Anda di halaman 1dari 20

ABSES SEREBRI

A. Definisi

Abses serebri adalah infeksi purulen pada parenkim otak yang diikuti

kerusakan jaringan dan edema di sekitarnya serta terdapat lesi desak ruang 1. Pada

umumnya soliter tetapi ada kalanya terdapat abses multilokular akibat emboli

septic dari bronkiektasis. Kebanyakan abses terletak di hemisfer serebri, 20-30%

berlokasi di serebelum dan hampir tidak pernah bersarang di batang otak 2.

B. Etiologi

Kira-kira 75% dari semua abses serebri berkembang sebagai penjalaran

dari otitis, mastoiditis, sinusitis frontalis, atau fraktur tengkorak. Lebih jarang

abses serebri berasal dari osteomielitis tulang tengkorak, atau infeksi gigi-geligi

ataupun infeksi di wajah. Bakteri yang sering ditemukan dalam abses serebri yaitu

streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, proteus, dan E.Coli. Kira-kira 75% dari

abses serebri disebabkan oleh bakteri tersebut, daan 25% sisanya disebabkan oleh

mikroorganisme lainnya 2.

Abses serebri stafilokokus biasanya berkembang dari penjalaran otitis

media atau fraktur cranii. Abses streptokokus dan pneumokokus sering merupakan

komplikasi dari infeksi paru-paru, otitis media atau trauma kapitis. Abses serebri

proteus dan E.Coli berkembang dari penjalaran otitis media atau mastoiditis.

Abses serebri yang dijumpai pada penderita penyakit jantung bawaan (tetralogi

fallot) pada umumnya disebabkan oleh infeksi streptokokus 2.

8
C. Patogenesis

Infeksi dapat mencapai otak dengan jalan yang berbeda-beda, seperti pada

otitis media, infeksi dapat meluas melalui cavum tympani atau melalui mastoid

dan meningen, kemudian mencapai jaringan otak. Infeksi meluas melalui vena-

vena dalam, menyebabkan trombosis vena. Trombosis menghambat sirkulasi

serebral, sehingga terjadi iskemia dan infark yang mempercepat terjadinya infeksi

lokal. Setiap robekan pada duramater akibat trauma merupakan sumber yang

potensial untuk terjadinya infeksi pada otak 3.

Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada jaringan otak. Biasanya

terdapat di bagian substansia alba, karena bagian ini kurang mendapat suplai

darah. Proses peradangan ini membentuk eksudat, trombosis septik pada

pembuluh-pembuluh darah, dan agregasi leukosit yang sudah mati 4.

Di daerah yang mengalami peradangan tadi timbul edema, perlunakan, dan

kongesti jaringan otak disertai perdarahan kecil. Di sekeliling abses terdapat

pembuluh-pembuluh darah dan infiltrasi leukosit. Bagian tengah kemudian

melunak dan membentuk ruang abses. Mula-mula dindingnya tidak begitu kuat,

kemudian terbentuk dinding yang kuat membentuk kapsul yang konsentris. Di

sekeliling abses terjadi infiltrasi leukosit polimorfnuklear, sel-sel plasma dan

limfosit. Seluruh proses ini memakan waktu lebih kurang dua minggu. Abses

dapat membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang

subaraknoid yang dapat mengakibatkan meningitis 4.

9
D. Gejala klinis

Pada permulaan terdapat gejala-gejala yang tidak khas seperti infeksi

umum, kemudian timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial berupa

nyeri kepala yang makin lama makin hebat, muntah-muntah, demam, penglihatan

kabur, kejang umum atau fokal, tidak ada nafsu makan, dan akhirnya kesadaran

menurun. Pada funduskopi tampak adanya edema papil 4.

Gejala defisit neurologi bergantung pada lokasi dan luas abses, antara lain

defisit nervi kranial, hemiparesis, reflek tendon meningkat, afasia, kaku kuduk,

hemianopia, nistagmus, ataksia, dan sebagainya 4.

