Anda di halaman 1dari 5

dibangunnya Unit Pengolahan Ikan yang berusaha mengacu pada standar teknis yang

berlaku. Dengan metode pemasakan teknik presto dan pengemasan vakum, produk olahan
UMKM Cindy Group kini sudah menjangkau pemasaran yang lebih luas, dan mulai
menjajaki kerjasama dengan pasar retail modern. Seiring dengan peningkatan permintaan
pasar yang semakin besar, UMKM Cindy Group berusaha melakukan peningkatan kapasitas
produksi serta melakukan inovasi produk berbasis pangan lokal pindang, yang merupakan
produk utama kelompok ini sejak mulai berdiri. Di samping pindang higienis yang dikemas
vakum, pada akhir tahun 2013, UMKM Cindy Group mulai melakukan inovasi pindang
berbumbu siap saji yang dikemas vakum. Pada awal tahun 2014, UMKM Cindy Group juga
melakukan inovasi pindang bumbu melalui teknik pengasapan dengan media pengemas
bambu, untuk memberikan cita rasa yang khas pada olahan pindang. Inovasi yang dilakukan
tidak hanya pada jenis kemasan dan proses produksi, tetapi inovasi olahan juga dilakukan
pada variasi rasa pindang. Pada saat ini, UMKM Cindy Group masih terus melakukan
eksplorasi bentuk olahan pindang, sehingga lebih dapat dinikmati masyarakat luas dengan
tampilan estetika yang lebih menarik dan rasa yang lebih variatif dan dapat diterima oleh
masyarakat di berbagai kalangan.
5. Sejarah Berdirinya UMKM CINDY GROUP Berbagai terobosan pasar untuk produk ini
juga sudah mulai dijajaki sebelum benar-benar diproduksi secara massal. Di samping produk
utama pindang, UMKM Cindy Group juga berusaha memberikan nilai tambah pada limbah
pindang yang dihasilkan, mulai dari darah cucian ikan, limbah jeroan maupun hasil samping
air rebusan pindang. Darah hasil cucian ikan dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Begitu pula
limbah jeroan dimanfaatkan sebagai tepung yang dapat digunakan untuk pakan ikan. Adapun
air sisa rebusan pindang higienis dimanfaatkan sebagai kecap rebusan pindang untuk
memberikan tambahan flavour alami ikan pada berbagai olahan makanan. Pada saat ini,
UMKM Cindy Group sering dikunjungi oleh pelaku usaha dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebagai UMKM yang berkomitmen untuk mengembangkan pindang higienis di Indonesia,
UMKM Cindy Group membuka diri untuk melakukan transfer informasi kepada masyarakat
dan menerima berbagai masukan untuk pengembangan produk olahan pindang.
6. Salah satu alternatif pengolahan ikan yang dikenal di indonesia adalah pemindangan. Di
indonesia produksi pindang ikan memang masih terbatas pada ikan asin, bahkan pengolahan
ikan ini masih mendominasi pemanfaatan hasil perikanan indonesia, yaitu sekitar 31,6% dari
6,26 ton ikan produksi indonesia pada tahun 1997, sedangkan ikan pindangpindang 5,8%
saja. Padahal dalam upaya pemenuhan gizi masyarakat, ikan asin bukan pilihan yang tepat.
Produk-produk berkadar garam rendah yang dapat dikonsumsi dalam jumlah besar, seperti
pindang merupakan pilihan paling tepat (ilyas, 1998). Ikan pindang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan, terutama untuk persediaan protein bagi masyarakat, lebih-lebih dengan
kandungan asam lemak esensialesensialnya yang dapat memberikan efek cukup baik bagi
kesehatan. Dilihat dari segi penerimaan konsumen, ikan pindang mudah diterima dan mudah
diolah melalui proses pengolahan yang sederhana. Ikan pindang merupakan salah satu
makanan khas indonesia. Ikan pindang sendiri adalah hasil olahan ikan dengan cara
kombinasi pemasakan dan penggaraman atau pemberian bumbu. Pindang mempunyai
penampakan, citarasa, tekstur, dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai jenis ikan, kadar
garam, dan waktu pemasakan. Jenis ikan yang umum diolah dengan cara pemindangan adalah
jenis ikan layang, selar, japu, tembang, lemuru, kembung, tuna, cakalang, tongkol dan lain-
lain. Selain itu ada juga jenis ikan lain seperti cucut dan petek. PENDAHULUAN
7. PENDAHULUAN Meskipun cukup populer dan disukai oleh masyarakat, masih
terdapat beberapa kendala yang menjadi permasalahan pada ikan pindang. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah kemasan dan tempat proses yang belum higienis, serta umur
simpan produk yang relatif pendek. Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama. Pindang
nanya hanya tahan kira-kira 3-4 hari sedangkan pindang paso hanya tahan kira-kira 6-7 hari
setelah tutup wadah dibuka. Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai
aktifitas air yang relatif tinggi sehingga sangat cocok bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Tempat proses serta kemasan yang kurang higienis mempermudah bakteri untuk tumbuh dan
mempersingkat umur simpan produk. Pengolahan ikan pindang secara tradisional biasanya
kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higienitas sehingga menyebabkan rendahnya mutu,
daya simpan dan keamanan produknya. Ikan pindang dipasaran biasanya hanya 1-2 hari dan
relatif tidak terjamin keamanannya. Selain itu mutu ikan pindang yang dihasilkan selama ini
masih belum memuaskan yakni penampilannya kurang menarik. Banyak luka, terkelupas,
daging retak, warna agak kecoklaberbaberbau sedikit tengik, sehingga menyebabkan harga
ikan menjadi rendah dan jangkauan pemasarannya sangat terbatas pada pasar-pasar
tradisional yang jaraknya sangat dekat. Oleh karena itu perlu adanya alternatif pengolahan
ikan pindang menjadi produk pindang siap saji melalui kombinasi pemasakan, sterilisasi,
pembubuhan (seasoning) dan perbaikan pengemasan (packing). Dengan perbaikan proses
pemindangan tersebut akan dihasilkan pindang dengan daya tahan dan mutu lebih baik, daya
simpan lebih tinggi, duri menjadi renyah dan penyajiannya relatif lebih cepat dan praktis.
8. DASAR PEMIKIRAN 1. Manusia sebagai mahluk dituntut mampu memberikan
kontribusi dan amal kebajikan diantara sesama karena sebaik baiknya manusia adalah yg
berguna diantara anak bangsa. 2. Kesepakatan cindy group untuk saling bersinergi dan
berjamaah dalam rangka beramal shaleh bagi kemaslahatan umat sesuai dengan pengalaman
hidup serta kompetensi yg dimiliki untuk umat serta mengangkat derajat serta meningkatkan
perekonomian para pemindang khususnya dari masyarakat luas pada umumnya yg relevan
dengan tuntutan zaman Visi Menginspirasi Dunia dengan Keberkahan dan Keberlimpahan
dari kekayaan alam ( lautan ). Misi 1. Merubah image pindang tradisional yg terkesan kumuh,
jorok serta kotor dengan tersedianya paket teknologi pengolahan ikan pindang hygienis yg
dapat di terapkan pada sekala kecil dan menengah. 2. Menjadi unit pengolahan ikan pindang
hygienis yg berkualitas sehingga mampu bersaing pada perdagangan bebas asia 2015.
STRATEGI DAN SASARAN Mengintergrasikan dan mensinergikan antara kemampuan dan
pengalamana di bidang pemindangan sehingga mampu mengisi peluang pasar dan membuka
lapangan kerja.
9. Bahan Baku Frozen Mencuci Ikan Memilih kemasan dari bambu (besek) Menyortir Ikan
Merebus Ikan Pengemasan Ikan Tungku Serbuk Gergaji dan Badeng Steinlis
10. - Penerimaan/Receiving - Pencucian/Deprosting - Pembersihan Insang dan Isi Perut -
Pencucian Kembali agar Produk yang dibuat benar- benar bersih & hygienis. Pintu Masuk
Bahan Baku Proses Penggaraman atau Perendaman Air Garam untuk mendapatkan hasil yang
bermutu dan lebih baik. Penyusunan Sebelum di Presto Pengukusan / di Presto -
Penciptarasaan dan tampilan - Pengeringan / Pengovenan Pengemasan dan Pemakuman
Pelabelan dan Pengepakan - Penyimpanan dan Pembekuan - Distribusi Mobil Box
Berpendingin
11. - Penyortiran bambu terbaik, Untuk mendapatkan kemasan yang sempurna - Kemudian
bambu dipotong sesuai ukuran standard yang telah ditentukan. Kemudian bambu dicuci
sampai bersih lalu dikeringkan. Setelah dikeringkan kemudian Diasapkan selama 1 jam
Proses penimbangan dan pembumbuan Kemudian dikukus / presto Selama 80 menit
Penutupan dan Penyegelan Pelabelan dan Pengepakan - Distribusi Mobil Box Berpendingin
12. 1. Ikan diolah secara tradisional di pasarkan dengan cara ambil bayar. 2. Resiko
pemasaran secara tradisional yaitu pembayaran selalu menunggak sehingga merugikan
pengolah. 3. Kualitas ikan tidak bisa bertahan lama maksimal 1 (satu) hari sehingga kualitas
ikan bisa menurun. Pemasaran Secara Tradisional
13. Pemasaran Secara Modern 1. Ikan diolah secara modern banyak menguntungkan
karena menggunakan pembayaran cash. 2. Resiko pemasaran secara modern sangat jauh di
banding dengan yang tradisional di pasarkan lebih luas. 3. Kualitas ikan dapat bertahan 6 8
bulan sehingga bisa menekan kerugian pengolah.
14. Di samping produk utama pindang, UMKM Cindy Group juga berusaha memberikan
nilai tambah pada Produk Samping pindang yang dihasilkan, mulai dari darah cucian ikan,
Produk Samping jeroan maupun hasil samping air rebusan pindang. Darah hasil cucian ikan
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Begitu pula Produk Samping jeroan dimanfaatkan
sebagai tepung yang dapat digunakan untuk pakan ikan. Air sisa rebusan pindang higienis
dimanfaatkan sebagai kecap ikan, Air rebusan pindang tradisional di jadikan Probiotik/starter.
Mengubah Produk Samping Pindang Menjadi Nilai Tambah
15. Air sisa rebusan pindang di manfaatkan untuk bahan pertanian (pupuk) dan bisa juga
digunakan pakan ternak. Pemanfaatan Produk Samping Ikan Pindang Tradisional Air pindang
di jadikan Probiotik Produk Samping ikan pindang, hasil potongan yang berupa kepala,
jeroan, tulang di kumpulkan dan di olah untuk dijadikan bahan campuran pelet ikan, unggas
dan lain- lain.
16. Proses pemasakan ikan pindang hygienis menyisakan Produk Sampingan seperti air
sisa rebusan yang bisa dimanfaatkan menjadi kecap ikan. Pemanfaatan Produk Samping Ikan
Pindang Modern Air pindang di jadikan Probiotik Jeroan ikan dapat dijadikan pupuk cair.
17. Septic Tank ini di lengkapi blower dan panel listrik yang bekerja 24 jam secara
otomatis untuk proses penguraian Limbah air cucian ikan
18. PPENGEMBANGAN SENTRA PENGOLAHANENGEMBANGAN SENTRA
PENGOLAHAN HASIL PERIKANANHASIL PERIKANAN
19. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG 1. Globalisasi berdampak pada ketatnya
kompetisi pasar 2. UMKM adalah pelaku ekonomi yang secara nyata berperan strategis
dalam pembangunan perekonomian Indonesia 3. Berdasarkan statistik Usaha Pengolahan
Hasil Perikanan di Indonesia tahun 2013 sbb: JUMLAH UMKM SANGAT BESAR
20. JUMLAH USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA
TH 2013 USAHA BESAR : 241 ( 0,5 %) UMKM : 63.725 (99,5 %) TOTAL : 63.966
21. NO PROVINSI JUMLAH UMKM NO PROVINSI JUMLAH UMKM NO PROVINSI
JUMLAH UMKM 1 ACEH 1.623 12 JAWA BARAT 7.697 23 KALIMANTAN TIMUR
1.795 2 SUMATERA UTARA 2.859 13 JAWA TENGAH 8.418 24 SULAWESI UTARA
503 3 SUMATERA BARAT 1.647 14 DI YOGYAKARTA 437 25 SULAWESI TENGAH
29 4 RIAU 1.013 15 JAWA TIMUR 9.606 26 SULAWESI SELATAN 1.964 5 JAMBI 703
16 BANTEN 1.341 27 SULAWESI TENGGARA 813 6 SUMATERA SELATAN 2.446 17
BALI 920 28 GORONTALO 434 7 BENGKULU 447 18 NTB 3.614 29 SULAWESI
BARAT 228 8 LAMPUNG 1.678 19 NTT 547 30 MALUKU 502 9 KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG 1.418 20 KALIMANTAN BARAT 1.576 31 MALUKU UTARA
703 10 KEPULAUAN RIAU 838 21 KALIMANTAN TENGAH 2.836 32 PAPUA BARAT
100 11 DKI JAKARTA 1.020 22 KALIMANTAN SELATAN 3.746 33 PAPUA 223 T O T
A L : 63.725
22. PERMASALAHANPERMASALAHAN PERMASALAHAN pada
UMKM:PERMASALAHAN pada UMKM: 1.1. Lemah dalam mengaksesLemah dalam
mengakses ppasarasar dan membangun jaringan usahadan membangun jaringan usaha 2.2.
Lemah dalam pendanaan dan mengakses sumber pembiayaanLemah dalam pendanaan dan
mengakses sumber pembiayaan 3.3. Lemah dalam organisasi dan manajemenLemah dalam
organisasi dan manajemen 4.4. Lemah dalam kapasitas dan penguasaan teknologiLemah
dalam kapasitas dan penguasaan teknologi 5.5. SSarana dan prasarana tidak memadaiarana
dan prasarana tidak memadai 6.6. SDM kurang handalSDM kurang handal
23. SENTRA IKAN PINDANGSENTRA IKAN PINDANG Salah satu usaha untuk
meningkatkan kapasitasSalah satu usaha untuk meningkatkan kapasitas UMKMUMKM
melaluimelalui KEBIJAKAN DALAMKEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN
SENTRA PENGOLAHANPENGEMBANGAN SENTRA PENGOLAHAN HASIL
PERIKANANHASIL PERIKANAN SentraSentra IKAN PINDANGIKAN PINDANG
adalah pusat kegiatanadalah pusat kegiatan UMKM pengolahan ikan di kawasan/lokasi
tertentuUMKM pengolahan ikan di kawasan/lokasi tertentu MENGUMPUL DI
SUATU KAWASANMENGUMPUL DI SUATU KAWASAN Program sentraProgram
sentra IKAN PINDANGIKAN PINDANG programprogram terpadu dan terintegrasi
antaraterpadu dan terintegrasi antara Pemerintah Pusat,Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kab/KotaPemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota dengan
melibatkan Pelaku/Pengolah Hasildengan melibatkan Pelaku/Pengolah Hasil
24. TUJUANTUJUAN Pemberdayaan masyarakat pengolah ikanPemberdayaan
masyarakat pengolah ikan skala UMKMskala UMKM.. Sentralisasi kegiatan
pengolahanSentralisasi kegiatan pengolahan,, melaluimelalui intervensi pemerintah
melaluiintervensi pemerintah melalui pembinaan UMKMpembinaan UMKM pengolahan
hasilpengolahan hasil perperikanikananan meliputimeliputi pra produksi,pra produksi,
produksiproduksi hinggahingga pemasaran produk untukpemasaran produk untuk
meningkatkan jaminan mutu dan keamanan panganmeningkatkan jaminan mutu dan
keamanan pangan serta mendukung program ketahanan panganserta mendukung program
ketahanan pangan nasionalnasional.. Penguatan kPenguatan kerjasamaerjasama yang
terintegrasi,yang terintegrasi, dalamdalam rangkarangka fasilitasi SDM/Pengolah
terkaitfasilitasi SDM/Pengolah terkait aksesakses informasi teknologi, kelembagaan, dan
pemasaraninformasi teknologi, kelembagaan, dan pemasaran produk olahan hasil ikanproduk
olahan hasil ikan..
25. SASARANSASARAN Peningkatan produksi olahan ikan yang memilikiPeningkatan
produksi olahan ikan yang memiliki JAMINAN MUTU, KEAMANAN PANGAN DAN
NILAIJAMINAN MUTU, KEAMANAN PANGAN DAN NILAI TAMBAHTAMBAH
dalam rangka mendorong industrialisasidalam rangka mendorong industrialisasi perikanan
bidang pengolahanperikanan bidang pengolahan..
26. (SK Dirjen P2HP Nomor KEP.05A/KEP-DJP2HP/2013) tentang Lokasi
Pengembangan Sentra PHP tahun 2012 TH. 2009 JUMLAH SENTRA: 15 TH. 2013
JUMLAH SENTRA : 38 TH. 2011 JUMLAH SENTRA: 24 TH. 2010 JUMLAH SENTRA:
19 TH. 2012 JUMLAH SENTRA: 32 TH. 2007 JUMLAH SENTRA: 10
PERKEMBANGAN JUMLAH SENTRA Tahun 2007 2013
27. GARA TIMUR
28. KEBERHASILAN SENTRA PUSAT DAERAH OUTPUT OUTCOME PUSAT
DAERAHPENGOLAH IKU: Peningkatan Volume Produk Olahan (UMKM) SENTR A PHP
IKK: Peningkatan jumlah sentra PHP INDUSTRIALISA SI: Peningkatan Produksi Olehan
Ikan (UMKM) Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Taraf Hidup PENINGKATAN:
PRODUKSI (volume olahan) KUALITASI PRODUK Penerapan GMP SSOP
29. ASPEKASPEK UTAMAUTAMA KRITERIA KEBERHASILAN PROGRAM
PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SENTRA PHP Sentra PHP beroperasi secara
CONTINUE berdasarkan kegiatan produksi dan jumlah olahan yang dihasilkan dalam
setahun. Penerapan KAIDAH PENGOLAHAN YANG BAIK (GMP) dan Prosedur Operasi
Standar Sanitasi (SSOP) oleh pengolah.
30. Volume produksi olahan meningkatVolume produksi olahan meningkat dari tahun ke
tahun.dari tahun ke tahun. Adanya peranAdanya peran
KELEMBAGAANKELEMBAGAAN USAHAUSAHA (KUB, Koperasi, dll):(KUB,
Koperasi, dll): 1)1) peningkatan usahapeningkatan usaha 2)2) fasilitasi kemitraan pengolah
denganfasilitasi kemitraan pengolah dengan usaha pendukung (lembagausaha pendukung
(lembaga pembiayaan, penyedia bahan baku,pembiayaan, penyedia bahan baku, dll).dll).
Meningkatnya nilai tambah produkMeningkatnya nilai tambah produk olahan (produk,
kemasan, dll).olahan (produk, kemasan, dll). Adanya perluasan akses pasar danAdanya
perluasan akses pasar dan jaringan pasar.jaringan pasar. KRITERIA KEBERHASILAN
Lanjutan
31. ASPEK PENDUKUNGASPEK PENDUKUNG KRITERIA KEBERHASILAN
Lanjutan.... Mampu menciptakan lapangan kerja serapan tenaga kerja khususnya untuk
masyarakat sekitar meningkat. Meningkatnya taraf hidup pengolah. Sentra PHP telah
memperhatikan kelestarian lingkungan yang ada dan mempunyai AMDAL sesuai dengan
kondisi lingkungan. Keberadaan sentra PHP harus diterima oleh masyarakat sekitar.

Anda mungkin juga menyukai