Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lotion merupakan produk kosmetika berupa cairan yang digunakan untuk
memelihara kesehatan kulit dan tetap menjaga kesehatan. Lotion terdiri dari
sebuah emulsi berbentuk oil in water (minyak dalam air). Lotion digunakan untuk
mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan kulit, mencegah kehilangan air,
membersihkan kulit dan mempertahankan bahan aktif, pelarut, pewangi, dan
pengawet (Schmitt, 1996). Fungsi utama skin lotion untuk perawatan kulit adalah
sebagai pelembut (emollient). Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut
adalah mineral oil, ester isopropil, alkohol alifatik, turunan lanolin, alkohol dan
trigliserida serta asam lemak. Sedangkan bahan pelembab diantaranya adalah
gliseril, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran penggunaan pelembut dan
pelembab masing-masing 0,5 % - 15 % (Morwanti, 2006).
Dalam proses pembuatan lotion , diperlukan adanya pembetukan emulsi
yang baik. Emulsi dapat terjadi bila ada dua larutan yang tidak bisa saling
menyatu. Bahan yang berperan dalam pembentukan emulsi adalah penggunaan
minyak Penggunaan minyak pada lotion didasarkan adanya kelompok hidrofilik
di dalamnya (Barnett, 1972). Selain itu, penggunaan lotion pada kulit manusia
mengharuskan pH yang ada pada produk lotion sesuai dengan kulit manusia.
Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengaruh penggunaan minyak
terhadap stabilitas emulsi dan pH yang dihasilkan pada produk lotion yang
dihasilkan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum lotion ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak terhadap stabilitas
emulsi produk lotion yang dihasilkan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak terhadap nilai pH yang
dihasilkan oleh produk lotion .

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Lotion
Lotion merupakan sediaan kosmeitik golongan emolien (pelembut) yang
mengandung banyak air. Lotion biasanya digunakan pada kulit tubuh. Produk
tersebut memiliki fungsi dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
kulit (Erungan et al, 2009). Menurut Balsam et al (1972), lotion merupakan salah
satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai campuran dari dua fasa (fasa minyak
dan fasa air) yang tidak dapat bercampur, yang distabilkan dengan sistem emulsi
dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat dituang.

2.2 Definisi dan Kegunaan Bahan


2.2.1 Vaselin
Vaselin merupakan salah satu jenis emulsifier. Pada produk kosmetik, jenis
emulsi yang digunakan biasanya berupa bahan semipadat yang memiliki fase air
(hidrofilik) dan fase minyak (hidrofobik). Kedua fase ini membentuk fase internal
dan eksternal pada emulsi. Fase internal terdiri dari bahan-bahan yang membentuk
sebaran butiran teremulsifikasi, sedangkan fase eksternal terbentuk dari sisa-sisa
fase internal. Partikel yang membentuk fase internal memiliki ukuran yang
berbeda-beda (polidisperse). Ukuran rata-rata diameter partikel digunakan lebih
kecil untuk mengklarifikasi emulsi (Schmitt, 1996).

2.2.2 Minyak Zaitun


Minyak zaitun diperoleh dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak
zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Minyak zaitun trigliserida
(TG) dengan persentase 95-98% dan zat-zat minyak lainnya. TG merupakan
ikatan ester antara tiga asam lemak dengan satu unit gliserol (Mailer, 2006).

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun

Asam Lemak Jumlah %


Palmitat 10,95
Palmitoleat 0,73
Stearat 3,36
Oleat 70,08
Linoleat 7,43
Linolenat 0,36
Arachidat 0,67
Gadoleat 0,35
Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat hingga 80% dapat
mengenyalkan kulit dan melindungi elastisitas kulit dari kerusakan. Minyak zaitun
kaya tokoferol (vitamin E) yang merupakan anti penuaan dini. Minyak zaitun juga
bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa
menyumbat pori. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk
melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk
melepaskan lapisan sel-sel kulit mati (Thomssen dan McCutcheon, 1949).
Asam stearat (C16H32O2) yang ada didalam minyak merupakan asam lemak
yang terdiri dari rantai hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat
dimakan, dan berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam
kloroform, eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai
pengemulsi dalam sediaan kosmetika. Asam stearat dapat menghasilkan kilauan
yang khas pada produk skin lotion. Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan
dalam pembuatan skin lotion ini memiliki gugus polar maupun non polar secara
bersamaan dalam satu molekulnya sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak
yang non polar dan di sisi lain juga akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat
yang ada dalam emulsi ini akan dapat dipersatukan (Suryani et al, 2000).

