Mekanisme Kerja :
Mengurangi resorpsi tulang oleh osteoklas dengan cara berikatan pada permukaan
tulang dan menghambat kerja osteoklas dengan cara mengurangi produksi proton
dan enzim lisosomal dibawah osteoklas.
Indikasi :
Untuk pengobatan osteoporosis pada wanita pascamenopause. Osteoporosis
dikonfirmasi dengan temuan masa tulang yang rendah atau dengan keberadaan
atau riwayat fraktur osteoporotik (BPOM RI, 2015).
Kontraindikasi :
Abnormalitas esophagus yang dapat memperlambat pengosongan esophagus
seperti stricture atau achalasia; tidak mampu berdiri atau duduk untuk sekurang-
kurangnya 30 menit; hipersensitivitas terhadap alendronate Na atau komponen
obat lainnya.; hipokalsemia; pasien dengan peningkatan resiko aspirasi tidak
diberikan alendronat dalam bentuk larutan buffer (BPOM RI, 2015).
Efek Samping :
Kejadian gastrointestinal bagian atas (nyeri perut, dyspepsia, ulkus esophagus,
disfagia dan abdominal distention); ruam dan eritema; nyeri muskuloskeletal,
konstipasi, diare, dlatulensi dan sakit kepala; mual,muntah, keram otot. Efek
samping yang dilaporkan pada penggunaan pasca pemasaran: reaksi
hipersensitivitas (termasuk urticaria dan angioedema); mual dan muntah,
esofagitis,erosi esophageal, ulkus esophagus, esophageal stricture atau perforasi,
dan ulkus orofaringeal, ulkus duodenum dan gaster (jarang, beberapa kasus berat
dan dengan komplikasi); rash; uveitis dan scleritis (jarang) (BPOM RI, 2015).
Interaksi :
Pemberian bersamaan dengan suplemen kalsium, antasida, dan pengobatan oral
lainnya dapat mempengaruhi absorbsi alendronat, oleh karena itu pasien harus
menunggu sekurang-kurangnya setengah jam setelah minum alendronat sebelum
minum obat oral lainnya. Penggunaan alendronat dengan HRT menyebabkan
peningkatan masa tulang yang lebih besar dan penurunan bone turnover yang
lebih besar. Studi klinis menunjukkan, penggunaan alendronat dosis lebih besar
dari 10 mg per hari dengan produk yang mengandung aspirin dapat meningkatkan
kejadian sampingan upper gastrointestinal, namun kejadian ini tidak terlihat pada
penggunaan alendronat 35 mg atau 70 mg sekali seminggu (BPOM RI, 2015).
Peringatan :
Seperti bifosfonat lainnya, alendronat dapat menyebabkan iritasi lokal pada
mukosa gastrointestinal bagian atas. Kejadian sampingan pada esophagus
dilaporkan terjadi pada penggunaan alendronat dan beberapa di antaranya
merupakan kasus parah dan memerlukan perawat di rumah sakit, oleh karena itu
dokter harus waspada terhadap reaksi esophagus ini dan apabila terjadi
pengobatan harus dihentikan. Peringatan harus diberikan pada pasien dengan
masalah gastrointestinal bagian atas sebelum menggunakan alendronat.
Alendronat tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien dengan klirens kreatinin
<35 mL/min (gangguan fungsi ginjal berat). Penyebab osteoporosis selain dari
kekurangan estrogen, penuaan dan penggunaan glukokortikoid harus
dipertimbangkan. Hipokalsemia harus diobati sebelum terapi alendronat dimulai.
Gangguan metabolisme mineral seharusnya diobati dengan efektif, dikarenakan
efek positif dari alendronat, khususnya pada pasien dengan penyakit Paget dan
pada pasien yang kecepatan bone turnover meningkat dengan besar sebelum
pengobatan dan pada pasien yang mendapatkan glukokortikoid serta pada pasien
yang absorbsi kalsiumnya menurun. Alendronat seharusnya tidak diberikan pada
wanita hamil dan menyusui (BPOM RI, 2015).
Dosis :
Dosis yang direkomendasikan adalah 70 mg sekali seminggu atau 10 mg sekali
sehari. Obat diberikan harus diberikan sekurang-kurangnya setengah jam sebelum
makan (BPOM RI, 2015).