Anda di halaman 1dari 6

Menikah Dini, Haruskah ???

Oleh Wahyu Purnama

Seiring berjalannya waktu , pernikahan dini selalu menjadi bahan perbincangan

setiap orang. Baik dari khalayak ramai maupun dari remaja itu sendiri. Apalagi setiap runtut

peristiwa yang berhubungan dengan pernikahan dini selalu mengalami perkembangan dan

semakin kompleksnya masalah- masalah yang ada. Mulai nabi Muhammad yang menikahi

Aisyah yang sampai sekarang masih dipermasalahkan hingga Syekh Fuji yang menikahi Ulfa

yang masih berusia belasan tahun. Apalagi dengan ditayangkannya di setiap media massa

dan elektronik, problema ini selalu menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang mengatakan

setuju dan tak sedikit pula yang menolaknya. Orang yang pro kebanyakan mengacu pada

pernikahan nabi Muhammad yang konon Aisyah masih berusia 7 tahun. Mereka

mengatakan there is not wrong untuk hal ini. Kenapa kita tidak diperbolehkan menikah

dini ? Padahal kita diharuskan untuk mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah

sebagai wujud aplikasi ibadah kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika menikah dini dilarang,

apakah kita juga dilarang untuk bertaqwa kepada Allah?

Alasan kedua yang mendasar bagi pihak pro adalah jika tidak menikah dini

dikhawatirkan kita tidak bisa menjaga hawa nafsu serta terus menturuti godaan syeitan

yang berujung kepada perzinahan dan nantinya terjerumus ke dalam lembah kenistaan dan

kejahilan yang sangat dimurkai Allah . Sekali saja jatuh ke lubang itu, maka tak akan pernah

bisa lolos sebelum meminta ampun kepada Allah. Dengan menikah dini kita tak perlu lagi

takut terhadap hawa nafsu yang mesti kita kekang sebelum menikah. Alasan yang terakhir

adalah dengan menikah dini kita bisa belajar menuju kedewasaan dalam proses kematangan
individu. Memang kelihatannya sepele, namun hal ini sangat penting mengingat kebutuhan

rohani dan jiwa setiap remaja.

Setelah mengkaji dan meninjau ulang, pihak pro sangat setuju bahwasanya

pernikahan dini berpengaruh positif dalam kehidupan tatanan masyarakat serta tidak

menimbulkan kesenjangan sosial dan problema baru apalagi berdampak negatif jika

dilakukan oleh umat manusia di dunia ini.

Tapi masalahnya sekarang adalah jika kita melakukan pernikahan pada saat remaja

dimana pada saat ini terjadi perubahan- perubahan psikologis dan merupakan masa

peralihan antara anak- anak menuju dewasa, apakah tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap segala aspek kehidupan? Siapkah mentalnya? Siapkah materinya ? Apakah tak ada

solusi lain selain menikah dini? Jawabannnya tentu ada.

Dimana ada gula disitu ada semut. Apabila ada masalah, pasti ada solusinya. Apapun

problema hidup yang kita alami selalu ada jalan keluarnya, hanya bagaimana langkah kita

untuk mencari jalan keluarnya. Hanya dengan langkah kreatif dan inovatif kita bisa

menemukan solusi- solusi dari masalah yang ada. Begitu pula dengan pernikahan dini, ada

banyak planning lain yang lebih berguna dan terjamin dibandingkan dengan menikah dini,

antara lain dengan rajin belajar, berkerja mencari nafkah dan masih banyak aktivitas

aktivitas lain yang tentunya lebih baik daripada pernikahan dini.

Tanggapan dari pihak pro yang berpendapat bahwa dengan pernikahan dini kita tak

perlu khawatir dengan hawa nafsu , meningkatkan kedewasaan, dan mengikuti sunnah nabi

tidak seluruhnya benar. Pendapat pertama mereka tentang kekhawatiran menjaga hawa

nafsu masih sangat meragukan. Walau sudah menikahpun kita belum tentu bisa menahan
hawa nafsu kita , bisa saja kita tergoda dengan pasangan lain lewat perselingkuhan,

perzinahan. Apalagi syaithan sama sekali tidak memandang identitas korbannya baik dia

sudah menikah ataupun belum. Jadi semuanya kembali kepada diri kita masing- masing.

Pendapat pihak pro yang kedua bahwa dengan menikah dini kita bisa menjadi lebih

dewasa daripada sebelumnya tidaklah logis. Dua insan remaja yang sudah menikah sangat

rentan terjadi percekcokan, selisih paham, dan kejadian- kejadian lainnya yang tak

diinginkan. Apalagi dengan jiwanya yang masih labil sulit dipercaya untuk melanjutkan

ikatan batin yang telah terajut, dengan kata lain sedang berada di ambang perceraian. Lihat

saja seberapa banyak artis artis muda kita yang menikah pada usia dini yang pada akhirnya

berujung pada perceraian, sampai- sampai ada yang disiksa seperti yang telah terjadi akhir

akhir ini.

Pendapat pihak pro yang terakhir bahwa dengan menikah dini berarti kita telah

mengikuti sunnah Rasulullah masih perlu dipertanyakan keabsahannya. 2000 tahun yang

lalu sejarah mencatat Nabi Muhammad menikahi Aisyah bukan berdasarkan hawa nafsu

melainkan semata mata hanya untuk berjuang di jalan Allah. Rasulullah adalah seorang

rasul ulul azmi , kekasih Allah yang merupakan orang termulia hatinya, terbaik akhlaknya

dan Aisyah adalah satu satunya wanita yang paling cerdas sepanjang sejarah dunia sampai

sampai ia dijuluki ummul mukminin yang artinya adalah ibu dari para wanita.

