Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem Just-in-Time merupakan sistem produksi yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, biaya dan waktu secara efektif dan efisien. Sistem ini
mengedepankan penghematan dalam segala hal untuk memperkecil pemborosan.
Pemborosan-pemborosan ini biasa datang dari berbagai aktivitas produksi yang
tidak menghasilkan nilai tambah atau nilai guna pada barang yang diproduksi.

Dalam penelitian ini peneliti ingin menilai bagaimanakah penerapan sistem


Just-in-Time di PD. Taru Martani apakah sudah efektif dan efisien atau belum
dalam penerapannya.

1.2. Profil PD. Taru Martani


Taru Martani merupakan perusahaan daerah Yogyakarta yang bergerak di
bidang manufaktur, yang memproduksi cerutu dan shag. Perusahaan ini didirikan
tahun 1918 dan sudah menghasilkan berbagai jenis cerutu dan shag. Tidak hanya
dipasarkan di dalam negeri, perusahaan ini juga merambah pasar luar negeri
seperti Belanda, Belgia, Jerman, Amerika, India dan negara lainnya. Beberapa
produk yang diproduksi untuk kebutuhan pasar luar negeri, misalnya;
Cigarillos/Treasure, Extra Cigarillos, Senoritas, Panatella, Lim Panatella, Half
Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal, Perfecto,
Rothschild, dan Churchill.
Saat ini ada tiga (3) jenis formulasi campuran cerutu yang diproduksi.
Pertama, jenis Natural Cigar, yang merupakan campuran dari beberapa jenis
tembakau murni tanpa diberi rasa tambahan. Sedang bagi konsumen yang ingin
menikmati tembakau dengan saus atau aroma lain dapat memilih tipe Flavour
Cigar. Dan terakhir, jenis Mild Cigar, diperuntukan bagi konsumen yang
membutuhan jenis tembakau yang lebih ringan.
Bahan baku unggulan yang digunakan perusahaan ini berasal dari Indonesia.
Satu dari banyak jenis tembakau yang diproduksi dipasok dari Besuki, Jember,
Jawa Timur. Tembakau ini dikenal dengan nama Java Besuki, memiliki rasa yang

1
menonjol dan berwarna coklat kehitaman. Jenis tembakau ini digunakan sebagai
pembungkus dalam (omblad) dan pembungkus luar (dekblad) cerutu. Sedangkan
untuk isi (filler) digunakan tembakau Java Besuki yang telah dicampur dengan
tembakau dari Havana dan Brasil. Seluruh proses pembuatan Cerutu
menggunakan tangan, dengan ketelitian tinggi, sehingga menghasilkan karya
terpilih.
Dalam harian Tempo Bisnis tanggal 29 Juni 2015 dituliskan bahwa PD. Taru
Martani mengalami penurunan pendapatan dibandingkan tahun 2014 lalu.
Penurunan tersebut dinilai terjadi karena adanya kondisi pasar dunia, yang
memperketat kebijakan pembatasan masuknya cerutu ke negara-negara ekspor.
Karenanya diperlukan langkah signifikan untuk membuat proses produksi lebih
efisien.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Persediaan dan Manajemen Produksi Just-in-Time


Alat manajemen kos yang paling banyak digunakan didalam manufaktur
adalah sistem Just-in-Time. Dimana dalam proses pemproduksian, material dibeli
dan produk diproduksi hanya ketika dibutuhkan. Tujuan utama dari sistem
produksi Just-in-Time adalah untuk mengurangi atau menghilangkan persediaan
disetiap tingkatan produksi, baik dari bahan baku mentah hingga menjadi barang
jadi. Sistem Just-in-Time sendiri awalnya dipopulerkan oleh Toyota, dimana
terdapat banyak kisah kesuksesan oleh perusahaan-perusahaan besar yang
mengadopsi pendekatan Just-in-Time ini.
Menurut Ronald W. Hilton (2008:236) Beberapa kunci dari pendekatan Just-
in-Time menurut ahli produksi sistem :
1. A smooth, uniform production rate. Tujuan penting dari sistem Just-in-
Time adalah untuk membuat aliran produksi yang lancar, yang dimulai
dengan masuknya bahan baku dari pemasok dan diakhiri dengan
pengiriman barang jadi kepada konsumen.
2. A pull method of coordinating steps in the production process.
Kebanyakan manufaktur memiliki beberapa tingkatan proses. Karenanya
Pull method dianjurkan dalam sistem Just-in-Time. Pendekatan dengan
metode ini ditujukan agar setiap tingkatan produksi hanya dilakukan
ketika dibutuhkan oleh bagian/proses lain dari tingkatan produksi.
Sehingga ada pengurangan dan pengeliminasian persediaan barang dalam
proses diantara tahapan produksi.
3. Purchase of materials and manufacture of subassemblies and products in
small lot sizes. Ini merupakan bentuk pengembangan dari Pull Method
dalam perencanaan produksi. Dimana bahan baku dibeli dan produk jadi
hnya diproduksi sesuai kebutuhan dibandingkan ditumpuk didalam
gudang.

3
4. Quick and inexpensive setups of prodution machinery. Perusahaan harus
mampu mempersiapkan proses produksi yang cepat agar lebih efektif dan
efisien dalam pengerjaan proses produksinya.
5. High qualitu levels for raw material and finished products. Karena bahan
baku baru akan dipesan ketika akan melakukan proses produksi, sehingga
bahan baku yang digunakan adalah bahan baku yang memiliki kualitas
yang tepat. Sehingga dengan bahan baku yang berkualitas tentu
menghasilkan produk yang berkualitas juga.
6. Effective preventive maintenance of equipment. Melakukan pencegahan
terhadap kerusahaan peralatan ataupun mesin produksi dengan perawatan
rutin dapat membantu dalam pengurangan kos. Sistem Just-in-Time sendiri
mengharuskan perusahaan untuk tepat waktu dalam pengerjaan
permintaan dari konsumen. Sehingga, jika mesin produksi rusak tentu
akan menambah biaya dan waktu.
7. An atmosphere of teamwork to improve the production system.
Membangkitkan semangat kerja dan minat untuk meningkatkan performa
kerja akan sangat baik bagi perusahaan.
8. Multiskilled workers and fleksible facilities. Peralatan yang dimiliki
perusahaan harus fleksibel untuk memproduksi beberapa jenis produk atau
tipe produk. Pekerja yang mampu mengoperasikan beberapa mesin juga
dirasakan perlu. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan membuat grup mesin kedalam satu cells atau ruangan
sehingga dapat memaksimalkan sistem kerja produksi.
Dari keseluruhan kunci yang dipaparkan diatas, hal terpenting dalam sistem
Just-in-Time tersebut adalah bagaimana agar mengurangi proses yang tidak
menambah non-value-added cost bagi perusahaan dalam setiap tahapan
produksinya. Sehingga didapat efektifitas dan efisiensi dalam mengatur cost yang
terjadi selama proses produksi.

4
2.2. Pembelian dalam sistem Just-in-Time
Ada 5 kunci untuk Pembelian didalam sistem Just-in-Time:
1. Membeli hanya dari beberapa pemasok.
2. Kontrak jangka panjang kepada pemasok.
3. Bahan baku dan bagian-bagian lain yang diperlukan dalam sistem
produksi datang tepat sebelum proses produksi dilakukan.
4. Hanya diperlukan sedikit inspeksi untuk pemeriksaan kualitas bahan
baku, karena pemasok telah bertanggung jawab penuh akan barang yang
mereka kirimkan. Hal ini terkait dengan kontrak jangka panjang kepada
pemasok yang sudah dibuat sebelumnya yang mengatur akan kualitas
barang yang dikirim oleh pemasok.
5. Melakukan pembayaran dalam bentuk grup (dalam bentuk batch) kepada
pemasok.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Sistem Produksi


Proses produksi yang saat ini dimiliki PD. Taru Martani memiliki 3 tahapan,
yaitu:
1. Persiapan
Dalam proses persiapan, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku
dari pemasok. Sebelumnya juga dilakukan pengecekan kembali keperluan bahan
baku yang dibutuhkan oleh bagian gudang.
Saat pemesanan, juga disertai spesifikasi kualitas dari jenis tembakau yang
diperlukan. Jenis kualitas tersebut dipisahkan berdasarkan kualitas cerutu yang
akan dibuat. Pemisahan ini dilakukan oleh pemasok, karena akan dibungkus atau
disimpan dengan perlakuan khusus untuk menjaga kualitas bahan bakunya.
Kemudian bahan baku yang sudah diterima dari pemasok, dipisah
berdasarkan kualitas dan ukuran. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam
memproduksi cerutu:
a. Omblad, yaitu pembungkus dalam cerutu, dimana bentuknya lembaran
dan tidak perlu terlalu bagus, artinya tidak masalah jika potongan tidak
teratur.
b. Dekblad, yaitu pembungkus luar cerutu. Bentuk dekblad harus dalam
kondisi baik dan tanpa cacat, karena merupakan bagian terpenting dari
penampilan cerutu. Karena itu penyimpanan dekblad perlu dijaga
dengan baik, mengingat kualitas pembungkus akan menentukan value
dari cerutu yang diproduksi.
c. Filler, yaitu isi cerutu. Biasanya filler terdiri dari beberapa jenis
tembakau yang sudah dipotong-potong. Jika tembakau sisa dari
omblad dan dekblad masih ada, maka akan dimasukkan ke dalam
campuran ini.

6
Setelah dilakukan pemisahan dan pemprosesan, bahan baku akan disimpan
menjadi persediaan oleh perusahaan di gudang dan menunggu hingga
masuk ke Proses Pemprosesan.
2. Pemprosesan
Ada dua jenis barang yang dihasilkan dalam tahapan pemprosesan, yaitu:
a. Kepompong
Merupakan barang setengah jadi dari proses penggabungan antara
filler dan omblad. Kepompong yang sudah jadi akan dipress, kemudian
disimpan kembali untuk dilanjutkan ke proses pelintingan.
b. Pelintingan
Merupakan barang setengah jadi dari proses pembungkusan
kepompong dengan dekblad.
3. Pengemasan
Dalam proses pengemasan, hasil pelintingan, yaitu barang setengah jadi
yang siap untuk diberikan atribut tambahan seperti pita cukai, logo, label,
dan dikotakkan, hingga menjadi produk yang siap jual atau ekspor.

Setiap divisi memiliki cost sendiri yang harus ditanggung, seperti biaya
tenaga kerja langsung. Hal lain yang menjadi biaya bagi perushaan di antaranya
adalah biaya overhead yang melekat selama proses penyimpanan. Misalnya
penggunaan bahan kimia agar tembakau tidak dirusak oleh serangga, juga biaya
untuk menjaga kelembaban tembakau, dan persediaan sehingga tidak berjamur.
Dalam tiap proses, divisi produksi tidak memiliki biaya transfer, karenanya
seluruh biaya dinilai sebagai full costing.

7
3.2. Hasil Observasi dan Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, PD. Taru Martani
menerapkan sistem Just-in-Time dalam melaksanakan produksinya. Karena
mereka melakukan produksi berdasarkan pesanan saja, dan jika stok persediaan
cerutu atau shag untuk dalam negeri yang dijual di toko mereka sudah dibatas
minimum.

3.3. Persediaan
Bahan baku utama yang merupakan inti produksi adalah tembakau. Sehingga
menjaga kualitas bahan baku menjadi sangat penting. Karena itu biasanya mereka
melakukan pemesanan dalam jumlah banyak untuk kebutuhan produksi di masa
yang akan datang, dengan rentang waktu dekat (kurang dari satu tahun). Hal ini
disebabkan kondisi tembakau yang sangat dipengaruhi oleh cuaca, kondisi tanah,
hama dan faktor lainnya. Sehingga ada kemungkinan, kualitas yang saat ini
dipesan sama dengan kualitas di masa yang akan datang. Namun dengan kurun
waktu dekat akan berbeda, karenanya perusahaan memutuskan untuk melakukan
penyimpanan sendiri agar lebih terkontrol kualitasnya.
Berdasarkan keterangan tersebut, sistem Just-in-Time yang dipakai saat ini
terbilang kurang efisien. Dimana perusahaan menumpuk persediaan di gudang.
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap jumlah beban, dan mengurangi profit
bagi perusahaan. Untuk penyimpanan bahan baku, barang dalam proses, maupun
barang jadi, juga memiliki cost tambahan karena menggunakan bahan kimia untuk
menjaga agar tembakau tidak dirusak oleh serangga, serta menjaga kelembaban
agar tidak berjamur ataupun kering. Semakin lama persediaan disimpan, maka
akan semakin mahal juga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

3.4. Produksi
Dari alur produksi yang sudah dibahas sebelumnya, ada tiga proses yang
dilakukan pada proses produksi.

8
1. Proses Persiapan
Dalam proses ini, bagian persiapan akan langsung bekerja saat bahan baku
diterima. Ketika bahan baku diterima, bagian persiapan akan langsung
melakukan pemisahan berdasarkan kualitas dan ukuran.
Selanjutnya untuk bahan baku yang akan dijadikan omblad dan dekblad di
rowek, yaitu pemisahan sulur/jari-jari dari daun tembakau sehingga tidak
mengurangi kualitas cerutu. Setelah dilakukan proses rowek, masing-masing
omblad dan dekblad diukur dan ditimbang, kemudian dipisahkan dan
disimpan dalam gudang untuk menjadi persediaan.
Sedangkakan untuk proses persiapan filler, beberapa bahan sisa olahan
omblad dan dekblad ini, akan dicampur dengan bahan baku lain yang sudah
potong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Salah satu kelemahan dalam
proses filler adalah tidak dilakukan pengukuran secara terperinci, berapa
takaran per masing-masing bahan baku untuk membuat filler. Sehingga cost
filler tidak dapat ditentukan secara pasti.
2. Pemprosesan
Pemprosesan merupakan salah satu bagian yang menjadi kelemahan dalam
proses produksi di PD. Taru Martani. Sebelum memproduksi kepompong,
bagian Pemprosesan akan mengambil persediaan dari bagian persiapan.
Dalam pengambilan persediaan berupa omblad, dekblad, dan filler, masih
tidak sesuai dengan kebutuhan. Sehingga ada beberapa persediaan yang
sebenarnya tidak diperlukan, tetap diambil dari gudang. Sisa ini kemudian
tidak terlacak oleh bagian gudang.
Untuk proses pembuatan kepompong, takaran yang digunakan tidak
mengikuti standar yang ditetapkan sebelumnya. Takarannya masih
berdasarkan perkiraan dari karyawan pembuat cerutu. Hal ini akan
mempengaruhi nilai cost per produk yang dihasilkan oleh bagian
pemprosesan. Begitu juga dengan proses pelintingan.

Dalam implementasinya, PD. Taru Martani masih tidak tepat dalam


menentukan cost per produk, serta kesulitan dalam melacak sisa persediaan yang

9
digunakan dalam proses pembuatan kepompong. Selain itu, standar per produk
yang ditetapkan perusahaan, tidak berjalan baik. Proses pembuatan sendiri masih
menggunakan sistem manual, menyebabkan takaran masih disesuaikan dengan
perkiraan karyawan yang bertanggung jawab pada bagian pemprosesan.
Masalah utama yang terjadi dalam proses produksi adalah penakaran yang
tidak sesuai dengan standar, sehingga berpengaruh terhadap penentuan cost per
produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil wawancara, bagian keuangan
menyatakan bahwa jumlah cost yang dibebankan per produk saat ini hanya
dikisaran harga ribuan rupiah saja, namun jika ditelusuri lebih jauh, bisa jadi cost
per produk mencapai sebesar puluhan ribu rupiah.
3. Pengemasan
Untuk sistem pengemasan, barang yang diambil dari bagian pemprosesan
adalah hasil pelintingan. Proses ini tidak banyak berbeda dari standar yang
telah ditetapkan.

3.5. Tenaga Kerja Langsung


Hal lain yang menjadi masalah adalah beban penggajian yang diterapkan oleh
perusahaan. Biaya tenaga kerja saat ini diklasifikasikan sebagai mix cost karena
perusahaan memberikan gaji pokok (fixed cost) kepada pegawai yang
memproduksi cerutu, baik ada atau tidaknya proses produksi, serta menambahkan
gaji tambahan (variabel cost) per cerutu yang diproduksi oleh mereka. Sehingga
beban penggajian terbilang cukup besar dan masih belum sebanding dengan
produktifitas saat ini.

3.6. Harga Pokok Penjualan (HPP)


Harga Pokok penjualan adalah segala cost yang timbul dalam rangka
membuat suatu produk siap jual. Sehingga seluruh cost yang terlibat dalam proses
pembuatan, atau yang dihubungkan langsung dengan pendistribusian barang
dagang untuk siap dijual, dapat disebut sebagai harga pokok penjualan.
Dari hasil wawancara, penetapan HPP saat ini berada dikisaran dua ribuan
rupiah saja, padahal bila benar-benar ditelusuri, HPP dapat mencapai puluhan

