Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nabilla Luthfi Rusdiansyah

NPM : 230110150186
Kelas : C
Fisiologi Hewan Air

1. Ciri Morfologi Ikan Mas


Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat di sembulkan, di bagian mulut
di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang
sempurna dan warna badan sangat beragam. (Susanto,2007).
Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang
bebas.
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed).
Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam
mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris
gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali
pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. sisik ikan mas berukuran
besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras
dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal)
mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya
bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di
pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor.
Insang berjumlah tiga pasang dengan penutupnya (operculum). Hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya
tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas ini berukuran relatif besar dan merupakan tipe
sisik sikloid. Ikan mas mempunyai 5 jenis sirip yaitu sepasang sirip dada (pectoral
fin), sepasang sirip perut (abdominal fin), sirip dubur (anal fin), sirip punggung
(dorsal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang tunggal. Selain itu ikan mas mempunyai
gurat sisi atau linea lateralis yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor
yang berfungsi untuk mengetahui besarnya arus dalam air. Ekor pada ikan mas
bertipe homocerk, yaitu simetris dorso-ventral dan luar sedangkan dilihat sebelah
dalam dibangun oleh tulang-tulang yang asimetris di bagian dalam.

2. Sistem Peredaran Darah Pada Ikan Mas


Darah terdiri dari cairan plasma dan sel-sel darah yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Plasma darah
adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral-mineral terlarut, hasil absorbsi
dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme oleh jaringan, enzim, antibodi
serta gas terlarut. Di dalam plasma darah terkandung garam-garam anorganik
(natrium klorida, natrium bikarbonat dan natrium fosfat), protein (dalam bentuk
albumin, globulin dan fibrinogen), lemak (dalam bentuk lesitin dan kolesterol),
hormon, vitamin, enzim dan nutrient.
Sel darah ikan diproduksi di dalam jaringan hematopoietik yang terletak di
ujung anterior ginjal dan limpa. Berbeda dengan mamalia, pada ikan tidak ada
sumsum tulang. Namun demikian, ikan memiliki limfonodus. Pada ikan, darah
dibentuk di dalam organ ginjal, limpa dan timus.
Berdasarkan warna dan fungsi, darah dikelompokkan menjadi sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Sel darah putih dikelompokkan berdasarkan
pada ada tidaknya butir-butir (granul) dalam sitoplasma, yaitu granulosit dan
agranulosit. Kelompok granulosit meliputi neutrofil, eosinofil dan basofil. Jenis ini
memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu leukosit eosinofil yang bersifat
asidofil (berwarna merah oleh eosin), leukosit basofil berwarna basofil (ungu) dan
leukosit netrofil bersifat tidak basofil maupun asidofil. Temasuk ke dalam kelompok
agranulosit, yaitu monosit dan limfosit.
Eritrosit pada ikan merupakan sel dengan jumlah paling banyak, mencapai
4x106 sel/mm3. Jumlah eritrosit bervariasi pada tiap spesies dan biasanya dipengaruhi
oleh stres dan suhu lingkungan. Jumlah eritrosit pada teleost berkisar antara 1.05 x
106 sel/mm3 dan 3.0 x 106 sel/mm3. Jumlah eritrosit pada ikan mas (Cyprinu carpio)
adalah 1.43 x 106 sel/mm3. Menurut Alifuddin (1993), jumlah eritrosit pada ikan mas
adalah 2 x 106 sel/mm3
Eritrosit mengandung haemoglobin yang berfungsi membawa oksigen dari
insang ke jaringan tubuh. Kadar haemoglobin dalam darah berhubungan erat dengan
jumlah sel darah merah (eritrosit). Konsentrasi haemoglobin diukur berdasarkan pada
intensitas warna dan dinyatakan dalam satuan gram haemoglobin/100 ml darah
(gr/100 ml)Konsentrasi haemoglobin ikan mas (Cyprinus carpio) adalah 6.40 % gr/dl
dengan volume kapasitas oksigen sebesar 12.50 ml/dl.
Alat-alat peredaran darah ikan Mas terdiri dari :
Cor (jantung), disebelah posterior dari insang, dibatasi dari ruang perut (cavum
abdominalis) oleh septum transversum (sekat rongga badan). Cor terbungkus oleh
selaput pericardium.
Cor terdiri dari :
a. sinus venosus, berdinding tipis
b. atrium, merah coklat
c. ventrikel, merah coklat.
Bulbus arteriosus, warna putih.
Arteria (pembuluh nadi )
Vena (pembuluh balik)
Lien, warna merah coklat, memanjang di daerah intestinum.
Arteria dan vena
Darah kotor dari seluruh tubuh berkumpul melalui ductus cuvieri, kemudian
menuju sinus venosus atrium ventrikel bulbus arteriosus dan
aorta ventralis. Aorta ventralisbercabang-cabang sesuai dengan banyaknya insang,
dan menuju insang, yaitu arteria branchialis afferent. Arteria ini bercabang-cabang
lagi menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih kecil (kapiler) pada hemibranchii (daun
insang) untuk pengambilan oksigen. Kemudian berkumpul lagi menjadi arteria
branchialis efferent. Yang menuju kepala bersatu membentuk aorta carotis, dan ke
tubuh bagian belakang aorta dorsalis. Aorta dorsalis bercabang-cabang menuju
organ-organ tubuh.
Darah yang kembali ke jantung mengalir kembali melalui :
Vena cardialis posterior, dari tubuh bagian belakang.
Vena cardialis anterior, dari tubuh bagian depan.
Vena hepatica dari hepar (hati).

3. HEMATOKRIT
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan
Pettit, 1987). Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang
artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah
merah. Mengukur kadar hematokrit darah hewan uji digunakan tabung
mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra
Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar
adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai
hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah
total (Frandson, 1992).
Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-
sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari
bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat
tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume,
PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau
PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau
secara manual.
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung
antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen
atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual
dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit.
a. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30
menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit
yang dinyatakan dalam %.
b. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin
atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel
darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul
(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom
eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
Faktor yang mempengaruhi hematokrit, yaitu:
1. Jumlah eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemea) maka nilai
hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemi) maka
nilai hematokrit akan turun. (Pusdik, 1989)
2. Ukuran eritrosit
Faktor terpenting dalam pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah merah
dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka nilai
hematokrit juga tinggi
3. Bentuk eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma
(plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit meningkat.
4. Perbandingan antikoagulan dengan darah
Jika antikoagulan berlebihan akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga
nilai hematokrit menurun.( Ganda Soebrata, 1989)
5. Tempat penyimpanan
Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 6
jam.
6. Kurang homogen

Anda mungkin juga menyukai