.Sedangkan kita, para remaja yang selalu berlumuran dosa, yang selalu mengikuti hawa

nafsu, apakah yakin dapat disetarakan dengan Rasulullah SAW dan Aisyah dalam konteks

yang sama? Apakah yakin bisa merawat bunga seperti bunga mekar yang pernah ditanam

oleh nabi Muhammad dan Aisyah. Oleh karena itu tidaklah pantas jika para remaja sekarang
menikah dini hanya dengan alasan mengikuti sunah nabi, apalagi jika menikah dini yang

pada akhirnya nanti hanya berujung pada perceraian .

Pernikahan dini setidaknya melanggar hak - hak para remaja itu sendiri yang

sebenarnya bersifat esensial dan primer . Ironisnya, pernikahan dini masih banyak terjadi di

dunia, khususnya di Indonesia. Yang pertama hak mendapatkan pendidikan. Sesuai dengan

UU setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, termasuk para remaja. Para

remaja sebagai generasi penerus bangsa sangat diharapkan agar bisa memimpin bangsa ini

ke depan. Bangsa kita membutuhkan para intelektual tinggi agar bangsa ini terus maju, tapi

pertanyaaan yang muncul di benak kita , apakah kita mampu menjadi seorang intelek tanpa

pernah sedikitpun mengecam asam garam pendidikan? Hak yang kedua adalah hak untuk

berpikir dan berkreasi. Dengan adanya kasus pernikahan dini tentunya anak sudah tidak lagi

bisa mengekspresikan dan berpikir sesuai usianya, karena dia selalu dituntut dengan

berbagai kewajiban seorang istri dan ibu.

Sebenarnya banyak efek negatif dibandingkan positifnya dari pernikahan dini. Di antara

dampak negatifnya antara lain Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi

akibat pernikahan dini. Yang kedua si calon ibu akan mengalami masa reproduksi yang

panjang, sehingga memungkinkan banyak peluang besar untuk melahirkan dan mempunyai

anak yang mengakibatkan melonjaknya tingkat populasi dunia yang berakibat fatal karena

dapat menimbulkan bencana sosial seperti kelaparan, kemiskinan dan ketimpangan-

ketimpangan sosial lainnya.

Pernikaan dini dapat melanggar prinsip sosial budaya dalam masyarakat Indonesia

khususnya yang katanya tak pernah mengenal gender dan status sosial, tapi budaya ini justru

sudah mulai memudar seiring berkembangnya pernikahan dini yang menempatkan


perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja.

Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat menghormati perempuan

dalam kehidupan sehari hari. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya jahiliah yang

akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

Bukan hanya berdampak bagi masyarakat luas, tetapi juga berdampak besar bagi

pasangan pernikahan dini tersebut. Setelah menikah dini, pasangan ini tentu belum siap untuk

menghadapi tanggung jawab yang harus diemban seperti orang dewasa. Padahal kalau

menikah itu kedua belah pihak harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi

permasalahan-permasalahan baik itu problema ekonomi, pasangan, maupun anak. Sementara

itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalahan

secara matang. Yang namanya mendidik anak itu perlu pendewasaan diri, jadi harus ada

kematangan dan pemahaman diri untuk dapat memahami anak. Kalau masih kekanak-

kanakan, maka mana bisa sang ibu mengayomi anaknya.Apakah bisa seorang anak buat anak

? Apaka bisa seorang anak ngurus anak? Sangat mustahil kan! Yang ada hanya akan merasa

terbebani karena di satu sisi masih ingin menikmati masa muda dan di sisi lain dia harus

mengurusi keluarganya.

Si calon ibu pun juga tidak luput terkena imbas dari dampak negatif pernikahan dini.

Alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk

melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian

melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma dan infeksi yang akan membahayakan

organ - organ reproduksinya sampai sampai dapat membahayakan kondisi fisik dan jiwa si

anak. Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat berpengaruh besar

terhadap pola asuh, asih, asah si anak agar dapat menjadi generasi emas di kemudiah hari.

Secara psikis si calon ibu juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga
akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.

Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang sebenarnya

dia sendiri tidak mengerti atas keputusan hidupnya..

Dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari hari, agama islam melarang suatu

perbuatan yang dominan mudharatnya dibandingkan faedahnya. Setelah ditimbang dan

diamati , maka sudah jelas pernikahan dini lebih banyak mudharatnya ditimbang faedahnya,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini merupakan salah satu perbuatan yang

dilarang dalam agama.

Dari uraian tersebut jelas bahwa pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur lebih

banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Oleh karena itu pernikahan dini patut ditentang.

Orang tua harus disadarkan untuk tidak mengizinkan menikahkan anaknya dalam usia dini

dan para orang tua juga harus memahami peraturan perundang-undangan untuk melindungi

anak mereka. Tidak hanya dari orang tua,semua para remaja harus sadar dan mengetahui

dampak- dampak negatif dari pernikahan dini dengan cara banyak membaca dan berbagi

pengalaman dengan orang lain. Tentunya dengan tujuan agar tidak terbujuk untuk menikah

pada usia yang masih belia. Oleh karena itu, WASPADALAH - WASPADALAH !

Anda mungkin juga menyukai