi dari perda sumber daya air yang Pemda, Dinas
tingkat capaian 40% dengan tingkat dapat dilakukan Pariwisata,
capaian 100% pengusahaan Pertambangan,
Melakukan pengusahaan Pengusaha Pengguna
sumber daya air setelah Air (Perpamsi)
terpenuhinya keperluan air
untuk kebutuhan pokok
sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sist
em irigasi yang sudah ada.
Melakukan pengusahaan
sumber daya air di daerah
defisit dari daerah surplus
melalui saluran interbasin
TABEL 4.13 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario III : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
TABEL 4.15 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK
Skenario III : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Pengawetan Air
Perda tentang sumur
resapan
Menerapkan tarif progresif
penggunaan air
Mencegah kehilangan atau
kebocoran air
Perda tentang air tanah
Penggunaan air tanah Gugus Das Putih
diprioritaskan untuk
pemenuhan kebutuhan
okok sehari-hari
Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air
Pengelolaan Kualitas Melakukan penghijauan di
Air dan Pengendalian awal musim hujan
Pencemaran Gugus Das Menanga Rehabilitasi hutan sebesar
Sosialisasi system 36.973 Ha
pengolahan limbah rumah Kerjasama antar pemda
tangga dan industri dalam rehabilitasi hutan
Penegakan hukum Pengembangan HKM
Perda tentang sampah Gugus Das Dodokan (hutan kemasyarakatan)
Penyuluhan masyarakat Penerapan Perda
tentang sampah Pengelolaan Jasa
Lingkungan
Melibatkan semua unsur
masyarakat dalam
konservasi
Rehabilitasi lahan 11.564
ha
Gugus DasJelateng Sosialisasi pemanfaatan
lahan dengan tanaman
produktif
Penetapan kawasan
resapan air dan daerah
tangkapan air
Legenda : Penyuluhan pemberdayaan
peran masyarakat dalam
pelestarian fungsi resapan
air
Pengembangan wanatani
Perda pengelolaan WS
terpadu
GAMBAR 4.2 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
((Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah)
Bdgn. Pandanduri
Bdgn. Sekotong
Ebg. Pelangan
GAMBAR 4.3 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
(Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah)
Rembige-Tanjung KM 9-29
Pencegahan
Penetapan peta rawan
bencana
Pembangunan sarana &
prasarana pengendali di
Ampenan-Pemenang KM 8-30 Sub WS Menanga 11 titik rawan banjir
Sosialisasi sistem
penyelamatan bagi yang
tinggal di daerah rawan
bencana
Sub WS Dodokan Meningkatkan peralatan
dini
Penanaman hutan
pantai
Penanggulangan
Pembentukan institusi
terkait O&P sungai
Sub WS Jelateng
Pelaksanaan O & P sesuai
pedoman
Perda tentang galian C
Melokalisir daerah
penambangan
Inventarisasi, studi dan
desain penanggulangan
abrasi pantai pd 9 titik
Pelangan-Pengantap KM 7-17 Kuta-Keruak KM 50-54 Sosialisasi & penyuluhan
sempadan sungai dan
pantai
Pengantap-AT Ajan-Kuta KM 65-7
GAMBAR 4.4 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK SISTEM INFORMASI SDA serta
ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH SERTA
( Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah)
Aspek Pemberdayaan
dan Peningkatan Peran
Masyarakat, Swasta
dan Pemerintah
Pelatihan Pengelola SDA
Penyiapan Peraturan
Perundang-undangan
Pelatihan Perfencanaan
Partisipatif dengan
melibatkan Masyarakat
Sekolah lapang tentang
iklim
Peningkatan peran swasta
dalam pengelolaan sda
melalui CSR (Coorporate
Social Responsibility)
Aspek SISDA
Pengelolaan sda terbuka
bagi publik
Menciptakan system basis
data untuk Pelayanan
Informasi
Terbentuknya lembaga
terpadu yang menangani
informasi sda
Peningkatan Ketersediaan
Data yang Akurat, Tepat
Waktu dan Berkelanjutan
Penyediaan peralatan
untuk mempermudah
akses data sda
GAMBAR 4.5 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
(Skenario II: Pertumbuhan Ekonomi Sedang)
Pengawetan Air
Perda tentang sumur
resapan
Menerapkan tarif progresif
penggunaan air
Mencegah kehilangan atau
kebocoran air
Perda tentang air tanah
Penggunaan air tanah Gugus Das Putih
diprioritaskan untuk
pemenuhan kebutuhan
okok sehari-hari
Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air
Pengelolaan Kualitas Melakukan penghijauan di
Air dan Pengendalian awal musim hujan
Pencemaran Gugus Das Menanga Rehabilitasi hutan sebesar
Sosialisasi system 55.460 Ha
pengolahan limbah rumah Kerjasama antar pemda
tangga dan industri dalam rehabilitasi hutan
Penegakan hukum Pengembangan HKM
Perda tentang sampah Gugus Das Dodokan (hutan kemasyarakatan)
Penyuluhan masyarakat Penerapan Perda
tentang sampah Pengelolaan Jasa
Lingkungan
Melibatkan semua unsur
masyarakat dalam
konservasi
Rehabilitasi lahan 17.345
ha
Gugus Das Jelateng Sosialisasi pemanfaatan
lahan dengan tanaman
produktif
Penetapan kawasan
resapan air dan daerah
tangkapan air
Legenda : Penyuluhan pemberdayaan
peran masyarakat dalam
pelestarian fungsi resapan
air
Pengembangan wanatani
Perda pengelolaan WS
terpadu
GAMBAR 4.6 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
(Skenario II: Pertumbuhan Ekonomi Sedang)
Bdgn. Pandanduri
Bdgn. Sekotong
Ebg. Pelangan
GAMBAR 4.7 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
(Skenario II : Pertumbuhan Ekonomi Sedang)
Rembige-Tanjung KM 9-29
Pencegahan
Penetapan peta rawan
bencana
Pembangunan sarana &
prasarana pengendali di
Ampenan-Pemenang KM 8-30 Sub WS Menanga 11 titik rawan banjir
Sosialisasi sistem
penyelamatan bagi yang
tinggal di daerah rawan
bencana
Sub WS Dodokan Meningkatkan peralatan
dini
Penanaman hutan
pantai
Penanggulangan
Pembentukan institusi
terkait O&P sungai
Sub WS Jelateng
Pelaksanaan O & P sesuai
pedoman
Perda tentang galian C
Melokalisir daerah
penambangan
Inventarisasi, studi dan
desain penanggulangan
abrasi pantai pd 9 titik
Pelangan-Pengantap KM 7-17 Kuta-Keruak KM 50-54 Sosialisasi & penyuluhan
sempadan sungai dan
pantai
Pengantap-AT Ajan-Kuta KM 65-7
GAMBAR 4.8 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK SISTEM INFORMASI SDA serta
ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH SERTA
( Skenario II : Pertumbuhan Ekonomi Sedang)
Aspek Pemberdayaan
dan Peningkatan Peran
Masyarakat, Swasta
dan Pemerintah
Pelatihan Pengelola SDA
Penyiapan Peraturan
Perundang-undangan
Pelatihan Perfencanaan
Partisipatif dengan
melibatkan Masyarakat
Sekolah lapang tentang
iklim
Peningkatan peran swasta
dalam pengelolaan sda
melalui CSR (Coorporate
Social Responsibility)
Aspek SISDA
Pengelolaan sda terbuka
bagi publik
Menciptakan system basis
data untuk Pelayanan
Informasi
Terbentuknya lembaga
terpadu yang menangani
informasi sda
Peningkatan Ketersediaan