10
ribu, karena banyak biaya tidak langsung dari bahan-bahan produksi yang tidak
dimasukkan dalam penghitungan HPP. Cost yang terhitung hanya berdasarkan
cost bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sementara sebagaimana
yang dijabarkan sebelumnya, terdapat cost lain yang cukup besar yang perlu
diperhitungkan, seperti penggunaan bahan kimia agar tambakau dan persediaan
tidak dirusak oleh serangga, juga pengaturan agar tembakau tetap dalam kondisi
baik, tidak berjamur dan terjaga kelembabannya.
Adanya penyimpanan persediaan juga membuat biaya perawatan persediaan
membengkak. Namun biaya-biaya ini tidak dimasukkan sebagai cost dari produk
yang telah jadi. Selain itu, perhitungan penambahan nilai dari bahan baku menjadi
barang jadi, juga tidak dilakukan oleh PD. Taru Martani, akibatnya penetapan cost
per produk menjadi kurang tepat.

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Sistem Just-in-Time yang saat ini diterapkan di PD. Taru Martani masih
memiliki beberapa kekurangan diantaranya:
1. Dalam mengimplentasikan Just-in-Time, PD. Taru Martani tidak efisien,
dimana perusahaan masih menumpuk persediaan bahan baku di gudang.
Sementara untuk menyimpan persediaan bahan, dibutuhkan cost tambahan
untuk menjaga kualitas bahan baku agar tidak terjadi kerusakan yang
diakibatkan oleh serangga, jamur ataupun kekeringan.
2. Dalam tahapan produksi, PD. Taru Martani melakukan 3 proses, yaitu
proses persiapan, proses pemprosesan dan pengemasan. Dalam proses
persiapan terdapat satu kelemahan yakni dalam proses filler tidak
dilakukan pengukuran secara terperinci berapa takaran per masing-masing
bahan baku filler, sehingga tidak dapat ditentukan secara tepat berapa cost-
nya.
3. Dalam pemprosesan juga terdapat kelemahan, yakni sebelum melakukan
produksi kepompong, bagian pemprosesan terkadang mengambil
persedian bahan baku melebihi jumlah yang kebutuhan, sehingga sisa dari
produksi tersebut tidak bisa dilacak oleh bagian gudang. Sedangkan untuk
proses pembuatan kepompong, takaran yang digunakan tidak sesuai
standard yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan
proses produksi yang masih menggunakan tangan dan memakai perkiraan
karyawan pembuat cerutu saja. Sehingga dapat mempengaruhi nilai cost
yang dihasilkan bagian pemprosesan. Hanya dalam proses pengemasan
saja yang mengikuti standard yang telah ditetapkan.
4. Tarif tenaga kerja langsung saat ini menjadi beban tetap yang harus
ditanggung oleh perusahaan baik ada dan tidak ada proses produksi.
Sehingga produktifitas menjadi tidak sebanding dengan beban yang harus
dikeluarkan setiap bulannya.

12
5. Harga pokok penjualan juga belum sesuai dengan HPP yang seharusnya,
karena terdapat cost lain yang tidak masuk dalam hitungan produk.
4.2. Saran
Berikut saran yang dapat kami berikan terkait kelemahan PD. Taru Martani
dalam menjalankan sistem Just-in-Time:
1. Perusahaan dapat melakukan kontrak kepada pemasok untuk dapat
menyediakan persediaan bahan baku dengan kualitas yang sudah
ditentukan. Sehingga perusahaan tidak perlu terbebani dengan
penyimpanan bahan baku yang perlu dijaga kualitasnya.
2. Perusahaan harus mampu menegakkan peraturan yang sudah ditentukan
dalam prosedur pengambilan dan penggunaan bahan baku untuk tahapan
proses produksi. Sehingga pencatatan yang baik dapat terlaksana.
3. Mempertimbangkan untuk melakukan perhitungan HPP baru agar dapat
menalokasikan biaya secara tepat untuk sistem produksi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hilton, Ronlad W. (2008). Mangerial Accounting Seventh Edition. New York :


McGraw-Hill/Irwin.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta.
PD Taru
Martani.http://dppka.jogjaprov.go.id/site/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=47&Itemid=81. Diakses tanggal 4 November 2015 Pukul 09.30
WIB.
Tempo Bisnis. 2015. Pasar Tembakau Terbatas, Cerutu Taru Martani Merugi.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/06/29/090679437/pasar-tembakau-
terbatas-cerutu-taru-martani-merugi. Diakses tanggal 9 Desember 2015 Pukul
20.15 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai