Anda di halaman 1dari 6

Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih.

Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya
mempunyai perbedaan titik didih cukup tinggi. Proses destilasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan bagian kedua adalah cairan yang
tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap.[4]

Distilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan


berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen-komponennya yang cukup besar.
Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua proses seri, yakni
difusi dari dalam padatan ke permukaan butiran dan transfer massa dari permukaan
padatan ke solven. Jika salah satu proses

berlangsung lebih cepat, maka kecepatan perpindahan massa dikontrol oleh proses
yang lebih lambat.[5]

Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih komponen cairan yang
dipisahkan pada tekanan tertentu. Penguapan diferensial dari suatu campuran cairan merupakan
bagian terpenting dalam proses pemisahan dengan destilasi, diikuti dengan penampungan material
uap dengan cara pendinginan dan pengembunan dalam kondensor pendingin-air.[6]

Prinsip dasar dalam proses destilasi yaitu berdasarkan perbedaan titik didih, senyawa
dengan titik didih yang paling rendah akan terpisahkan terlebih dahulu. Air pendingin dimasukkan
dari ujung yang paling dekat dengan adaptor, dan air keluar melalui ujung pendingin yang lain.
Termometer dipasangsedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan titik didih senyawa yang sedang
dipisahkan. Ujung termometer diletakkan tepat pada posisi ujung pendingin.[7]

Metode destilasi yang umum digunakan dalam


produksi minyak atsiri adalah destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut
merupakan metode yang sederhana dan membutuhkan biaya
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang
pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar
minyak, pembuluhpembuluh, kantung minyak atau rambut
granular. Sebelum diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih
dahulu. Namun dalam proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan
tidak seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya
melalui proses penghancuran sederhana.[8]

Syarat utama pemisahan campuran cairan dengan cara destilasi adalah semua komponen
yang terdapat di dalam campuran haruslah bersifat volatil. Pada suhu yang sama, tingkat penguapan
pada masing-masing komponen akan berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa pada suhu tertentu,
komponen yang lebih volatil dalam campuran cairan akan lebih banyak membangkitkan uap. Sifat
yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa cairan akan lebih banyak
mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan uapnya pada suhu
tertentu memiliki komposisi yang berbeda. Perbedaan komposisi dalam kesetimbangan uap-cairan
dapat dengan mudah dipelajari pada destilasi pemisahan campuran alkohol dari air.[9]

Proses destilasi pada suhu tertentu, cairan yang setimbang dengan uapnya mempunyai
komposisi yang berbeda. Uap selalu lebih banyak mengandung komponen yang lebih volatil
demikian juga terjadi sebaliknya. Pada suhu berbeda komposisi uap cairannya akan berbeda. Dengan
demikian maka komposisi uap yang setimbang dengan cairannya akan berubah sejalan dengan
perubahan suhu.[10]

persentase senyawa yang terdapat dalam minyak hasil destilasi uap -air
mempunyai nilai yang lebih besar dari pada minyak hasil destilasi air. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada minyak hasil destilasi uap-air memiliki

randemen yang lebih tinggi karena senyawa


senyawa yang terekstrak lebih banyak. Dibandingkan dengan destilasi air, destilasi dengan uap-
air lebih unggul karena proses dekomposisi minyak lebih kecil (hidrolisa ester,
polimerisasi, resinifikasi, dan lain-lain). Pada destilasi air beberapa jenis ester misalnya linalil
asetat akan terhidrolisa sebagian, persenyawaan
yang peka seperti aldehid, mengalami polimerisasi karena pengaruh air mendidih.[11]

Kecepatan difusi destilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain susunan bahan
dalam ketel, suhu dan tekanan uap, berat jenis dan kadar air dari bahan, serta berat molekul dari
komponen kimia dalam sampel.[12]

Tekanan uap merupakan hasil pergerakan molekular yang mengalami peningkatan dengan
meningkatnya temperatur. Jika tekanan uap sama atau lebih besar dari tekanan luar, maka cairan
akan mendidih tepat pada temperatur panas penguapan. Pendidihan itu akan berlangsung terus
hingga cairan menguap sempurna atau hingga kesetimbangan antara cairan dan uap tercapai.[13]

Usaha-usaha untuk memperbaiki unjuk kerja distilasi uap telah dilakukan. Hakiki
(2007) menggunakan boiler berpenghalang untuk memperpanjang waktu kontak uap
dengan daun cengkeh. Adanya waktu kontak yang lebih baik terbukti mampu mengurangi
waktu distilasi yang cukup signifikan.. Pemasangan penghalang (baffle) dalam ketel akan
menyebabkan kesulitan ketika memasukkan dan mengeluarkan daun cengkeh. Penggunaan
tekanan untuk menaikkan titik didih air menyebabkan kenaikan biaya alat karena
harus menggunakan peralatan yang lebih tebal agar tahan terhadap tekanan.[14]

Salah satu cara mempercepat waktu distilasi adalah dengan cara mempercepat proses
perpindahan massa minyak dari dalam daun ke separating agent (steam). Kecepatan
distilasi minyak atsiri pada umumnya dikontrol oleh kecepatan difusi molekul
minyak atsiri di dalam air di dalam jaringan sel daun atau ranting suatu bahan. Salah satu
cara untuk mempercepat kecepatan transfer massa secara difusi adalah dengan
meningkatkan suhu sistem (biasanya dengan uap air). Suhu steam dapat dinaikkan dengan
cara memanfaatkan hubungan tekanan uap suatu larutan terhadap titik didihnya. Distilasi
dengan menggunakan steam dengan suhu yang tinggi pada tekanan atmosferis disebut
Super Steam Distillation. Pada penelitian ini, uap jenuh bersuhu tinggi diperoleh dengan cara
menguapkan campuran air-gliserol.[15]
Kondensor merupakan peranti penukar kalor khusus yang digunakan untuk mencairkan uap
dengan mengambil kalor. Kalor laten itu diambil dengan menyerapnya ke dalam zat cair yang lebih
dingin yang disebut pendingin. Karena suhu pendingin di dalam kondensor itu tentu meningkat
karena itu, maka alat itu dengan demikian juga bekerja sebagai pemanas. Kondensor dibagi atas 2
golongan yaitu kondensor selonsong dan tabung, dan juga kondensor kontak. Arus pendingin dan
arus uapnya, yang keduanya adalah air, bercampur secara fisik, dan meninggalkan kondensor
sebagai satu arus tunggal.[16]

Labu alas bulat merupakan peralatan gelas yang mempunyai alas bulat dan leher panjang
dengan mulut sempit. Labu alas bulat digunakan untuk memanaskan atau mendidihkan larutan.
Pada penggunaan untuk destilasi maka labu alas bulat ini masih disambung dengan pendingin dan
peralatan gelas yang lain.[17]

Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.

Khamidinal. Teknik Laboratorium kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

McCabe, Warren L, dkk. Operasi teknik kimia. Jakarta: Erlangga, 1985.

Raditya Cheryl, dkk. Destilasi Reaktif Metanol-Asam Asetat-Metil Asetat-Air, Jurnal Teknik
Kimia Indonesia. Vol.7 No.2 (Agustus 2008), 804-809.

Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi pada Isolasi Minyak
Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation, Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol. 8
No. 2 (Agustus 2009), h. 69-73.

Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk paramedis. Yogyakarta: Andi Offset, 2005.

13

Yuliarto Fuki Tri, dkk. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi
Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii),
Jurnal Teknosains Pangan, Vol 1 No 1(Oktober 2012), h. 12-23.

[1]Cheryl Raditya, dkk. Destilasi Reaktif Metanol-Asam Asetat-Metil Asetat-


Air, Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol.7 No.2 (Agustus 2008), 804-809.
[2]Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi
pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation,Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. Vol. 8 No. 2 (Agustus 2009), h. 69-73.
[3]Cheryl Raditya, dkk. Destilasi Reaktif Metanol-Asam Asetat-Metil Asetat-
Air, h. 804-809.
[4]Estien Yasid, Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 66-
67.
[5]Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi pada
Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation,h. 69-73.

[6]Alimin, dkk, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007), h. 35.


[7] Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, h. 137.
[8]Fuki Tri Yuliarto, dkk. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi
(Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis
(Cinnamomum Burmannii), Jurnal Teknosains Pangan, Vol 1 No 1(Oktober 2012), h. 12-
23.
[9]Alimin, dkk, Kimia Analitik, h. 36.
[10]Alimin, dkk, Kimia Analitik, h. 39.
[11]Fuki Tri Yuliarto, dkk. Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi
(Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis
(Cinnamomum Burmannii), h. 12-23.
[12]Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi
pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation, h. 69-73.
[13]Alimin, dkk, Kimia Analitik, h. 36.
[14]Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi
pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation, h. 69-73.
[15]Sutijan, dkk.Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi
pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation, h. 69-73.
[16]Warren L. McCabe, Operasi Teknik Kimia (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 421-
422.
[17]Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), h. 55.

Proses Distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen dalam

larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih

komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika suatu

campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda dengan fase

cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan didapatkan

komposisi yang cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini diembunkan dan dididihkan

kembali secara bertingkattingkat maka akan diperoleh komposisi yang semakin murni pada

salah satu komponen. Pada beberapa campuran komponen, untuk komposisi, suhu dan

tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan tersebut, artinya jika campuran tersebut

dididihkan maka komposisi fase uapnya akan memiliki komposisi yang sama dengan fase

cairnya, keadaan ini disebut kondisi azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat

dipisahkan dengan cara distilasi biasa (Abassato, 2007).

Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri dari dalam

bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan kontak langsung dengan air
mendidi.Sebelum rimpang jeringau didestilasi, rimpang terlebih dahulu diubah dalam bentuk

chipsuntuk mempermudah dalam proses destilasi. Permintaan akan minyak jeringau ini

sangat luas yaitu dari bidang industri makanan, farmasi, kecantikan maupun industri parfum

(Prisca, 2014).

Destilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas, dan cost-

effective untuk memproduksi minyak esensial di seluruh dunia. Destilasi tanaman aromatik

secara sederhana menggunakan penguapan atau membebaskan minyak dari membran sel

tanaman dengan adanya kelembaban, dengan menerapkan suhu yang tinggi dan kemudian

mendinginkan campuran uap untuk memisahkan minyak dari air berdasarkan

ketidakbercampuran dan densitas minyak esensial dengan air (Caroline, 2011).

Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk

memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu

campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni.

Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-

masing (Walangare, 2013).

B. Metode destilasi
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi

air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan metode yang sederhana dan

membutuhkan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan destilasi uap. Namun belum

ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap minyak atsiri yang

dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar minyak,

pembuluhpembuluh, kantung minyak atau rambut granular. Sebelum diproses, sebaiknya

bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih dahulu. Namun dalam proses

destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan tidak seragam, karena

proses pengecilan ukurannya hanya melalui proses penghancuran sederhana (Tri, 2012).
Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007).Efisiensi Kolom Sieve Tray pada Destilasi
yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air). Jurnal Nasional. 978-979.

Caroline. (2011). Pembuatan Minyak Esensial dengan Cara Destilasi. Makalah Konsep Herbal
Indonesia. Depok.

Prisca, Violetta Effendi & Simon Bambang Widjanarko. (2014). Distilasi dan Karakterisasi Minyak
Atsiri Rimpang Jeringau. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2, No.2. 1-8.

Tri, Fuki Yuliarto, Lia Umi Khasanah,&R. Baskara Katri Anandito. (2012). Pengaruh Ukuran Bahan
dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air) terhadap Kualitas Minyak Atsiri
Kulit Kayu Manis. Jurnal Teknosains Pangan. Vol.1, No.1.
Ratnayani, dkk. (2008). Penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada madu randu dan madu
kerengkeng dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi. jurnal kimia, 2(2), 77-78.

Anda mungkin juga menyukai