Data yang Akurat, Tepat
Waktu dan Berkelanjutan
Penyediaan peralatan
untuk mempermudah
akses data sda
GAMBAR 4.9 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
(Skenario III : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi)
Pengawetan Air
Perda sumur resapan
Pelatihan teknis
pembuatan biopori dan
sumur resapan
Menerapkan tarif progresif
penggunaan air
Teknologi pengolahan air
hujan menjadi air bersih Sub WS Putih
Mencegah kehilangan atau
kebocoran air
Sosialisasi penyadaran
hemat air
Pemanfaatan teknologi
tanam hemat air Perlindungan dan
Pengembangan teknologi Pelestarian Sumber Air
irigasi mikro
Melakukan penghijauan di
Perda tentang air tanah
awal musim hujan
Penggunaan air tanah
Sub WS Menanga Rehabilitasi hutan sebesar
diprioritaskan untuk 73.946 Ha
pemenuhan kebutuhan
Kerjasama antar pemda
okok sehari-hari
dalam rehabilitasi hutan
Penegakan perda tentang
Pengembangan HKM
peruntukan air
(hutan kemasyarakatan)
Sub WS Dodokan
Penerapan Perda
Pengelolaan Jasa
Lingkungan
Melibatkan semua unsur
masyarakat dalam
konservasi
Rehabilitasi lahan 23.127
ha
Sub WS Jelateng Sosialisasi pemanfaatan
lahan dengan tanaman
produktif
Pengelolaan Kualitas Penetapan kawasan
Air dan Pengendalian resapan air dan daerah
Pencemaran tangkapan air
Legenda : Sosialisasi sistem Penyuluhan pemberdayaan
pengolahan limbah rumah peran masyarakat dalam
tangga dan industri pelestarian fungsi resapan
Penegakan hukum air
Perda tentang sampah Pengembangan wanatani
Penyuluhan masyarakat Perda pengelolaan WS
tentang sampah terpadu
GAMBAR 4.10 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
(Skenario III : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi)
Bdgn. Pandanduri
Bdgn. Sekotong
Rembige-Tanjung KM 9-29
Pencegahan
Penetapan peta rawan
bencana
Pembangunan sarana &
prasarana pengendali di
Ampenan-Pemenang KM 8-30 Sub WS Menanga 11 titik rawan banjir
Sosialisasi sistem
penyelamatan bagi yang
tinggal di daerah rawan
bencana
Sub WS Dodokan Meningkatkan peralatan
dini
Penanaman hutan
pantai
Penanggulangan
Pembentukan institusi
terkait O&P sungai
Sub WS Jelateng
Pelaksanaan O & P sesuai
pedoman
Perda tentang galian C
Melokalisir daerah
penambangan
Inventarisasi, studi dan
desain penanggulangan
abrasi pantai pd 9 titik
Pelangan-Pengantap KM 7-17 Kuta-Keruak KM 50-54 Sosialisasi & penyuluhan
sempadan sungai dan
pantai
Pengantap-AT Ajan-Kuta KM 65-7
GAMBAR 4.12 PETA TEMATIK KEBIJAKAN OPERASIONAL ASPEK SISTEM INFORMASI SDA serta
ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH SERTA
( Skenario III : Pertumbuhan Ekonomi Tinggi)
Aspek Pemberdayaan
dan Peningkatan Peran
Masyarakat, Swasta
dan Pemerintah
Pelatihan Pengelola SDA
Penyiapan Peraturan
Perundang-undangan
Pelatihan Perfencanaan
Partisipatif dengan
melibatkan Masyarakat
Sekolah lapang tentang
iklim
Peningkatan peran swasta
dalam pengelolaan sda
melalui CSR (Coorporate
Social Responsibility)
Aspek SISDA
Pengelolaan sda terbuka
bagi publik
Menciptakan system basis
data untuk Pelayanan
Informasi
Terbentuknya lembaga
terpadu yang menangani
informasi sda
Peningkatan Ketersediaan
Data yang Akurat, Tepat
Waktu dan Berkelanjutan
Penyediaan peralatan
untuk mempermudah
akses data sda
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO