Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pegawai negeri bukan hanya unsur aparat negara tetapi juga merupakan abdi negara dan

abdi masyarakat yang selalu hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan

masyarakat juga. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sangat penting dan menentukan

berhasil atau tidaknya misi dari pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam

mewujudkan cita-cita nasional. Pendayagunaan PNS terus ditingkatkan terutama yang

berhubungan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman terhadap masyarakat, serta

kemampuan profesional dan kesejahteraan PNS sangat diperhatikan dalam menunjang pelaksanaan

tugas.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara, abdi Negara dan abdi masyrakat,

mempunyai posisi sangat strategis dan peranan menentukan dalam menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan. Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan

tugas pemerintahan dan pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,

Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. Untuk itu, PNS sebagai pelaksana perundang-

undangan wajib berusaha untuk taat pada setiap peraturan perundang-undangan di dalam

melaksanakan tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS pada dasarnya merupakan

kepercayaan dari atasan yang berwenang, dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya, setiap PNS wajib melaksanakan tugas kedinasan yang

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.


Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS merupakan dasar hukum

untuk menjamin PNS dan dapat pula menjadi landasan untuk mengatur penyusunan aparatur

negara yang baik dan benar. Landasan hukum yang terus disesuaikan dengan situasi dan kondisi

PNS pada masa sekarang ini merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dan kewajiban mereka

serta hal-hal lain yang berhubungan di dalamnya.

Tujuan nasional negara Indonesia tertuang di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan nasional

tersebut dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan secara sistematis dan

realisasi yang sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya.

Pegawai negeri yang penuh tanggung jawab, kesetiaan, dan ketaatan terhadap Pancasila

dan UUD 1945 sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan nasional yang mulia tersebut.

Untuk mewujudkan pegawai negeri yang penuh tanggungjawab, kesetiaan, dan ketaatan terhadap

Pancasila dan UUD 1945 tersebut maka perlu adanya pembinaan dengan sebaik-baiknya.

Terkait dengan Aparatur Sipil Negara sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 5

tahun 2014, maka salah satu faktor yang dinilai penting adalah mewujudkan aparatur negara yang

bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan

tugas dan kewajiban pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Disiplin yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugasnya. Untuk

meningkatkan kedisiplinan adalah hal yang cukup sulit.


Sudah menjadi pemandangan biasa melihat banyaknya PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang

bolos kerja dan tidak disiplin, tidak hanya di daerah-daerah. Tapi juga hampir di seluruh Indonesia

padahal, ancaman sudah ditebar, tapi apa hendak dikata sebagian PNS acuh dengan ancaman

seperti itu. Ancaman tinggal ancaman, ratusan PNS tetap saja nekat bolos bahkan sebagian masih

banyak yang tidak peduli disaat jam kerja berkeliaran di pasar, ditoko dan di tempat-tempat lain.

Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, pemerintah telah memberikan

suatu kebijakan dengan di keluarkannya PP No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil. Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu

siap sedia melaksanakan tugas yang telah diamanatkan kepadanya dengan sebaik mungkin, akan

tetapi tidak dipungkiri sering juga di dalam suatu instansi pemerintah, pegawainya melakukan

pelanggaran disiplin seperti terlambat, pulang sebelum waktunya, dan penyimpangan lain yang

menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan. Dengan berlakunya hukuman bagi

Pegawai Negeri Sipil yang kurang disiplin tersebut, diharapkan dapat terciptanya pemerintahan

yang efektif dan efisien. Kedisiplinan haruslah ditegakkan dalam suatu instansi. Tanpa sikap

disiplin yang baik dari Pegawai Negeri Sipil, sulit pemerintah untuk mewujudkan tujuannya.

Dalam hal ini Kementerian Pertahanan telah menindaklanjuti hierarki peraturan

perundang-undangan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu Peraturan Menteri Pertahanan

Nomor 22 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri

Kementerian Pertahanan dan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata

Kerja Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan.

Seyogyanya Kementerian Pertahanan dalam menjatuhkan hukuman disiplin bagi Pegawai

Negeri Sipil yang lalai, berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Tata Kerja Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan,

melalui Sidang Penjatuhan Hukuman Disiplin yang telah di bentuk berupa Tim Pertimbangan

Hukum dalam Menjatuhkan Keputusan Hukuman Disiplin yang nanti akan diterima oleh Pegawai

Negeri Sipil yang telah lalai dalam bekerja. Tim pertimbangan hukum ini pun terdiri dari: selaku

Narasumber Penasehat Hukum dari Badan Pertimbangan Kepegawaian Badan Kepegawaian

Negara, pejabat personel terkait dalam satuan kerja, Pejabat personel dari Mabes TNI dan

Angkatan, Biro Hukum Setjen Kemhan, Bagian Pengamanan dari Biro Umum Setjen Kemhan,

Itjen Kemhan dan Kepala Biro Kepegawaian Selaku Pimpinan Sidang.

Sebelum melakukan penjatuhan hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil ini, dalam

sidang tersebut dilihatlah dari segala aspek yang berkaitan bahwa esensi hukuman disiplin secara

umum bukanlah semata-mata berarti melaksanakan peraturan perundang-undangan, tetapi juga

sebagai suatu keputusan-keputusan pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini Menteri

Pertahanan.

Masalah kedisiplinan inilah yang menuntut kepala birokrasi Kepegawaian dari pusat

sampai di daerah untuk bertindak tegas, arif dan bijaksana dalam mengambil suatu keputusan

hukuman atau sanksi mengenai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Ketegasan sangat diharapkan dalam memberikan sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil

yang indisipliner, baik sebagai sebuah terapi dan pembelajaran, juga merupakan upaya dalam

mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang berkualitas dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap

tanggung jawabnya sebagai abdi masyarakat.

Berkaitan dengan penjatuhan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran

disiplin, Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, mengatur
masalah Upaya Administratif. Proses Upaya Administratif yang dapat di tempuh oleh seorang PNS

yang telah dijatuhkan hukuman disiplin. PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), dapat mengajukan banding administratif kepada Badan

Pertimbangan Kepegawaian.

Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak

puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Tindakan penjatuhan hukuman dijatuhkan setelah adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh

badan atau lembaga pengawas intern instansi yang bersangkutan. Temuan adanya pelanggaran bisa

didapat dari hasil pemeriksaan badan atau pengawasan intern yang sedang melakukan pengawasan

rutin ataupun adanya aduan dari seseorang atau masyarakat.

Dari hasil pemeriksaan tersebut baru ditentukan jenis hukuman disiplinnya. Hukuman yang

dijatuhkan kadangkala menimbulkan rasa tidak puas bagi PNS yang dijatuhi hukuman oleh pejabat

yang berwenang. Hal tersebut kemudian menimbulkan sengketa kepegawaian, yaitu sengketa

antara seorang pegawai dengan atasannya (pejabat) akibat dari dikeluarkannya suatu Keputusan

Tata Usaha Negara (KTUN). Secara hukum, penyelesaian sengketa kepegawaian dapat dilakukan

melalui 2 (dua) mekanisme. Pertama, melalui Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Kedua,

sengketa kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil diselesaikan melaluiupaya banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.

Dengan demikian, terdapat 2 (dua) mekanisme penyelesaian sengketa kepegawaian, yaitu

mekanisme penyelesaian sengketa kepegawaian melalui Peradilan Tata Usaha Negara dan
mekanisme penyelesaian sengketa kepegawaian melalui Badan Pertimbangan Kepegawaian

(BAPEK).

Menurut data yang diambil dari Subbag Administrasi Disiplin Pegawai Bagian Induk PNS

Biro Kepegawaian Setjen Kemhan, data yang mengajukan Banding atas putusan hukuman

berdasarkan hasil sidang dinyatakan melalui tabel berikut:

tahun Jumlah

2010 3 orang

2011 6 orang

2012 1 orang

2013 2 orang

2014 3 orang

2015 4 orang

2016 6 orang

2017 4 orang

Jika dilihat dari tabel rekapitulasi pengajuan banding atas putusan hukuman disiplin PNS

diatas, maka terdapat permasalahan yang akan dijadikan latar belakang masalah penelitian karena

adanya ketidakpuasan terhadap putusan hukuman sehingga pihak yang bersangkutan mengajukan

banding atas putusan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengambil tema skripsi dengan judul: Implementasi Kebijakan Tata Cara Penjatuhan

Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan dalam Upaya

Banding Administratif
B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah Implementasi Kebijakan Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi

Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan dalam Upaya Banding Administratif ?

2. bagaimanakah eksistensi badan pertimbangan kepegawaian dalam menyelesaikan

sengketa kepegawaian dalam mengajukan gugatan banding administratif yang dilakukan

oleh pas kemhan?

3. Bagaimanakah peranan instansi kementerian pertahanan dalam menyelesaikan gugatan

banding administratif yang dilakukan bleh pas kemhan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat penelitian sebagai

berikut:

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Tata

Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan Dalam

Upaya Banding Administratif.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kepentingan dunia

akademis maupun kepentingan dunia praktis.


Manfaat terhadap Kepentingan Dunia Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan

referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang terkait dengan Kebijakan Publik

khususnya tentang Implementasi Kebijakan Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi

Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertahanan dalam Upaya Banding Administratif.

Manfaat terhadap Kepentingan Dunia Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan berguna bagi

Kepala Biro Kepegawaian Sekretarian Jenderal Kementerian Pertahanan dalam

mengimplementasi Kebijakan Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai Negeri

Sipil Kementerian Pertahanan dalam Upaya Banding Administratif.

PAGE

PAGE 6

Anda mungkin juga menyukai