E. Pemeriksaan Penunjang (1,2,4,5)

Leukosit ( > 10.000 sel/mm)

Laju Endap Darah (LED) meningkat pada 60% kasus

C reactive protein meningkat 85-90%

Kultur darah/ abses

Scanning

Arteriografi

F. Penatalaksanaan (1)

1. Terapi konservatif yaitu dengan antibiotik 4-8 minggu, bila pasien dalam

kondisi imunosupresi dapat diberikan antibiotik sampai 1 tahun.

2. Tindakan bedah ada 2 cara : eksisi atau drainase dengan cara steriotaktik

untuk menghindari kerusakan sekecil mungkin. Biasanya ukuran abses lebih

dari 2,5 cm atau menimbulkan lesi desak ruang.

10
3. Peran steroid untuk meredakan edema di sekitar abses diberikan selama 3-7

hari tapering off dan nilai per individu.

4. Manitol dapat diberikan bila tekanan intra kranial meningkat, dengan dosis

awal 0,5-1 gr/kgbb selama lebih dari 10 menit, kemudian diikuti dengan

dosis 0,25-0,5 gr/kgbb tiap 6 jam.

11
ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien laki-laki, usia 41 tahun, masuk ke bangsal Neurologi RS

Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 13 Juni 2007, dengan :

ANAMNESIS : Alloanamnesis

Keluhan Utama :

Nyeri kepala sejak 1minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu, nyeri kepala makin lama makin

hebat, muntah (+), tidak terus menerus, penglihatan ganda (+), menjalar ke

bagian belakang kepala

Nyeri kepala sudah dirasakan sejak 3 minggu yang lalu, awalnya nyeri

kepala dirasakan pada bagian kiri, tidak terus menerus, muntah (-), aura(-),

penglihatan ganda (-), kira-kira 5 menit kemudian hilang, dan tiba-tiba

muncul kembali tanpa ada faktor pencetus tertentu

Nyeri dada sebelah kanan, nyeri bertambah bila batuk dan bila berbaring

ke sebelah kanan

Kelemahan anggota gerak tidak ada

Demam (-), Kejang (-), perubahan status mental (-)

BAB dan BAK biasa

Pasien sudah dirawat di RS kerinci 1 minggu yang lalu, dengan nyeri

kepala dan nyeri dada sebelah kiri dan pernah dipasang WSD, selama

12
dirawat pasien mendapat obat OAT (OAT bulan ke lima) dan kemudian di

rujuk ke RS Dr. M Djamil Padang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit jantung dan

stroke.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita hipertensi, Diabetes Mellitus,

penyakit jantung dan stroke.

Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang pegawai dinas kesehatan

Pasien mempunyai kebiasaan merokok.

PEMERIKSAAN FISIK :

Status Generalis

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : sadar, kooperatif

Keadaan Gizi : sedang

Tekana Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 84x /menit

Pernapasan : 18x /menit

Suhu : 37C

13
Status Internus

Kulit : Tidak ada kelainan


KGB : Tidak ada kelainan
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Anemis (-), ikterik (-)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : JVP = 5 - 2 cmH2O
Paru : I : tidak simetris kiri kanan
P : Fremitus melemah di kanan bawah
P : redup di kanan bawah
A : Suara napas vesikuler melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : I : Ictus tidak terlihat
P : Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
P : Batas-batas jantung :
- atas : RIC II
- kanan : LSD
- kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
A : Irama jantung murni, teratur, M1 > M2, P2 < A2
Bising (-)
Abdomen : I : Perut tidak membuncit
P : Hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani
A: Bising usus (+) N
Alat Kelamin : Tidak diperiksa
Tangan : Tidak ada kelainan
Tungkai dan kaki : Tidak ada kelainan

14
Status Neurologikus

GCS : E 4 M6V5 = 15

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-)

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (+), sakit kepala

progresif (+).

Nervi cranialis :

N. I : sukar dinilai

N. II : sukar dinilai

N. III, IV, VI : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+), gerakan bola mata bebas ke segala arah

N. VII : raut muka simetris, plica nasolabialis kanan = kiri

N. VIII : fungsi pendengaran baik

N. IX, X : arcus faring simetris, uvula ditengah, nadi teratur, reflek

muntah (+)

N. XI : gerakan mengangkat bahu baik

N. XII : lidah tidak deviasi dan tidak atrofi

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : sensibilitas halus dan kasar baik

Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : +/+

Reflek patologis : -/-

15
HASIL LABORATORIUM :

Darah : Urine :

Hb : 16,2 gr% Protein : (+)

Leukosit : 15.700/mm Reduksi : (-)

LED : 81 mm/jam Leukosit : +++

Ht : 49 % Eritrosit : (+)

GDP : 79 mg% Silinder : (-)

DC : 0/2/2/75/16/5 Kristal : (-)

Trombosit : 279.000/mm 3 Epitel : (-)

Eritrosit : 5,34 juta/mm 3 Bilirubin : (-)

Kolesterol total : 194 mg% Urobilin : (+)

HDL : 49 mg%

LDL : 113 mg%

Trigliserida : 162 mg%

Ureum : 41 mg%

Kreatinin : 2,4 mg%

Asam urat : 6,1 mg%

K : 2,4 mEq/L

Na : 140 mEq/L

Cl : 106 mg/dl

Konsul paru, jawaban :

Kesan efusi pleura kanan e.c ?

anjuran : rawat bersama dengan bagian paru

16
FODS : papil batas tidak tegas, warna pucat.

Aa:vv = 3 : 2

Kesan : papil edema

DIAGNOSIS :

Diagnosis Klinik : sefalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : SOL

Diagnosis sekunder : pleural efusi dextra

TERAPI :

Umum :

IVFD RL 12 jam/kolf

Diet MB TKTP

Khusus :

Metil prednisolon 2x4mg po

Kalltrofen 2x100 mg

PEMERIKSAAN ANJURAN :

1. Ro foto cranium

2. EEG

3. pungsi cairan pleura

dilakukan pleural pungsi pada 2 tempat

17
hasil : cairan (-)

kesan : penebalan pleura

anjuran : foto lateral decubitus dextra

FOLLOW UP :

14 Juni 2007

Anamnesis

Nyeri kepala berkurang, tidur bisa, penglihatan ganda (-), muntah (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 82x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 22x/menit

Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,5C

Status Neurologikus

GCS : E 4 M6V5 = 15

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-)

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-).

Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+), gerakan bola mata bebas ke segala arah, raut muka simetris,

plica nasolabialis kanan = kiri, fungsi pendengaran baik, lidah tidak

deviasi dan tidak atrofi.

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : baik

18
Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : +/+, Reflek patologis : -/-

Ro thorax lateral decubitus dextra :

paru : tampak perselubungan homogen di hemithorax lateral kanan

jantung : dbN

ks : efusi pleura dextra

Diagnosis Klinik : cephalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : SOL

Diagnosis sekunder : efusi pleura kanan

Terapi :

Kaltrofen aff, ganti dengan asam mefenamat 3x1

Alprazolam 3 x 0,5 mg

15 Juni 07

Anamnesis

Sakit kepala bertambah, tidur susah, muntah tidak ada, batuk kering (+)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 78x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 20x/menit

Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,5C

19
Status Neurologikus

GCS : E4M6V5 = 10

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-), Laseque (-).

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-).

Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+)

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : baik

Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : ++/++, Reflek patologis : -/-

Menunggu hasil CT Scan

Diagnosis Klinik : cephalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : SOL

Diagnosis sekunder : efusi pleura dextra

Terapi :

Drip tramadol 1 amp dalam RL 12 jam/kolf

Alprazolam 2x12,5 mg po

Dekstrometorphan syr 3xcth I

Dexamethason 4x1 amp iv

Ranitidin 3x1 amp iv

Ampicilin 6x2 gr iv

Kemicetin 4x1 amp iv

20
16 Juni 07

Anamnesis

Sakit kepala bertambah, muntah (-), batuk (+)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 78x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 18x/menit

Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,8C

Status Neurologikus

GCS : E4M6V5 = 15

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-), Laseque (-).

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-).

Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+)

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : baik

Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : +/+, Reflek patologis : -/-

EKG : dalam batas normal

Menunggu hasil EEG , CT Scan, dan ro foto thorax lateral decubitus

Diagnosis Klinik : sephalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : SOL

Diagnosis sekunder : efusi pleura dextra

21
Terapi : Terapi lanjut

18 juni 2007

Anamnesis :

Sakit kepala berkurang, muntah (-), batuk (+)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 78x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 18x/menit

Tekanan Darah : 140/100 mmHg Suhu : 36,8C

Status Neurologikus

GCS : E4M6V5 = 15

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-)

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-).

Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+)

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : baik

Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : +/+, Reflek patologis : -/-

Diagnosis Klinik : sephalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : SOL

Diagnosis sekunder : efusi pleura dextra

22
Terapi :

kaltrofen 2x100 mg po

tramadol 2x50 mg po aff

alprazolam 2x0,5 mg

menunggu EEG dan ro foto lat decubitus dextra

11.00

A/ : sakit kepala terus menerus, muntah +, banyak tidur

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 86x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 18x/menit

Tekanan Darah : 150/100 mmHg Suhu : 37 C

Thy :

Drip tramadol dalam RL 1 amp 12 jam/kolf

Metoclopramid 1 amp iv jika muntah

Thy lain lanjut

Brain CT scan menunggu acc

14.00

A/ : sakit kepala berkurang, muntah -

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 86x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 18x/menit

Tekanan Darah : 150/100 mmHg Suhu : 37 C

Brain CT scan :

23
Massa hipodens di fronto occipito occipital dextra = midline shief ke kiri

Thy :

Thy lanjut, ditambah :

Dexamethasone kir 4x1 amp iv

Ranitidin 3x1 amp iv

Kemicetin 4x1 amp iv

Rencana : konsul bedah saraf

19 juni 2007

Anamnesis :

Sakit kepala berkurang, muntah (-), demam (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang Nadi : 78x/menit

Kesadaran : sadar, kooperatif Nafas : 18x/menit

Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu : 36,5C

Status Neurologikus

GCS : E4M6V5 = 15

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-),

Kernig (-)

Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-).

Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm, reflek

cahaya (+/+)

Motorik : laterisasi (-)

Sensorik : baik

24
Otonom : BAB dan BAK terkontrol

Reflek fisiologis : +/+, Reflek patologis : -/-

Diagnosis Klinik : sephalgia + udem papil bilateral

Diagnosis Topik : intrakranial

Diagnosis Etiologi : abses serebri multipel

Diagnosis sekunder : efusi pleura dextra

Terapi : lanjut

13.00 : jawaban konsul bedah saraf :

Ks : abses serebri multipel

Anjuran

drainase abses serebri multipel bila KU memungkinkan besok pagi

Konsul penyakit dalam untuk tindakan drainase

DISKUSI

25
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 41 tahun yang dirawat

di bangsal Neurologi RS Dr.M.Djamil Padang, dengan diagnosis klinis awal

sefalgia dan udem papil bilateral.

Diagnosis klinis ditegakkan dari anamnesisi dan pemeriksaan fisik. Dari

anamnesisi didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri kepala yang makin lama

semakin hebat namun tidak terus menerus, muntah (+), penglihatan ganda (+).

Setelah dilakukan funduskopi didapatkan hasil

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Tonam. 2004. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Ilmu Penyakit Syaraf.

FKUI. Jakarta.

2. Mardjono M, Sidharta P. 1989. Neurologi Klinis Dasar, ed 5. PT. Dian Rakyat.

Jakarta.

3. Silvia A Price. 1995. Patofisiologi, jilid 2. EGC. Jakarta.

4. Harsono. 1999. Buku Ajar Neurologi Klinis, ed 1. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

5. Harsono. 2000. Kapita Seekta Neurologi. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai