Anda di halaman 1dari 1

PENGGUNAAN OBAT ANTI-TBC PADA PASIEN

RAWAT JALAN DI RSUPN DR. CIPTO


MANGUNKUSUMO PERIODE JANUARI 2014
OKTOBER 2015
ABSTRAK
Anti-TBC digunakan untuk pengobatan penyakit menular tuberkulosis, terutama tuberkulosis paru.
Analisis dilakukan pada 223 pasien rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode januari 2014
oktober 2015 dengan metode deskriptif analitik retrospektif dan mengevaluasi catatan rekam medis
pasien tuberkulosis paru dengan kasus baru. Hasil penelitian menunjukkan tingginya angka penderita
tuberkulosis pada wanita (53%) dan 99,1 % menjalani pengobatan dengan OAT-KDT dengan angka
kerasionalan pengobatan 43%.
LATAR BELAKANG TUJUAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular Mengevaluasi penggunaan Obat Antituberkulosis pada
yang disebabkan oleh Mycobacterium pasien tuberkulosis paru dengan riwayat pasien baru di
tuberculosis. Jumlah penderita tuberkulosis Instalasi Rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
sampai saat ini mencapai 324.539 jiwa dengan periode Januari 2014 Oktober 2015.
kasus meninggal 41 jiwa dalam 100.000
penduduk (Global Tuberculosis 2015). METODE PENELITIAN
Berdasarkan data kementrian kesehatan tahun Rancangan Penelitian
2015 menyatakan angka kejadian tuberkulosis Metode deskriptih analitik dan metode
di provinsi DKI Jakarta mencapai 254/100.000 pengambilan data secara retrospektif.
penduduk, angka tersebut menduduki
Lokasi dan waktu penelitian
peringkat keempat dengan angka temuan
terbanyak seluruh Indonesia. Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
Obat Antituberkulosis (OAT) golongan satu pengambilan data dilakukan pada bulan Februari
berupa Etambutol, Isoniazid, Pirazinamid, hingga Mei tahun 2016.
Rifampisin, dan Streptomisin merupakan obat- 602 pasien TB Paru yang
dirawat jalan periode
obatan lini pertama yang digunakan dalam Januari 2014 - Oktober
2015 di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo
terapi tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis
untuk kategori 1 dilakukan selama minimal 6
224 pasien dengan riwayat
bulan. Lamanya pengobatan tersebut dapat 378 pasien dengan riwayat
pasien baru
pasien kambuh, default,
dan pasien pindahan
menurunkan kepatuhan pasien dan berdampak
tidak efektifnya pengobatan, selain itu
101 pasien mendapatkan
penggunaan obat yang berlebihan juga dapat 277 pasien mendapatkan
pengobatan kategori 1
pengobatan kategori 1 dan
melakukan pindah
menyebabkan beberapa efek yang tidak pengobatan

diinginkan seperti morbiditas, mortalitas, 54 pasien merupakan


keracunan obat, dll. Sehingga dibutuhkan 223 pasien mendapatkan
pengobatan kategori 1
pasien TB Paru dengan
komplikasi seperti DM,
evaluasi dalam pengguaan obat tanpa komplikasi Hipertensi, dan keganasan
(kanker, tumor)

antituberkulosis agar dapat memberikan efek


terapi yang efisien, memperbaiki kualitas Subjek
hidup pasien secara efektif dan efisien dan yang
dengan biaya minimal. diteliti

HASIL DAN PEMBAHASAN 602 pasien TB Paru yang


Karakteristik Pasien dirawat jalan periode Januari
Jenis Kelamin : perempuan 53% > laki-laki 47% 2014 - Oktober
Usia : dominan penderita dengan usia produktif 2015 di
(25-55 Tahun)

Profil Penggunaan Obat Antituberkulosis


Jenis OAT : jenis OAT yang digunakan paling banyak adalah OAT-KDT Lama Pengobatan : , 6 bulan 50,3 % dan 6 bulan 49,7%

Analisis Penggunaan Obat Rasional


Tepat Dosis : tepat dosis 88% Tepat Lama Pemberian : tepat 49%

Penggunaan Obat Rasional


rasional : 43% tidak rasional : 57% umumnya disebabkan penggunaan OAT terlalu lama

Hasil pengobatan
gagal : 2%

Anda mungkin juga menyukai