NPM : 230110150186
Kelas : C
Fisiologi Hewan Air
3. HEMATOKRIT
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan
Pettit, 1987). Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang
artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah
merah. Mengukur kadar hematokrit darah hewan uji digunakan tabung
mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra
Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar
adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai
hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah
total (Frandson, 1992).
Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-
sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari
bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat
tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume,
PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau
PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau
secara manual.
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung
antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen
atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual
dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit.
a. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30
menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit
yang dinyatakan dalam %.
b. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin
atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel
darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul
(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom
eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
Faktor yang mempengaruhi hematokrit, yaitu:
1. Jumlah eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemea) maka nilai
hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemi) maka
nilai hematokrit akan turun. (Pusdik, 1989)
2. Ukuran eritrosit
Faktor terpenting dalam pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah merah
dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka nilai
hematokrit juga tinggi
3. Bentuk eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma
(plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit meningkat.
4. Perbandingan antikoagulan dengan darah
Jika antikoagulan berlebihan akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga
nilai hematokrit menurun.( Ganda Soebrata, 1989)
5. Tempat penyimpanan
Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 6
jam.
6. Kurang homogen