PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
agribisnis. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis di Jawa Barat,
yaitu dengan menetapkan fokus komoditas yang akan dikembangkan dengan
menetapkan komoditas unggulan serta kawasan sentra produksinya berdasarkan
keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimiliki oleh setiap komoditas.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Makalah
1.4.Manfaat Makalah
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada teman-teman semua untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam analisis penyerapan tenaga kerja per regional di Provinsi Jawa Barat.
Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan acuan didalam perkembangan ketenagakerjaan dimasa yang
akan datang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara yuridis formal diungkapkan oleh UURI No.10, 1992:105. Menurut undang
undang tersebut definisi kependudukan sebagai berikut, Kependudukan adalah hal
ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, serta lingkungan penduduk tersebut. Berdasarkan UURI No.10 tahun
1992 tersebut pengertian penduduk luas dan tegas yang menyangkut faktor demogafi
(jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran) dan faktor faktor
yang mengayangkut mutu kegiatan penduduk (politik, ekonomi, sosial, budaya, agama,
serta lingkungan).
Pada tahun 2008 penduduk di Kabupaten/Kota Jawa Barat yang terbanyak di
Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4,4 juta jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3,1
juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun lalu. Sedangkan penduduk
terkecil berada di kota Banjar yaitu sebanyak 0,18 juta jiwa. Jumlah penduduk Jawa
Barat pada tahun 2008 mencapai 42,19 juta jiwa. Pada tahun 2005 baru mencapai 39,96
juta jiwa, meningkat lagi menjadi 40,74 juta jiwa di tahun 2006, sedangkan tahun 2007
menjadi 41,48 juta jiwa. Jumlah rumah tangga pada tahun 2008 di Jawa Barat mencapai
11.196.368 rumah tangga, dengan rata-rata per rumah tangga 3,81 anggota. Rata-rata
per rumah tangga tertinggi berada di wilayah Kota Depok, yaitu 1.022. 976 rumah
tangga, kabupaten Bandung sebesar 745.984 rumah tangga dan ketiga terbesar adalah
kota Bandung sebesar 686 400 rumah tangga. Di tahun 2008, kepadatan penduduk Jawa
Barat mencapai 1 441,24 orang per kilo meter persegi. Kota Bandung masih merupakan
daerah terpadat, yaitu sebesar 14 234,53 orang per kilometer persegi, sedangkan yang
terendah Kabupaten Ciamis hanya sebesar 709,64 orang per kilometer persegi.
3
Jumlah Penduduk di Jawa Barat
Number of Population in Jawa Barat
2005 2008
No Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008
1 Bogor 4 100 934 4 216 186 4 316 236 4 402 026
2 Sukabumi 2 224 993 2 240 901 2 258 253 2 277 020
3 Cianjur 2 098 644 2 125 023 2 149 121 2 169 984
4 Bandung 4 263 934 4 399 128 3 038 038 3 116 056
5 Garut 2 321 070 2 375 725 2 429 167 2 481 471
6 Tasikmalaya 1 693 479 1 743 324 1 792 092 1 839 682
7 Ciamis 1 542 661 1 565 121 1 586 076 1 605 891
8 Kuningan 1 096 848 1 118 776 1 140 777 1 163 159
9 Cirebon 2 107 918 2 134 656 2 162 644 2 192 492
10 Majalengka 1 191 490 1 197 994 1 204 379 1 210 811
11 Sumedang 1 067 361 1 089 889 1 112 336 1 134 288
12 Indramayu 1 760 286 1 778 396 1 795 372 1 811 764
13 Subang 1 421 973 1 441 191 1 459 077 1 476 418
14 Purwakarta 770 660 784 797 798 272 809 962
15 Karawang 1 985 574 2 031 128 2 073 356 2 112 433
16 Bekasi 1 953 380 1 991 230 2 032 008 2 076 146
17 Bandung Barat - - 1 493 225 1 531 072
Kota/City
18 Bogor 844 778 855 846 866 034 876 292
19 Sukabumi 287 760 294 646 300 694 305 800
20 Bandung 2 315 895 2 340 624 2 364 312 2 390 120
21 Cirebon 281 089 285 363 290 450 298 995
22 Bekasi 1 994 850 2 040 258 2 084 831 2 128 384
23 Depok 1 373 860 1 393 568 1 412 772 1 430 829
24 Cimahi 493 698 506 250 518 985 532 114
25 Tasikmalaya 594 158 610 456 624 478 637 083
26 Banjar 173 576 177 118 180 744 184 577
42 94
39 960 869 40 737 594 41 483 729
Jawa Barat 869
5
Penduduk Berumur 15*) Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota
Population Aged 10 Years and Over by Regency/City
(Orang/Persons)
2008
Jenis Kegiatan/Type of Activity
Angkatan Kerja/Economically Active
No Kabupaten/Kota
Pengangguran
Bekerja Jumlah
Terbuka
1 Bogor 1 470 487 231 561 1 702 048
2 Sukabumi 900 258 88 400 988 658
3 Cianjur 847 542 112 659 960 201
4 Bandung 1 182 854 210 231 1 393 085
5 Garut 806 044 99 443 905 487
6 Tasikmalaya 763 367 66 563 829 930
7 Ciamis 757 136 48 321 805 457
8 Kuningan 465 539 49 332 514 871
9 Cirebon 811 856 125 242 937 098
10 Majalengka 516 818 39 703 556 521
11 Sumedang 494 095 48 613 542 708
12 Indramayu 661 242 73 869 735 111
13 Subang 649 879 66 430 716 309
14 Purwakarta 321 647 43 422 365 069
15 Karawang 795 700 142 967 938 667
16 Bekasi 854 404 130 930 985 334
17 Bandung Barat 527 311 102 203 629 514
Kota/City
18 Bogor 377 388 85 784 463 172
19 Sukabumi 118 349 20 922 139 271
20 Bandung 952 752 171 659 1 124 411
21 Cirebon 127 531 21 113 148 644
22 Bekasi 901 041 137 985 1 039 026
23 Depok 657 050 73 874 730 924
24 Cimahi 219 634 36 253 255 887
25 Tasikmalaya 234 054 28 531 262 585
26 Banjar 66 417 7 574 73 991
Jawa Barat 16 480 395 2 263 584 18 743 979
6
Pertanian, Perdagangan, Industri dan Jasa-jasa. Persentase penduduk yang bekerja pada
sektor tersebut masing-masing 12,88; 13,94; 76,98; 13,41 persen.
7
Plus Ekspor 19.715.124
Less Impor -117.346.280
PDRB 313.362.940 PDRB 313.362.940
Sumber: BPS Tahun 2008 (Diolah dari I-O Jawa Barat Tahun 2008)
Berdasarkan hasil olahan data tersebut, nilai output untuk subsektor peternakan
adalah sebesar 5,2 triliun atau sebesar 1,14 persen dari seulruh output sektor
perekonomian Jawa Barat. Sedangkan nilai output subsektor peternakan terhadap sektor
pertanian mempunyai kontribusi sebesar 8,4 persen atau menempati urutan ke dua
setelah subsektor tanaman pangan. Selain itu, hasil olahan tersebut menunjukkan bahwa
tingkat penggunaan tenaga kerja untuk subsektor peternakan pada tahun 2008 adalah
sebanyak 1,12 juta orang atau 5,26 persen dari seluruh tenaga kerja yang digunakan
oleh seluruh sektor perekonomian Jawa Barat. Penyerapan tenaga kerja di subsektor
peternakan menempati urutan ke dua pada sektor pertanian dan menempati urutan ke
enam dari seluruh sektor perekonomian di Jawa Barat. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
keberadaan subsektor peternakan dapat memberikan alternatif dalam penyerapan tenaga
kerja. Namun bila dilihat dari tingkat output per tenaga kerja, subsektor peternakan
hanya memberikan kontribusi sebesar 4,69 Juta Rupiah/Orang. Artinya bahwa setiap
tenaga kerja yang berada di sektor ini memberikan sumbangan sebesar Rp 4,69 juta
pada tahun 2000. Nilai output per tenaga kerja pada subsektor peternakan menempati
urutan ke tiga dari seluruh subsektor pertanian.
Namun berdasarkan analisis tersebut di atas, peran subsektor peternakan masih
relatif kecil dibandingkan dengan seluruh sektor perekonomian yang ada di Jawa Barat.
Walaupun demikian dari sisi penyerapan tenaga kerja, subsektor ini memberikan
peluang usaha bagi penduduk Jawa Barat. Di samping itu, subsektor ini masih dijadikan
sebagai usaha sampingan bagi petani kecuali komoditas-komoditas tertentu, seperti sapi
perah dan ayam ras pedaging telah menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga
peternak bukan sebagai usaha sampingan lagi.
9
11.Kota Depok Rp 2.705.000
12.Kabupaten Bogor Rp 2.590.000
13.Kota Bogor Rp 2.658.155
14.Kab Sukabumi Rp 1.940.000
15.Kota Sukabumi Rp 1.572.000
16.Kab Cianjur Rp 1.600.000
17.Kab Garut Rp 1.250.000
18.Kab Tasikmalaya Rp 1.435.000
19.Kota Tasikmalaya Rp 1.450.000
20.Kab Ciamis Rp 1.131.862
21.Kota Banjar Rp 1.168.000
22.Kab Majalengka Rp 1.245.000
23.Kab Cirebon Rp 1.400.000
24.Kota Cirebon Rp 1.415.000
25.Kab Kuningan Rp 1.206.000
26.Kab Indramayu Rp 1.465.000
27 Kab Pangandaran Rp 1.165.000
Dengan demikian penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat dipengaruhi olah faktor
pengupahan mengingat daftar upah diatas telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, sehingga dapat mendorong produktivitas serta penyerapan tenaga kerja.
10
BAB III
PENETUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Pemerintah harus memperhatikan kondisi tenaga kerja baik dari peningkatan
mutu tenaga kerja maupun dari sistem upah dan hukum ketenagakerjaan yang berlaku.
Untuk tenaga kerja harus mengasah keterampilan agar mudah mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
11
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja
http://kompas.wageindicator.org/main/gaji/Gaji-Minimum/ump-2012/upah-minimum-
propinsi-2012
http://twentytwopm.wordpress.com/2011/03/26/sistem-upah-di-indonesia/
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com/2012/03/sumber-hukum-
ketenagakerjaan-indonesia.html
http://hqsa.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-ketenagakerjaan.html
http://seshakri-ariezuya.blogspot.com/2012/06/ventor-12.html
12