Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang

pembangunan dan makin berkembangnya paradigma pembangunan nasional yang

berwawasan sumber daya manusia, maka upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi

di masyarakat dan penanggulangan permasalahan teknologi gigi makin mendapat

prioritas dalam strategi pembangunan nasional. 1

Upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.1

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran,

pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat diagnostik utama dibidang

kedokteran gigi.2 Telah lebih dari satu abad profesi kedokteran gigi menggunakan

pemeriksaan radiografik sebagai sarana untuk memperoleh informasi diagnostik yang

tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan lain sebelumnya.3

Pencitraan modern (modern imaging) yang dapat memberikan informasi diagnostik

1
lebih baik dan akurat, telah pula dikembangkan sejak 1970an. Di Indonesia sarana

radiografi modern ini mulai banyak digunakan.2

Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan

pencitraan medis yang menggunakan mesin sinar-X dan perangkat radiasi. Gambaran

foto ronsen sangat penting terutama dalam mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang

tidak tampak menjadi dapat diketahui secara jelas, sehingga dapat membantu

penegakan diagnosis dan rencana perawatan gigi.4 Pada pemeriksaan ini digunakan

sinar roentgen yang merupakan sinar ionisasi. Roentgen, Wilhelm K., 1845-1923,

adalah seorang ahli fisika jerman, yang menemukan sinar yang kerena tidak dikenal

disebut sinar X pada tahun 1895.5

Pemotretan radiologi gigi, baik proyeksi intra maupun ekstra oral hampir

merupakan prosedur umum yang dilakukan oleh dokter gigi dalam membantu

penatalaksanaan berbagai kasus.6 Gambaran radiografik sangat membantu dalam

penatalaksanaan berbagai kasus, terutama penegakan diagnosis, perencanaan

perawatan, maupun evaluasi hasil perawatan yang dilakukan.7 Melalui pemeriksaan

radiografik dapat diperoleh gambaran lokasi suatu obyek secara tepat sehingga

komplikasi ataupun kegagalan perawatan dapat dihindari. Dengan demikian

perawatan yang dihasilkan lebih maksimal.6

Pemeriksaan radiologi dilakukan berdasarkan pertimbangan usia, keadaan umum,

temuan klinis dan keadaan gigi pasien. Selain itu juga harus dipertimbangkan

2
prevalensi kelainan tersebut yang dapat terdeteksi secara radiografis dalam rongga

mulut, kemampuan klinisi dalam mendeteksi kelainan baik secara klinis maupun

radiografis, dan konsekuensi bila kelainan tersebut tidak terdeteksi dan tidak

diterapi.5

Walaupun banyak terdapat jenis pemeriksaan radiografik dengan beragam indikasi

dan kegunaan, secara garis besar pemeriksaan radiografik dapat dibedakan menjadi

pemeriksaan radiografik konvensional dan modern. Pemeriksaan konvensional antara

lain pemeriksaan radiografik proyeksi intra oral seperti paralel, biseksi dan bitewing,

atau ektra oral seperti panoramik, lateral sefalometri dan Postero Anterior (PA)

sefalometri. Sedangkan pemeriksaan modern antara lain seperti tomografi, computed

tomography (CT) Scan, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).2 Peralatan

radiografi yang sesuai, biaya, dan paparan radiasi semuanya memegang peran penting

dalam hal ini.11

CT-Scan (computed tomography scanning) adalah prosedur sinar-X jenis khusus

yang melibatkan pengukuran secara tidak langsung dari pelemahan atau atenuasi

sinar-X pada berbagai posisi pasien yang sedang diperiksa, dan mempunyai tube

sinar-X, detektor, serta letak tube sinar-X dan detektor untuk setiap posisi.8

Penggunaan pencitraan radiologik CT-Scan (computed tomography scanning)

memberikan informasi terbaik dari teknik yang tersedia dikota Makasssar.9 Computed

Tomography (CT) dapat untuk membantu investigasi lesi intrakranial, tumor jaringan

3
lunak dan keras dari kepala dan leher, fraktur fasial, osteomyelitis dan sinusitis

maksilaris.5,13

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-

hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di

seluruh dunia.13 Sinusitis diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses

inflamasi pada mukosa rongga hidung yang dapat mengenai satu ataupun beberapa

sinus paranasal.12,13

Insiden sinusitis merupakan penyakit yang cukup parah yang membuat orang

memeriksakan diri kedokter yaitu antara 1,3 dan 3,5 per 100 kasus orang dewasa per

tahun. Dari Data DEPKES RI (2003) menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus

berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817

penderita rawat jalan di rumah sakit.

Di Indonesia data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus

2005 dikutip oleh Allan dkk menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu

tersebut sebanyak 435 pasien dan 69% (300 pasien) adalah sinusitis.13 Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Farhat di Departemen THT-KL FK USU/ RSUP H.Adam

Malik Medan ini didapat insiden sinusitis yang disebabkan oleh infeksi gigi rahang

atas (dentogen) sebanyak 35 penderita (13,67%).12

Menurut Medical Center New York dikutip oleh Septiwati Madyaning, Taher

Alfian, Rahayu Umi sinusitis maksilaris yang disebabkan oleh infeksi odontogen

4
diketahui sekitar 47%. Berdasarkan Penelitian Marissa (2011) di RSUD dr. M.

Soewandhie Surabaya, menunjukkan bahwa dari 20 sampel penderita didapatkan 15

orang (75%) yang menderita sinusitis dengan infeksi odontogen.24

Oleh karena itu, peneliti tertarik mengetahui jenis gigi infeksi yang paling sering

menyebabkan sinusitis maksila ditinjau secara CT-Scan, dan adapun penulis memilih

tempat penelitian RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar karena rumah sakit

tersebut mempunyai CT-Scan dan fasilitas lainnya terlengkap pada bagian radiologi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis gigi infeksi apa yang sering dijumpai pada penderita sinusitis maksila

ditinjau secara CT-Scan di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar?

2. Berapa persen jenis infeksi gigi yang ditemukan pada penderita sinusitis maksila

ditinjau secara CT-Scan di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar?

3. Bagaimana distribusi jenis infeksi gigi pada penderita sinusitis maksila

berdasarkan sisi yang terkena dan perbandingannya dengan presentase jenis

kelamin?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

5
1. Untuk mengetahui persentase jenis gigi infeksi yang sering dijumpai pada

penderita sinusitis maksila di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Untuk mengetahui jumlah persentase jenis infeksi gigi yang ditemukan pada

penderita sinusitis maksila ditinjau secara CT-Scan di RSUP. Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

3. Untuk mengetahui distribusi jenis infeksi gigi pada penderita sinusitis maksila

berdasarkan sisi yang terkena dan perbandingannya dengan presentase

jeniskelamin.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

AdapunManfaat padapenelitianiniadalahsebagaiberikut:

1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang hubungan gigi

infeksi terhadap terjadinya sinusitis maksila.

2. Serta menambah pengetahuan tentang jenis gigi infeksi yang sering dijumpai

pada penderita sinusitis maksila.

Anda mungkin juga menyukai