REPUBLIK INDONESIA
XECUTIVE SUMMARY)
Oleh :
Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, maka atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Kertas Karya
Perorangan (TASKAP) ini, sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditentukan.
Penulisan TASKAP ini adalah merupakan salah satu tugas yang harus dibuat
oleh Kami selaku peserta Kursus Reguler Angkatan XXXVII (KRA XXXVII) Lemhannas
Dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan rasa terima kasih yang
mendalam kepada Bapak Adi Suyatno, BcIP, SH, MH, sebagai Tutor yang telah
terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak/Ibu yang telah bertindak selaku
Moderator, Pendamping dan Pembantu Pendamping pada saat penyajian TASKAP ini.
1
Selain itu juga kami mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
dan dukungan kepada kami guna mengikuti Kursus Reguler Angkatan XXXVII
saling mengisi dengan memberikan saran, tukar menukar informasi dan berbagi
3. Istri tercinta Hj. Niniek Suryawati beserta anak-anak yang kami sayangi
Afan Priambodo dan Niken Larasati atas kesabaran dan pengorbanan waktu
yang diberikan selama ini, oleh kami dijadikan sebagai pemicu dan motivasi
Kami menyadari bahwa TASKAP ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan tanggapan, saran, koreksi serta masukan yang membangun
Akhirnya kami berharap semoga TASKAP ini memberi manfaat yang seluas-
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum 1
5. Pengertian-Pengertian 9
SAAT INI
3
12. Umum 23
YANG DIHARAPKAN
21. Umum 54
22. Pemberdayaan Kepemimpinan Informal Yang
Diharapkan 56
23. Konstribusi Pemberdayaan Kepemimpinan Informal
Terhadap Pembangunan Nasional .. 64
24. Pemberdayaan Kepemimpinan Informal Dalam
Mempertahankan Keutuhan NKRI 68
BAB VI KONSEPSI PEMBERDAYAAN KEPEMIMPINAN INFORMAL
26. Kebijaksanaan 72
27. Strategi 76
28. Upaya 76
4
BAB VII PENUTUP
29. Kesimpulan 83
30. Saran .. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
ALUR PIKIR
POLA PIKIR
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
sejarahnya dengan proses perjuangan panjang dan teramat berat. Berkat rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, akhirnya bangsa ini memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945 dan dideklarasikan oleh kepemimpinan Dwi Tunggal, yakni Soekarno
Hatta. Terlepas dari apapun kedua figur kepemimpinan bangsa ini harus diakui sebagai
bapak bangsa yang mengentaskan negara ini meraih kebebasannya dari penjajahan.
berpedoman pada Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928,
para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk dan
heterogen merupakan suatu kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima,
dan heterogenitas ini telah dijadikan kesempatan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab menghidupkan kembali politik gaya kolonial seperti masa lampau
yaitu hidupnya kembali politik memecah belah atau devide et impera, yang telah
persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itulah diperlukan adanya kesadaran bersama
serta komitmen dari seluruh warga masyarakat untuk memantapkan kesatuan dan
persatuan. Namun juga disadari bahwa hal ini hanya akan dicapai manakala setiap
1
warga masyarakat yang hidup di dalam kemajemukan mampu hidup berdampingan
secara damai yang dikelola dengan baik, di antaranya melalui pendekatan nilai agama
serta budaya bangsa secara sungguh-sungguh disertai komitmen yang kuat untuk
memantapkan langkah nyata melalui visi dan misi yang benar serta etika dan moral
yang tepat.
Selain itu, kondisi dan konstelasi geografis yang demikian strategis serta bentuk
negara kepulauan dengan jumlah + 17.845 pulau besar dan kecil dengan suku bangsa
+ 300, telah memberikan isyarat kepada kita bahwa masyarakat Indonesia yang
majemuk serta heterogen ini sangat rentan dan rawan terhadap kemungkinan
tentang Otonomi Daerah yang belum mampu diwujudkan dalam satu pemahaman
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kondisi semacam ini telah
provokasi dan hasutan serta pengaruh yang dapat mendorong timbulnya sikap-sikap
bangsa.
Undang Dasar 1945, alinea ke 4 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang abadi
NKRI yang merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh rakyat
2
Indonesia secara keseluruhan dan dilaksanakannya pembangunan di segala bidang
Dalam hubungan ini sejarah bangsa Indonesia telah mencatat bahwa dalam
dan mengedepankan kepemimpinan informal, baik sebagai tokoh agama, tokoh adat
maupun sebagai tokoh-tokoh masyarakat lainnya baik pada tingkat lokal maupun
nasional dalam menjalankan kepemimpinannya tentunya tidak akan keluar dari budaya,
adat dan agama yang hidup dalam kehidupan masyarakatnya. Selain itu dalam
Kepemimpinan informal yang telah melekat dan lebih dekat dengan masyarakat,
kehendak yang dipimpin. Meskipun dalam anggota masyarakat yang dipimpin sangat
majemuk, namun karena sikap empati dan simpatik yang dimilikinya membuat dirinya
mampu menjadi perekat dan sekaligus sanggup menghadapi berbagai masalah dan
membentuk penciptaan kondisi mantap di berbagai wilayah dirasakan tidak efektif. Hal
pelengkap yang secara otomatis selalu dapat berbuat baik untuk kepentingan orang
serta penggerak masyarakat yang dihargai, dicintai, disegani dan memiliki kharisma.
3
Manakala hal ini dapat dikuasai oleh pemerintah melalui pendekatan manusiawi yang
informal ini secara langsung dalam interaksi atau dinamika kehidupan masyarakat luas
merupakan peluang dan potensi yang harus dimanfaatkan melalui pembinaan secara
dikondisikan agar dapat berperan aktif dalam membantu pemerintah dan lembaga
kenegaraan formal lainnya, melalui langkah-langkah konkrit yang rasional dan terukur
NKRI.
dengan segala sifat dan ciri kepemimpinan yang dimiliki, merupakan faktor penting dan
telah memberikan kontribusi yang cukup besar, serta akan tetap dapat memainkan
sebagai akibat dari dinamika perubahan jaman dan akibat dari perubahan-perubahan
4
mampu mendorong pembangunan nasional dalam rangka mempertahankan keutuhan
NKRI.
a. Maksud
pembangunan nasional yang lancar, mantap dan aman sehingga pada gilirannya
b. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan TASKAP ini adalah untuk memberikan sumbangan
pemikiran kepada berbagai pihak yang terkait dalam pemberdayaan
kepemimpinan informal sebagai bagian integral guna mendorong pembangunan
nasional serta memberikan kontribusi positif dalam mempertahankan keutuhan
NKRI.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut
a. Ruang Lingkup
informal, maksud dan tujuan penulisan serta metode dan pendekatan, ruang
5
lingkup dan tata urut serta beberapa pengertian yang digunakan dalam
penulisan.
paradigma nasional sebagai acuan dasar dalam setiap langkah analisis tulisan
yang mencakup Pancasila sebagai landasan Idiil; UUD 1945 sebagai landasan
landasan Operasional.
keutuhan NKRI.
kepemimpinan informal.
6
pembangunan nasional serta pemberdayaan kepemimpinan informal dalam
Bab ini berisi beberapa kesimpulan tentang analisis yang telah dilakukan,
a. Metode
b. Pendekatan
7
5. Pengertian-Pengertian
dengan cara, sehingga pihak lain secara sadar mau berbuat untuk mendukung
keinginannya.
kepemerintahan
ada, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk
e. Kepemimpinan informal
sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
8
f. Tokoh Masyarakat
h. NKRI, adalah suatu definisi negara yang dianut oleh Indonesia seperti
tertuang pada Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya, dalam
kepulauan Nusantara.
9
kekuatan nasional untuk menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari
10
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
6. Umum
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, hal ini di tandai dengan banyaknya
penduduk yang sudah mencapai lebih dari 220 juta jiwa, terdiri dari berbagai suku,
budaya, ras, agama. Kemajemukan ini satu pihak merupakan potensi yang sangat
besar dalam membangun bangsa dan negara, namun di pihak lain juga merupakan
tantangan yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, karena keaneka ragaman
dan kemajemukan ini akan dapat berdampak negatif berupa perpecahan bangsa, untuk
itu di perlukan kebersamaan dan persatuan yang benar-benar solid untuk mengatasi
berbagai permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan adanya erosi wawasan
kebangsaan yang sangat mengkhawatirkan, hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai
perbedaan padangan antara golongan maupun partai, konflik-konflik yang terjadi baik
vertikal maupun horizontal, pertikaian antar suku yang pada akhirnya akan berkaitan
integritas nasional yang mantap, maka sudah merupakan suatu kondisi yang sangat
disintergasi bangsa.
keberadaan kepemimpinan informal baik secara langsung maupun tidak langsung telah
11
kepemimpinan informal sangatlah diperlukan dengan mempedomani peraturan
terhadap seluruh komponen yang sangat majemuk, dengan latar belakang sosial
budaya yang beraneka ragam, dengan beragam kondisi dan potensinya, serta berada
kerangka paradigma nasional yang meliputi : Pancasila sebagai landasan Idiil; UUD
berdebat dalam menentukan bentuk dan dasar negara. Perdebatan tersebut wajar
karena Indonesia sebagai negara baru merdeka mencari bentuk jati dirinya. Karena
Indonesia terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang beragam, maka dasar
negara harus ditetapkan atau dipilih tentunya yaitu ideologi atau nilai yang dapat
12
diterima dan dapat menjadi perekat sesama komponen bangsa dalam wadah Negara
sebagai landasan hidup. Falsafah yang terkandung di dalam Pancasila memiliki nilai-
nilai luhur yang mendasari etika dan moral kebangsaan. Aktualisasi norma dan etika
dalam sila-sila Pancasila, merupakan landasan moral bagi pemimpin informal yang
kepentingan nasional.
merupakan hukum dasar tertulis. Sebagai negara berdasar atas hukum, kekuasaan
pemerintah tidak bersifat absolud atau tidak tak terbatas. Kedaulatan berada di tangan
pemerintah dituangkan lebih lanjut ke dalam tata kelembagaan tinggi negara dan tata
pengambilan keputusan yang bersumber dari aspirasi rakyat serta mengacu kepada
13
kepentingan rakyat. Hal ini mengandung makna bahwa penyelenggara pemerintah
harus berorientasi pada kepentingan rakyat dan memberikan pelayanan kepada rakyat.
berdasarkan pada nilai-nilai instrinsik UUD 1945, dimana pada pasal 18 b ayat (2)
hukum dapat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
Negara hukum yang mengandung arti bahwa setiap pemimpin dalam mengaplikasikan
pemerintah harus berlandas dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi dan tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945. Dengan demikian, UUD 1945 dalam kerangka
atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku merupakan hukum yang menempati
kedudukan tertinggi. Selain itu UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol
terhadap norma yang lebih rendah apakah sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan
sebagai payung yang bersifat memayungi setiap penentuan kebijaksanaan, strategi dan
upaya yang dilaksanakan. Melalui bela negara diharapkan setiap warga negara
14
dan konkrit dalam implementasinya sehingga pada akhirnya dapat mempertahankan
keutuhan NKRI.
maka tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 dalam bentuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi menjadi terganggu. Pada tanggal 26-28 Oktober 1928, berbagai tokoh dari
akhirnya mencetuskan ikrar bersama yang amat besar artinya bagi perjuangan rakyat
Indonesia kemudian, yaitu Sumpah Pemuda. Ikrar bersama yang bersejarah ini
dikumandangkan tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda itu berbunyi : Kami putra
dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; Kami putra dan
putri Indonesia, mengaku bertanah-air yang satu, tanah-air Indonesia; Kami putra dan
semasa pemerintahan kolonial Belanda maupun selama revolusi. Karena itu, sumpah
pengertian bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras
dan aliran politik, tetapi tetap merupakan kesatuan bangsa, atau bangsa yang satu.
15
Dengan kalimat lain, tercermin di situ satu konsep besar yang indah : kesatuan dalam
orientasi dan semangat dalam mengambil langkah-langkah kepada masa depan yang
persatuan dan kesatuan bangsa dengan memantapkan sikap kebersamaan yang tinggi,
segenap warga negara Indonesia dalam berpikir, bersikap dan bertindak yang meliputi
segenap kehidupan kebangsaan yaitu : politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
tantangan terhadap setiap perubahan, sebab Wawasan Nusantara tidak lain adalah
nusantara dan segenap isinya dibangun untuk mewujudkan kesatuan dalam segenap
aspek kehidupan baik yang alamiah maupun aspek sosial yang tertuang dalam
astagatra, kondisi ini diharapkan mampu untuk serta mewujudkan suatu kebahagiaan,
ketertiban dan perdamaian bagi seluruh umat manusia sehingga hak hidup bangsa
serba nusantara.
16
10. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional
Keanekaragaman ras, agama, kultur dan etnik dalam suatu negara biasanya
dianggap sebagai faktor negatif yang merugikan dan dapat mengganggu baik saat ini
maupun masa depan. Ketidak mampuan bangsa dan negara dalam menangani
perbedaan yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan berbagai gejolak dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang berada dalam posisi yang rentan terhadap
cita satu bangsa dan satu negara. Dengan perkataan lain didalam kehidupan
dan etnik dan hidup tersebar diantara beribu-ribu pulau di nusantara tetap
melaksanakan tekadnya untuk hidup bersatu sebagai satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia.
ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam
Ketahanan Nasional mempunyai sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung
17
dalam landasan dan asas-asasnya yaitu : mandiri; dinamis; wibawa; konsultasi dan
kerjasama. Manusia dalam hidupnya mempunyai dua hubungan yang erat, selain
hubungannya dengan Tuhan, yaitu hubungan dengan alam sekitar (trigatra) dan
Nasional juga ditentukan sampai seberapa kuat keadaan hubungan manusia dengan
pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh
rangka mewujudkan suatu kehidupan yang demokratis dan berkeadilan sosial yang
merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur, fungsi dan proses penyelenggaraan
18
nasional. Dalam Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB), maka
dan pengujian aturan dalam rangka mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Dalam
(TKM) dan Tata Politik Negara (TPN) yang merupakan tatanan luar serta Tata
Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana Pemerintahan (TLP) yang merupakan
tatanan dalam. Sifat nasional dari SISMENNAS meliputi cakupan keseluruhan aspek
administrasi negara.
pembangunan nasional yang bersifat strategis. Sesuai dengan amanat GBHN 1999,
(Propenas) yang ditetapkan oleh Presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh
19
penyelenggaraan pemerintah negara. Selama belum ditetapkan rencana pembangunan
pertimbangan tersebut, untuk tahun 2000 digunakan APBN yang telah disusun
kekosongan acuan seperti sekarang ini, Propenas disusun untuk kurun waktu tahun
2001-2005.
penyelenggara negara, elit politik dan pemuka masyarakat, termasuk didalamnya para
pemimpin informal untuk menyatukan visi dan bekerja keras dalam segala bidang
yang telah terkikis, bahkan hilang karena hanyut dalam eforia reformasi
Dalam rangka itu, para pemimpin informal harus terlebih dahulu mengerti, memahami
dan menghayati Visi, Misi dan Arah GBHN tahun 1999-2004, serta kaidah-kaidah
pelaksanaan operasionalnya.
20
BAB III
KONDISI PEMBERDAYAAN KEPEMIMPINAN INFORMAL SAAT INI
12. Umum
konflik, terbawa arus oleh pertentangan yang ada, ini nampak pada kasus-kasus
perhatian atau sorotan, pembicaraannya telah mendapat tanggapan dan respon dari
masyarakat. Hal ini menempatkan kepemimpinan informal lebih berada pada nuansa
moral, sehingga menuntut untuk mampu menjadi panutan. Dengan posisi demikian
maka keberadaan kepemimpinan informal saat ini perlu diberdayakan terutama dalam
NKRI.
21
secara umum. Secara sederhana pengertian kepemimpinan adalah seni, ilmu
(kemampuan seseorang) untuk mempengaruhi orang atau pihak lain agar mau
menuruti kemauannya.
unsur yang paling berkait. Pertama : unsur manusia, yaitu manusia yang memimpin
dan yang dipimpin; Kedua : unsur sarana, yaitu prinsip dan teknik kepemimpinan yang
digunakan; Ketiga : unsur tujuan, yaitu sarana yang hendak dicapai bersama. Dalam
luas, namun tidak memiliki legitimasi formal dan keterkaitan hukum dalam menerapkan
komunitas pemimpin yang diatur dengan hukum atau legitimasi formal, terwadahi oleh
suatu organisasi dan harus memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu serta masuk
dalam koridor penerapan reward and punishment. Peranan pemimpin formal terhadap
sugesti, larangan dan dukungan untuk menggerakkan atau berbuat sesuatu. Dengan
faktor status, keturunan, kekayaan, pendidikan, pengalaman dan kharisma serta jasa
22
a. Tokoh Agama, meliputi : wali, kiyai, ustadz, pastur, pendeta, biksu, alim
pengusaha, dll;
ditinjau dari aspek peran pemimpin informal dalam interkoneksitas dengan masyarakat
dan lingkungan, aspek legitimasi, serta aspek hubungan antara supra dan infra struktur,
antara lain :
tidak dapat melepaskan dirinya dari situasi serta kondisi yang mempengaruhi
cara berpikir, bersikap dan bertindak. Sebagai penyalur aspirasi rakyat maupun
ikut melaksanakan kontrol sosial terhadap berbagai ragam situasi dan kondisi
yang juga menjadi filter dari berbagai macam kondisi sosial yang tidak sesuai
23
Proses munculnya kepemimpinan informal dari masyarakat justru bermula
dalam situasi yang lebih baik walaupun secara terbatas melalui cara membujuk
Di sisi lain, ketika terjadi reformasi dan tuntutan masyarakat menjadi lebih
mereka telah goyah. Ini merupakan kenyataan sejarah yang tentunya menjadi
beban yang sangat berat untuk dipikul oleh para pemimpin informal itu, yang
selama ini telah berperan secara tidak sepatutnya sebagai pemimpin non
informal.
Apabila dikaji hubungan sebab akibat dari berbagai fenomena dan isu-isu
kualitas peran kepemimpinan informal saat ini. Dari ilustrasi di atas, maka dapat
mestinya.
b. Aspek Legitimasi
Pengakuan bagi para pemimpin informal pada dasarnya datang dari masyarakat
24
untuk menggerakkan atau berbuat sesuatu dalam memberikan pengaruh berupa
kepemimpinan informal tidak ada masalah karena sifatnya yang bottom up. Ini
penuh dari masyarakat yang dipimpinnya. Namun pada era orde baru sering
tertentu apabila pemimpin kelompok yang dipilih tidak sesuai dengan kehendak
pemerintah.
dua aspek, yaitu dari pribadi pemimpin serta dari kelompok sosialnya. Dalam
25
untuk memenuhi kepuasan batin, kepuasan jasmani dan bahkan tidak
disebabkan adanya perubahan sosial yang begitu cepat. Sehingga kultural fokus,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan dengan cepat beralih.
Hal ini antara lain disebabkan karena adanya migrasi antar daerah, urbanisasi,
dengan keinginan pemerintah saja yang dapat tumbuh dengan wajar. Sedangkan
26
yang membawa aspirasi yang bertentangan dengan keinginan pemerintah tidak
dengan kualitas interaksi seperti itu jelas tidak sehat, karena interaksi-interaksi
seperti hal yang biasa. Salah satu akibat langsung dari kondisi ini adalah
Nasional
27
Pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat,
dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek politik, ekonomi,
rakyat lahir dan batin, termasuk terpenuhinya rasa aman, tenteram dan adil serta
keselarasan hubungan antara manusia dengan TuhanNya, antara sesama manusia dan
pengendaliannya. Saat ini merupakan masa transisi dari pembangunan dengan nuansa
era Orde Baru ke nuansa Reformasi telah mengalami perubahan. Perubahan mendasar
antara lain adalah wujud peran kepemimpinan informal pada Orde Baru lebih banyak
hanya menerima saja, sedangkan era Reformasi menuju pada peran pemerintah yang
tatanan politik yang digunakan, di mana pada saat yang lalu pemerintah sebagai supra
struktur politik yang kuat. Disadari atau tidak posisi ini tidak menguntungkan bagi
28
pembangunan nasional. Demokratisasi yang sudah mendunia menuntut peran serta
pemimpin informal yang lebih besar dan mengurangi peran pemerintah (government)
keterlibatan secara aktif dan langsung kepemimpinan informal dalam berbagai kegiatan
budaya dan pertahanan keamanan, baik dalam skala kecil maupun besar sebagai
memahami dengan benar arti adanya perbedaan- pendapat dan sebaliknya yang
Pancasila yang digali dari kepribadian bangsa, telah diakui dan dibuktikan
Disadari atau tidak, nilai-nilai liberalisme yang datang dari barat telah
29
bernegara. Sebagai indikasinya adalah lunturnya sikap kegotong royongan dan
ini.
Proses reformasi dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia oleh para elit politik
pada masa lalu bahkan diwarnai rekayasa, dalam tekanan dan tidak berani
Saluran aspirasi yang pada jaman orde baru seolah-lah tersumbat, saat ini
terjadi perubahan yang luar biasa. Partai-partai politik yang ada bahkan
gerak.
30
Pers sebagai media kontrol, selama ini berada dalam posisi dilematis.
tersebut dituduh sebagai alat kontrol pemerintah terhadap pers yang dapat
baik. Harus diakui pada saat yang lalu pemerintah telalu ketat mengontrol pers,
pemborosan dan lain sebagainya, kondisi ini memperkuat rasa apatisme para
saat terjadi krisis, di mana industri besar mengalami kebangkrutan, justru usaha
memberikan arah dan bimbingan agar usaha kecil dan menengah sebagai wujud
peran serta pemimpin informal di bidang ekonomi mempunyai daya saing yang
tinggi. Konsep ekonomi kerakyatan yang digulirkan beberapa tahun lalu dapat
memberikan ruang yang cukup luas bagi peran pemimpin informal dalam
31
d. Pemberdayaan Kepemimpinan Informal di Bidang Sosial Budaya
Pada bidang sosial budaya, peran pemimpin informal masih sangat kental
menganggap budaya miliknya adalah yang paling benar dan baik. Masih terdapat
sikap eksklusifisme sosio kultural dari sekelompok kecil pemimpin informal kelas
pada masa lalu terkenal akrab dengan budaya gotong royong saat ini nampaknya
adanya penipisan. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh budaya lain. model-
daerah pedesaan mulai tidak nampak, tergeser dengan individu dan materialistik.
adalah pertama berkaitan dengan biaya, dan kedua adalah kesadaran atau
pandangan menatap masa depan. Biaya sekolah saat ini terbilang cukup tinggi,
Tingkat Atas, bahkan masih banyak yang putus selagi masih di Sekolah Dasar
dengan alasan membantu mencari nafkah orang tua. Di pedesaan masih banyak
masyarakat yang buta huruf, bahkan di wilayah timur Indonesia lebih banyak
lagi.
32
Pemberdayaan pemimpin informal dalam bidang sosial budaya saat ini
Keamanan
khususnya bela negara masih rendah. Upaya bela negara bagi pemimpin informal
masih ditafsirkan keliru, sehingga menimbulkan pro dan kontra, sebagai contoh
menolak, hal ini merupakan indikasi sikap curiga pemimpin informal terhadap
kultur, struktur dan doktrin masih belum diterima secara wajar oleh simpul-simpul
anarkhis.
33
a. Hilang atau rendahnya kepercayaan masyarakat khususnya
pembangunan nasional.
kehilangan jejak.
34
f. Hubungan tali silahturahmi atau ikatan tali persaudaraan dan tali
35
BAB IV
PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
16. Umum
lingkungan strategis.
Akibat dari dampak perkembangan lingkungan strategis serta fenomena yang sedang
dan bernegera. Di sisi lain pada era refomasi, Indonesia selalu melakukan interaksi
dengan perkembangan global dan regional menjadi kekuatan-kekuatan yang baru yang
tidak mengenal batas negara dan mengalir dari satu kawasan ke kawasan yang lain
dengan kecepatan canggih, Indonesia tidak bisa mengelak dari dampak baik positif
maupun negatif akibat arus informasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka langkah-
mitra kepemimpinan formal, tidak akan terlepas pula dari variabel kecenderungan
pembangunan bangsa pada saat ini, tepatnya sebagai sumber inspirasi untuk
36
menyelesaikan segala krisis yang sedang melanda bangsa ini. Atau bisa menjadi
sumber krisis yang tidak terselesaikan oleh ketahanan nasional kita yang berupa
harus dapat terdeteksi dan teridentifikasi sejak dini guna mengatasi peluang dan
hubungan antara negara makin nampak saling membutuhkan satu sama lain sehingga
dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Hal ini juga berpengaruh pada
masyarakat non formal selaku komunitas kepemimpinan informal sebagai mitra subjek.
yang apabila dicermati berbagai kecenderungan yang berkembang akan terasa bahwa
perubahan yang terjadi itu tidak berdiri sendiri, maupun merupakan suatu rangkaian
Lingkungan strategis merupakan suatu kondisi yang selalu berubah setiap waktu yang
meliputi kondisi global, serta nasional yang berdampak dalam kelangsungan kehidupan
37
berbagai bangsa dan negara. Perubahan tersebut saat ini dirasakan semakin cepat
komunikasi dan informasi, tetapi yang paling penting adalah bahwa proses
globalisasi terutama didorong oleh berbagai keputusan politik baik pada level global
manfaat dan kerugian yang kurang adil. Ketidak seimbangan ini telah menyebabkan
besar dari proses tersebut dan sekelompok negara yang mengalami kerugian.
domestik. Dalam keadaan kondisi demikian, negara seolah-olah tidak lagi otonom
kehidupan dunia.
Atas dasar hal-hal seperti tersebut diatas, issue-issue global di bidang HAM,
demokratisasi dan lingkungan hidup melanda di seluruh dunia dan seolah-olah sudah
38
mengembangkan pengaruhnya cenderung melakukan upaya-upaya dengan bentuk
menerapkan issue global tersebut bahkan dapat berlanjut dengan diterapkannya sanksi
kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. Khususnya krisis moneter yang
dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi yang selama ini
menakjubkan di kawasan ini masih memiliki kelemahan sehingga perlu restruksi dan
tersebut juga akan membawa dampak terhadap negara sekitarnya seperti Filipina,
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) atau ASEAN, telah membawa pengaruh
39
yang sangat signifikan terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
pembangunan nasional.
kepemimpinan informal. Kondisi objektif tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu :
Aspek Geografi
dan dua benua, serta di lintasi selat-selat penting yang merupakan jalur lalu
Sebaliknya, aspek negatif akan timbul apabila Indonesia tidak dapat menjaga
40
maka dampak yang ditimbulkan adanya campur tangan, intervensi sampai
terbentang dari Sabang Merauke, dengan jumlah pulau + 17.845, dan 2/3 bagian
wilayah terdiri dari laut, telah menimbulkan beragam potensi dan tantangan
Aspek Demografi
Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2004 telah mencapai + 220
juta jiwa merupakan modal dasar yang sangat potensial untuk melaksanakan
jawa, serta kualitas pendidikan maupun sosial ekonomi sebagian besar masih
sangat beragam dan sangat melimpah serta bervariasi pada setiap daerah, yang
41
sumber kekayaan alam tersebut juga dapat mengundang masyarakat negara
asing untuk memanfaatkannya secara tidak sah apabila negara Indonesia tidak
pengawasannya.
Aspek Ideologi
warga bangsa Indonesia. Hal ini misalnya dapat dilihat dari adanya kesepakatan
untuk tidak merubah Pembukaan UUD 1945. namun di balik semua ini masih ada
Aspek Politik
menimbulkan kerugian harta dan jiwa yang tidak sedikit. Disamping itu, berbagai
42
tuntutan masyarakat semakin bermuncunlan dan menetapkannya sebagai
agenda reformasi.
unjuk rasa, dan lain sebagainya relatif dibebaskan dan diatur dengan undang-
undang Nomor 22/1999 tentang otonomi daerah dan nomor 25 / 1999 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Namun disisi lain masih terdapat
beberapa daerah (Aceh, Riau dan Irian Jaya) yang sebagian masyarakatnya
menutut untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
Aspek Ekonomi
mengingat masih lemahnya nilai tukar rupiah dengan mata uang asing (US $),
43
walaupun berbagai kebijakan pemerintah telah menimbulkan peluang yang
membiarkan dengan sistem pasar, serta disisi lain memberikan otonomi kepada
dikalangan masyarakat.
hubungan batin antar golongan, antar suku, angar agama bahkan terhadap
pemerintah).
lalu. Penyelesaian masalah yang diwarnai oleh rekayasa politik, perlu dibenahi
44
terbesar baru sampai tingkat konsepsi. Akibat krisis politik, ekonomi, hukum,
rasa aman masih belum pulih sepenuhnya dan hal ini ditandai belum pulihnya
Pemilu 2004. walaupun POLRI dipisahkan dari TNI, namun hujatan-hujatan yang
kepada aparat keamanan masih sering muncul dengan dalih pelanggaran HAM.
Hal tersebut mambuat TNI dan POLRI ekstra hati-hati dan kelompok-kelompok
kesempatan.
a. Peluang
45
sebanyak-banyaknya, sesuai dengan kemampuan daya nalar masing-
masing.
Toleransi kehidupan antar sesama umat beragama, suku, ras dan antar
golongan cukup baik, hal ini merupakan soko guru tetap tegaknya NKRI
46
Selain itu kemanunggalan antar TNI - Rakyat pasca reformasi semakin
b. Kendala
nasional.
47
4) Bahaya disintegrasi yang di wujudkan oleh konflik vertikal antara
48
MPR No. VIII / 2000, sehingga terkesan TNI masih menjadi alat
49
BAB V
YANG DIHARAPKAN
21. Umum
sebelumnya, maka perlu adanya suasana yang kondusif dalam berbagai aspek
tidak mungkin dihilangkan sama sekali namun tetap harus diupayakan untuk dapat
diminimalkan agar tetap berada dalam batas-batas toleransi. Sehubungan dengan hal
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses
tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa
pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses
yang panjang.
Ada pemimpin yang sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah
tugas, pendorong yang kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai
kepemimpinan yang tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi
50
memberikan saran, mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta
mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut
dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker
mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin
terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok
karena berbagai hal maka kondisi kepemimpinan informal saat ini masih perlu
pemerintah untuk memantapkan stabiltais politik sehingga pada gilirannya akan dapat
51
tetapi ia memiliki sejumlah kualitas unggulan sehingga ia dapat mencapai kedudukan
sebagai orang yang mampu berperan untuk mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku
suatu kelompok atau masyarakat. Oleh karenanya, apabila ingin tetap bertahan,
tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan jaman, maka konsep kepemimpinan informal
nasional yang sesuai dengan era reformasi yang sedang dijalankan bangsa Indonesia
dewasa ini.
good leader is a good follower. Mungkin ini sejalan dengan prinsip kepemimpinan
tradisional yang bersemboyan, ing ngarso sung tulodo, ing madya mbangun karso, tut
wuri handayani. Jadi, pemimpin perlu berperan di depan, bersama, dan di belakang
pengikutnya.
Pemimpin dalam perjalanan selalu belajar untuk menjadi yang terbaik dan
belajar untuk mengikuti ajaran dan petunjuk dari pemimpin yang lebih besar.
tujuh atau bahkan empat. Dengan menjadi follower, seorang pemimpin dapat
mengetahui sejauh apa tingkat kepemimpinannya dan siapa saja yang dipimpinnya.
Kalau kita menengok dari sisi agama maka setiap agama memiliki pemimpin yang
patuh pada pemimpin yang lebih besar dari mereka. Prinsip ini pernah dijelaskan oleh
52
Untuk menjadi panutan sebagai seorang pemimpin yang baik harus memiliki
menjembatani antara pemimpin dengan yang dipimpinnya. Irham Dilmy (partner dari
baik. Kekuatan dari seorang pemimpin adalah seberapa kuat para pengikutnya setia
pada diri pemimpin ini. Pemimpin yang baik juga memiliki visi jelas akan masa
depannya.
sebaiknya kita lihat beberapa gaya kepemimpinan. Dalam buku Strategy for Success,
Jim Dornan dan John Maxwel menyimpulkan ada lima gaya. Pertama, ada pemimpin
adalah tindakan yang cepat. Kedua, gaya musyawarah, sangat menjunjung tinggi
keuntungan bagi semua pihak. Hasil yang didapat adalah kemandirian organisasi yang
tertinggi. Pemimpin dengan gaya ini selalu mengambil kemampuan yang dimiliki dan
memberikannya pada pengikutnya. Gaya pemimpin ini memiliki visi luas dan jauh ke
tersebut.
53
Ibaratkan sebuah bisnis, Indonesia adalah perusahaan besar yang memiliki
sumber daya dan kemampuan produksi tidak terbatas. Karena itu, untuk menjalankan
perusahaan ini, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang sedikitnya memiliki kelima
(empowerment).
diharapkan ditinjau dari aspek peran pemimpin informal dalam interkoneksitas dengan
masyarakat dan lingkungan, aspek legitimasi, serta aspek hubungan antara supra dan
Bertolak dari konsep kepemimpinan informal saat ini dan diharapkan pada upaya
harapan. Dalam hal ini tolok ukur yang digunakan terbatas pada lingkungan
pada :
1) Komunitas Keagamaan.
54
Kontribusi kelompok kepemimpinan informal lingkup keagamaan
nasional.
55
masyarakat adat daerahnya sebagai bagian melekat dan tak terpisahkan
3) Komunitas Lainnya
b. Aspek Legitimasi
tapi terutama karena aspek legitimitas. Artinya, walaupun tak ada kongres atau
56
Tapi rakyat mencium tangannya dengan hormat dan tulus. Padahal tidak
Tidak pula diiringi ajudan, yang siap membawakan semua benda, dari tas
pemimpin formal. Tapi tidak untuk menjadi seorang pemimpin informal. Sebab
seorang pemimpin informal itu ditetapkan oleh rakyat bukan dengan surat suara,
tapi dengan kata hati, dengan suara batin. Ikatan antar mereka tidak diatur
secara resmi, tapi lahir secara spontan karena ada rasa hormat dan cinta yang
tidak dipaksa-paksa.
57
2) Kepemimpinan informal diharapkan mampu berperan sebagai
pembangunan nasional.
dan tanggung jawab kepemimpinan informal itu sendiri, yang secara eksplisit
peran dan tanggung jawab tersebut tidak diatur secara resmi dalam suatu
58
kebijaksanaan dan program pembangunan yang akan disusun lebih
diperlukan sekarang adalah konsep kepemimpinan tokoh informal yang berdasar pada
perilaku yang mengutamakan keluaran (output), partisipasi total dari seluruh elemen
masyarakat, upaya perbaikan terus menerus serta pembentukan jaringan sosial antara
Nasional
Peran kepemimpinan informal yang baru, menyatakan bahwa tidak akan ada lagi
sistem hierarkhi yang kaku dan kepemimpinan yang terisolir. Para tokoh-tokoh
informal yang paling dekat pada suatu situasi, dialah yang paling tahu bagaimana
59
dimiliki oleh setiap tokoh informal dan partisipasi setiap elemen masyarakat
berbagai program pemerintah dan ketentuan hukum yang berlaku, serta mampu
terwujud hubungan timbal balik yang harmonis dan saling menguntungkan dalam
kondusif dan mampu memobilisasi potensi masyarakat yang kondisif dan mampu
pembangunan nasional.
sasaran-sasaran tertentu yang ditetapkan oleh para pemimpin atau tokoh informal,
60
sebab kondisi lingkungan berubah dengan cepat sehingga sasaran atau target juga
pemimpin yang memiliki visi atau bayangan masa depan, yang bisa menjadi kompas
petunjuk arah bagi masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kepekaan terhadap kondisi
dan ditingkat nasional serta ditingkat lokal, yang di dukung oleh kemampuannya
menjadi lebih maju. Di tingkat daerah, kepemimpinan tokoh informal yang memiliki visi
hal esensial yang harus dimiliki oleh pemimpin informal, bahkan satiap individu yang
mau berhasil. Karena misi membuat orang menjadi lebih mengetahui mengapa ia
melakukan sesuatu. Misi dalam kepemimpinan informal mempunyai dua tujuan, yaitu
mengikat seluruh tatanan ke arah suatu tujuan, dan membuat tiap orang bersemangat
jelas unatuk menuntun semua elemen masyarakat pada arah yang sama.
61
Model kepemimpinan yang berbasis pada pemberdayaan manusia merupakan
reformasi dari sistem kekuasaan berdasar jabatan (position power) menjadi kekuasaan
rakyat (people power). Pada model ini unsur kepemimpinan bersama (power sharing)
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang jelas harus didistribusikan kesemua
partisipatif , kreatif dan responsive. Model kepemimpinan informal yang baru ini akan
lebih kuat dan efektif bila didukung oleh organisasi supra dan infra struktur yang datar
dan fleksibel serta tim kepemimpinan yang interaktif dan dihubungkan oleh jaringan
maka para tokoh informal terbatas dari berita masalah-masalah rutin, sehingga dapat
lebih memfokuskan pada masalah-masalah yang lebih besar, antara lain menciptakan
situasi yang kondusif, merumuskan visi, serta membangun masyarakat menuju konsep
NKRI
Para pemimpin dituntut untuk memiliki ketajaman visi, agar senantiasa dapat
Oleh karena itu, tokoh informal selalu diasumsikan memiliki kelebihan dibanding
62
kelebihan-kelebihan tersebut lazaimnya diukur dari kemampuan sang tokoh memimpin
mulai terbuka di daerah-daerah di hampir seluruh pelosok tanah air dan tatanan-tatanan
sosial di daerah juga bersentuhan dengan dunia yang dianggap modern, ukuran-ukuran
untuk menentukan kelebihan atau keunggulan para tokoh informal pun menjadi lebih
tokoh pada masa sekarang juga diukur oleh faktor-faktor lainnya. Misalnya, prestasi di
ukuran-ukuran baku yang berlaku baik didalam tatanan masyarakat yang masih
tradisonal maupun pada masyarakat yang sudah bersentuhan dengan dunia modern.
Harkat dan martabat lebih banyak berkaitan dengan perilaku, etika, moralitas,
kondisi psikologis, serta tingkat ketaatannya dalam menjalankan agama. Jika seorang
ketokohannya tidak akan diragukan dan jika yang bersangkutan aktif menjadi pemimpin
63
informal, kepemimpinannya pun menjadi makin efektif. Sebaliknya, seandainya salah
satu saja dari ukuran untuk menetukan harkat dan martabat dilanggar, maka jatuhlah
wibawanya, sebagai tokoh apalagi sebagai pemimpin informal. Maka, harkat dan
martabat seorang tokoh menjadi ukuran yang tidak bisa ditawar lagi, jika sang tokoh
hendak dijadika pemimpin informal, lebih-lebih lagi jika dikaitkan dengan upaya
kepemimpinan yang kondusif yang akomodatif dalam arti mampu menciptakan kondisi
64
BAB VI
25. Umum
perlu senantiasa dikaji dan ditingkatkan yang didasarkan pada paradigma nasional dan
65
demikian, dalam mempertahankan keutuhan NKRI perlu didukung dengan tekad,
bernegara adalah sangat diperlukan oleh komponen pemimpin informal. Hal ini sesuai
tatanan wilayah (propinsi dan daerah) dan tatanan fungsional lainnya yang maju serta
keseimbangan.
format tersebut diarahkan pada aspek peran kepemimpinan informal guna mendorong
26. Kebijaksanaan
Peran kepemimpinan informal yang efektif secara garis besar harus memenuhi nilai-
nilai universal kepemimpinan Abad 21, yaitu memiliki kemampuan proaktif terhadap
Sementara itu dari tujuan peran kepemimpinan informal saat ini adalah
66
interkoneksitasnya dengan masyarakat dan lingkungan, hubungan supra dan infra
struktur serta legitimasi yang didapat belum optimal. Peran yang menonjol yang
meningkatkan peran kepemimpinan informal bukan suatu hal yang mudah, karena
pola pikir, pola sikap dan pola tindak dari para pemimpin informal dalam interaksi sosial
dipimpinnya.
67
serta mampu mengatasi berbagai tantangan bangsa Indonesia dimasa
mendatang.
informal harus dapat terjadi secara progresif dan terukur sebagai mitra
68
pembentukan watak bangsa (nation character building) serta prakteknya dalam
atau antar kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, tetapi juga
berikut :
27. Strategi
Sesuai dengan arah kebijaksanaan tersebut, strategi yang dipilih dari hasil analisa
69
c. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah.
28. Upaya-upaya.
sehingga menjadi suri tauladan bagi kelompoknya dan masyarakat. Upaya yang
dilakukan :
plural.
70
pemimpin yang dikehendaki rakyat, serta peran kepemimpinan tokoh
informal di daerah. Program ini diwujudkan dalam pola sikap dan pola
dilakukan :
71
1) Pemerintah, lembaga pendidikan dan tokoh masyarakat melalui
pemimpin tokoh informal untuk mengukur kualitas peran masa lalu dan
72
1) Pemerintah, DPR dan tokoh masyarakat, melalui metode
hukum agama serta nilai-nilai budaya daerah, sebagai bagian dari aspirasi
oleh masyarakat.
73
mengutamakan kepentingan nasional atau negara diatas kepentingan
pribadi dan kepentingan golongan atau kelompok. Sikap yang demikian itu
kepemimpinan informal adalah memiliki pola pikir, pola sikap dan pola
kelompoknya.
74
masyarakat, dan mencegah konflik vertikal dan horisontal dalam rangka
Dengan upaya yang dilakukan sebagaimana tersebut diatas, maka para tokoh
75
BAB VII
PENUTUP
29. Kesimpulan
tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain dalam pola yang kompleks.
bersifat multi dimensi. Oleh karenanya, diperlukan cara pandang baru dengan
penyelenggaraan pembangunan.
76
d. Pelaksanaan Otonomi Daerah relatif rentan terhadap keinginan sebagian
daerah untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, oleh
30. Saran
pemimpin formal dan informal lain dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
kelembagaan kemasyarakatan.
pembangunan nasional.
77
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, 2002,
7. Kansil, C. ST, Drs, SH, dan Julianto, Drs, MA, Sejarah Perjuangan Pergerakan
Jakarta, 2002.
78
12. Lembaga Informasi Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
13. Lerrick, M. SH, Mayjen TNI (Purn), Strategi Kepemimpinan Nasional Di Era
Keterbukaan, Jakarta
14. Marsudi Eko, Drs, Kepemimpinan Pancasila Suatu Eksplorasi Pedornan Bagi
15. Musakabe Herman, Pemimpin dan Krisis Multidimensi, Yayasan Citra Insan
20. Silalahi Tb. SH, Dr, Mayjen TNI (Purn), Berfikir Integralistik dengan Pendekatan
Ketahanan Nasional
21. Silalahi Tb. SH, Dr, Mayjen TNI (Purn), Leadership, Lemaga Ketahanan
79
22. Siswomihardio Koentowibisono, Pancasila Aliran Filsafat Positivisme
2002.
23. Siagian P. Sondang, Prof, Dr, MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Bineka
24. Soakanto Soerjono, Prof, Dr, MPA, Hukurn Adat Indonesia, Rajawali,
25. Soedarsono Soemarno Brigjen TNI (Purn), Character Building, PT Elex Media
26. Sodarsono Soemarno Brigjen TNI (Purn), Ketahanan Pribadi & Ketahanan
1997
27. Suyatno Adi, Bc, IP, SH, Moral dan Etika Kepemimpinan Merupakan Landasan
29. Wirawan Dr, MSc, Sp.A, Teori Kepemimpinan Pengantar untuk Praktek dan
80