2.2.3 Minyak Kelapa


Lotion yang dibuat memerlukan bahan pengemulsi. Salah satu asam lemak
yang berperan dalam pembuatan lotion adalah asam stearat. Asam stearat
(C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon, diperoleh
dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan berbentuk serbuk berwarna
putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak larut
dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi dalam sediaan kosmetika.
Asam stearat dapat menghasilkan kilauan yang khas pada produk skin lotion.
Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam pembuatan skin lotion ini
memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan dalam satu molekulnya
sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga
akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan
dapat dipersatukan (Suryani et al, 2000).
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh
Laurat (C12H24O2) 44-52
Miristat (C14H28O2) 13-19
Palmitat (C16H32O2) 7,5-10,5
Kaprilat (C8H16O2) 5,5-9,5
Kaprat (C10H20O2) 4,5-9,5
Stearat (C16H36O2) 1-3
Kaproat (C6H12O2) 0-0,8
Arachidat (C20H40O2) 0-0,4
Asam lemak tidak jenuh
Oleat (C16H34O2) 5-8
Linoleat (C18H32O2) 1,5-2,5
Palmitoleat (C16H30O2) 0-1,3
Sumber (Thieme, 1968)

2.2.4 Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit merupakan hasil pemasakan buah sawit. Minyak
kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena kandungan zat warna karotenoid.
Asam stearat (C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai
hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan
berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,
eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi
dalam sediaan kosmetika. Asam stearat dapat menghasilkan kilauan yang khas
pada produk skin lotion. Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam
pembuatan skin lotion ini memiliki gugus polar maupun non polar secara
bersamaan dalam satu molekulnya sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak
yang non polar dan di sisi lain juga akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat
yang ada dalam emulsi ini akan dapat dipersatukan (Suryani et al, 2000).
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Jumlah %
Laurat 0,2
Miristat 1,1
Palmitat 44,0
Palmitoleat 0,1
Stearat 4,5
Oleat 29,2
Linoleat 10,1
Linolenat 0,4
Arakidonat 0,4

2.2.5 Cocoa Butter


Lemak kakao disebut juga minyak Theobroma yaitu lemak alami yang
diperoleh dari nib kakao hasil pemisahan dengan proses pengempaan hidrolik.
Lemak kakao bersifat plastis dan memiliki kandungan lemak padat yang relatif
tinggi. Di dalam lemak biji kakao, diperoleh 11 macam asam lemak yaitu miristat,
pentadekanoat, palmitat, palmitoleat, heptadekanoat, stearat, oleat, linoleat,
linolenat, arakhidat dan behenat (Ristanti dan Sitti, 2010). Secara umum lemak
kakao terdiri dari 24,3% asam palmitat, 35,4% asam stearat, 38,2% asam oleat dan
2,1% asam linolenat (Minifie, 1999). Lemak kakao mengandung vitamin E yang
dapar berfungsi emolien (Ikrawan, 2005).
2.2.6 Vitamin E
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan
yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan yang digunakan harus
memenuhi syarat yaitu tidak berbau agar tidak mengganggu wangi lotion dalam
kosmetika, tidak berwarna, tidak toksik dan tidak berubah meskipun disimpan
lama. (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.7 Pewangi (essential oil)


Pewangi yang biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak
parfum yang digunakan biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak
menyebabkan iritasi (Sondari, 2007 dalam Anita, 2008). Penambahan pewangi
pada produk merupakan upaya agar produk mendapatkan tanggapan yang positif.
Pewangi sensitif terhadap panas, oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada
temperatur yang rendah (Rieger, 2000 dalam Anita, 2008). Jumlah pewangi yang
ditambahkan harus serendah mungkin yaitu berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses
pembuatan skin lotion pewangi dicampurkan pada suhu 35oC agar tidak merusak
emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996 dalam Anita, 2008).

2.2.8 Air murni


Air yang digunakan dalam pembuatan skin lotion merupakan air murni
yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan, proses penukaran ion dan
osmosis sehingga tidak lagi mengandung ion-ion dan mineral. Air murni hanya
mengandung molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5.0-7.0, dan berfungsi sebagai pelarut
(Depkes RI, 1993 dalam Anita, 2008). Pada pembuatan skin lotion , air
merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya, tetapi air
mempunyai sifat korosi. Air yang digunakan juga dapat mempengaruhi kestabilan
dari emulsi yang dihasilkan. Pada sistem emulsi air juga berperan penting sebagai
emolien yang efektif (Mitsui, 1997 dalam Anita, 2008).
2.3 Manfaat Lotion
Lotion berfungsi untuk melembutkan daan menjaga kulit dari kekeringan.
Lotion pelembab berfungsi menyokong kelembaban dan daya tahan air pada
lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit tersebut
(Mitsui, 1997). Selain itu, lotion juga dapat melenturkan lapisan kulit yang kering
dan kasar serta mengurangi penguapan air dari sel kulit. Lotion digunakan untuk
mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan kulit, mencegah kehilangan air,
membersihkan kulit dan mempertahankan bahan aktif, pelarut, pewangi, dan
pengawet (Schmitt, 1996). Fungsi utama skin lotion untuk perawatan kulit adalah
sebagai pelembut (emollient). Fungsi utama dari pengunaan skin lotion yang
melembutkan tangan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak
meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan lengket pada kulit setelah
pemakaian, tidak mengganggu pernafasan normal tangan, antiseptis, memiliki bau
yang khas (menyegarkan) dan memiliki warna yang menarik dan tetap (Schmitt,
1996).

2.4 Mekanisme yang Terjadi


Lotion merupakan salah satu jenis emulsi minyak dalam air. fase minyak
dan fase air yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase
minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung
komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan
fase minyak kemudian disatukan (Rieger, 2000). Pencampuran antara fase minyak
dan air dilakukan pada suhu 70-75oC. Proses emulsifikasi pada pembuatan skin
lotion adalah pada suhu 70oC (Mitsui, 1997). Waktu pengadukan juga
mempengaruhi emulsi yang dihasilkan Pengadukan yang terlalu lama pada saat
dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya
penggabungan partikel. Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti
karena hanya dapat diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi
ukuran partikel dan mempengaruhi viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin
kecil ukuran partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi
(Rieger, 2000).
Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak
bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat kekuatan
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi
partikelpartikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut tegangan antar muka. Zat-
zat yang dapat meningkatkan penurunan tahanan tersebut akan merangsang suatu
cairan untuk menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini
sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan
antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak
antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antarmolekul
dari masing-masing cairan (Ansel, 1989). Zat pengemulsi mengarahkan dirinya di
sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada
cairan tertentu.
Dalam suatu emulsi yang mengandung dua cairan yang tidak saling
bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat
dengan kuat dalam fase tersebut dibandingkan pada fase lainnya karena molekul-
molekul zat ini mempunyai suatu bagian hidrofilik (bagian yang suka air) dan
suatu bagian hidrofobik (bagian yang tidak suka air). Molekul-molekul tersebut
akan mengarahkan dirinya ke masingmasing fase (Ansel, 1989). Suatu emulsifier
memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka dan tegangan
permukaan. Menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi daya kohesi
dan meningkatkan daya adhesi. Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film)
yang menyelimuti partikel sehingga mencegah partikel tersebut bersatu dengan
partikel sejenisnya. Sistem emulsi yang stabil dapat diperoleh melalui pemilihan
emulsifier yang larut dalam fase yang dominan (pendispersi) (Suryani et al, 2000).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Kompor
2. Beaker Glass
3. Oven
4. Spatula
5. Sendok
6. Neraca
7. Panci
8. Mixer
9. Gelas Ukur
3.1.2 Bahan
1. Vaselin
2. Minyak Zaitun
3. Minyak Kelapa
4. Minyak Sawit
5. Lemak Kakao
6. Air
7. Vitamin E
8. Bibit Minyak Wangi

3.2 Skema Kerja

Vaselin dan minyak Air dalam panci


zaitun/ kelapa/kelapa
sawit/ cocoa butter Water
dalam Beaker glass
Ditunggu hingga mendidih

Beaker glass diangkat

Dimasukkan dalam microwave


100oC selama jam

1 kapsul vitamin E Pendinginan


dan 4 tetes bibit
minyak wangi Pencampuran
Lotion
Gambar 1. Skema Kerja Pembuatan Lotion
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Viskositas
Tabel 1. Hasil Pengamatan Viskositas Lotion
Sampel
Nama
Kontrol Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3 Lotion 4
Yanuar 5 2 4 3 1
Erna 5 3 4 4 4
Mila 5 4 3 2 1
Dini 5 3 4 2 1
Nur Hanif 5 1 4 3 2
Fauzan 5 1 2 4 3
Jumanah 5 3 2 1 4
Diyana 5 2 4 1 3

4.1.2 Stabilitas Emulsi


Tabel 2. Hasil Pengamatan Stabilitas Emulsi Lotion
Sampel
Nama
Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3 Lotion 4
Yanuar 1 3 2 4
Erna 2 1 3 4
Mila 2 1 3 3
Dini 1 3 2 3
Nur Hanif 1 2 3 4
Fauzan 2 1 3 3
Jumanah 1 2 3 4
Diyana 1 3 2 4

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Viskositas
Tabel 3. Hasil Perhitungan Viskositas Lotion
Sampel
Kontrol Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3 Lotion 4
Jumlah 40 19 27 20 19
Rata-rata 5 2,375 3,375 2,5 2,375
4.2.2 Stabilitas Emulsi
Tabel 4. Hasil Perhitungan Stabilitas Emulsi Lotion
Sampel
Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3 Lotion 4
Jumlah 11 16 21 29
Rata-rata 1,375 2 2,625 3,625

Keterangan:
Lotion 1= Minyak Zaitun
Lotion 2= Minyak Kelapa
Lotion 3= Minyak Kelapa Sawit
Lotion 4= Cocoa Butter
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Bahan terhadap Viskositas


Viskositas pada produk lotion sangat menentukan mutu produk yang
dihasilkan. Viskositas produk dipengaruhi oleh emulsifikasi yang dihasilkan. Nilai
viskositas yang dihasilkan pada lotion dengan penambahan minyak yang berbeda
terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Viskositas Lotion


Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa viskositas lotion dengan
penambahan minyak kelapa sawit menghasilkan lotion dengan viskositas yang
lebih kental dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dapat dikarenakan
perbedaan penggunaan bahan. Menurut Nasution dkk (2007), adanya asam lemak
tidak jenuh dengan jumlah ikatan rangkap yang besar akan memiliki nilai titik
didih yang rendah sehingga asam lemak tidak jenuh menghasilkan kekentalan dan
titik didih menjadi lebih kecil. Oleh sebab itu, asam lemak tidak jenuh memiliki
kekentalan yang lebih kecil. Menurut Suryani et al (2000), kandungan asam lemak
tidak jenuh pada minyak zaitun lebih banyak dibandingkan dengan kandungan
asam lemak tidak jenuh pada minyak lainnya. Oleh sebab itu, viskositas lotion
yang ditambahkan dengan minyak zaitun lebih rendah dibandingkan dengan yang
lainnya.

5.2 Pengaruh Bahan terhadap Stabilitas Emulsi


Stabilitas emulsi pada produk lotion sangat menentukan mutu produk yang
dihasilkan. Stabilitas emulsi dipengruhi oleh emulsi yang dihasilkan. Stabilitas
emulsi pada lotion dengan penambahan minyak yang berbeda terlihat pada
gambar 3.

Gambar 3. Stabilitas Emulsi Lotion


Berdasarkan gambar 3, dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi pada
produk lotion dengan penambahan cocoa butter memiliki nilai yang tertinggi,
kemudian dilanjutkan pada lotion dengan penambahana minyak kelapa sawit,
minyak kelapa dan kemudian minyak zaitun.
Asam lemak jenuh ketiga bahan yang paling berpengaruh dalam
pembentukan emulsi adalah asam stearat. Kandungan asam lemak tersebut
berbeda beda. Kandungan terbanyak terdapat pada cocoa butter yaitu berkisar
30%. Kemudian diikuti dengan minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan minyak
zaitun. Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak larut
dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi dalam sediaan kosmetika.
Asam stearat dapat menghasilkan kilauan yang khas pada produk skin lotion.
Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam pembuatan skin lotion ini
memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan dalam satu molekulnya
sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga
akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi ini akan
dapat dipersatukan (Suryani et al, 2000). Oleh sebab itu, stabilitas emulsi yang
didapatkan pada produk lotion dengan penambahan cocoa butter lebih tinggi
(Suryani et al, 2000).
Selain itu, terjadinya emulsi yang tidak stabil pada produk lotion dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain komposisi bahan yang tidak tepat,
ketidakcocokan bahan, kecepatan dan pencampuran yang tidak tepat, tidak sesuai
rasio antara fase air dan fase minyak, pemanasan dan penguapan yang berlebihan,
jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan
mekanik atau getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidak murnian emulsi, reaksi
antara dua atau lebih komponen dalam sistem dan penambahan asam atau
senyawa elektrolit (Suryani et al, 2000).
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari praktikum lotion diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh penggunaan minyak menyebabkan nilai viskositas lotion
berbeda. Viskositas tertinggi adalah lotion dengan penambahan minyak
kelapa sawit. Hal ini dipengaruhi kandungan asam lemak tidak jenuh
seperti oleat dan linoleat yang dapat menghambat emulsi
2. Penggunaan minyak menyebabkan stabilitas emulsi yang dihasilkan lotion
berbeda. Lotion dengan penambahan cocoa butter lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan kandungan asam lemak jenuh seperti asam stearat yang ada di
bahan yang berfungsi sebagai pengemulsi

6.2 Saran
Diperlukan penggunaan zat pengemulsi yang tepat agar lotion yang
dihasilkan sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA

Anita, S. B. 2008. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion. Skripsi.


Bogor: IPB.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F, penerjemah.
Jakarta: UI-Press.
Balsam, M. S. 1972. Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. London:
Jhon Willy and Son Inc.
Barnett, G. 1972. Emollient Cream and Lotions. Di dalam Cosmetics and Science
Technology. Volume I. New York: Willey-Interscience.
Erungan, A.C, Purwaningsih, S dan Anita. 2009. Aplikasi Karaginan dalam
Pembuatan Skin Lotion. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan Indonesia.
Volume 12(2): 128.
Ikrawan, Y. 2005. Rahasia Dibalik Enaknya Cokelat. Hikmah. November 2005.
Mailer, R. 2006. Chemistry and Quality of Olive Oil. New South Wales: NSW
Departement of Primary Industries.
Minifie, B, W. 1999. Chocolate, Cocoa and Confectionary. AV: Publishing
Company INC.
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York: Elsevier.
Morwanti, D. A. 2006. Aplikasi Dimethicone (Silicone Oil) sebagai Pelembut
dalam Proses Pembuatan Skin Lotion. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Nasution, M, Dwi, S dan Erliza, H. 2007. Aplikasi Minyak Sereh Wangi
(Citronella Oil) dan Geraniol dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak
Nyamuk. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Poucher, J. 2000. Pouchers Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi 10. London:
Kluwer Academic Publisher.
Rieger, M. 2000. Harrys Cosmeticology. Ed ke-8. New York: Chemical
Publishing Co Inc.
Schmitt, W. H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D. F and W. H. Schmitt
(Ed). 1996. Cosmetics and Toiletries Industry. 2nd Ed. London: Blackie
Academe and Profesional.
Suryani, A., I. Sailah., E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Suryani, A. Khaswa, s dan Nung, D. P. 2010. Kajian Pengaruh Konsentrasi H 2SO4
dan Suhu Reaksi pada Proses Produksi Surfaktan Metil Ester Sulfonat
(MES) dengan Metode Sulfonasi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
Volume 14(2): 67-73
Ristanti, E, Y dan Sitti, R. 2010. Formulasi Hand and ody Lotion dari Lemak
Kakao. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. Volume 5(2):92-99.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai