tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai kesadaran setelah cedera
kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam skala ini yaitu mata, verbal, dan motorik.
Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 sampai
6 tergantung respon yang diberikan.
Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa
dengan baik.
Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur bangun
yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap pertanyaan,
tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik.
coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M dan
selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal
adalah 15 yaitu E4V5M6 , sedangkan yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) :
Apatis Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma
Hipertensi : Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang)
CT-scan : Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana
pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan terhadap
pasien.
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga
mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice
Stroke
Stroke atau disebut juga cerebrovascular disease (CVD) adalah simtom gangguan
serebri yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak. Gangguan sirkulasi otak tersebut
dapat disebabkan oleh hipoperfusi ekstrakranial, trombosis, perdarahan intrakranial, emboli,
hipertensi, arterosklerosis, anoksia, dan gangguan darah seperti polisitemia.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai suatu kumpulan
gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak, baik sebagian ataupun menyeluruh,
secara tiba tiba disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu atau ketika
pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah disekitar sel pada otak. Gejala
dari stroke tiba tiba muncul dan sering lebih dari satu gejala pada waktu yang bersamaan,
12
seperti : 5,10,11
Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki, khususnya pada salah
satu bagian tubuh.
Tiba tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit dimengerti.
Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata.
Tiba tiba menjadi sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau kordinasi.
Tiba tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.
Faktor risiko yang paling penting untuk terjadinya stroke adalah hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, dan perokok. Termasuk pengkonsumsi alkohol, tinggi kadar kolesterol,
12
penggunaan obat terlarang, genetik, khususnya gangguan pembuluh darah.
Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia namun tiga perempat serangan stroke
12
terjadi pada orang orang dengan usia 65 tahun keatas. Menurut data statistik stroke
terbanyak dijumpai pada usia diatas 55 tahun, walupaun dapat terjadi pada semua golongan
usia. Insidens stroke karena perdarahan lebih sering terjadi pada usia 40 60 tahun sedangkan
akibat infark (emboli trombus) lebih sering dijumpai pada usia 60 90 tahun. Menurut
penelitian yang dilakukan Ecktstrorn dan kawan - kawan, juga penelitian yang dilakukan oleh
Suharso, insiden menurut jenis kelamin tidak ada perbedaan bermakna antara pria dan wanita.
.ANATOMI
1. Meninges
Meninges adalah selubung jaringan ikat non sarafi yang membungkus otak dan
medulla spinalis yang barisi liquor cerebrospinal dan berfungsi sebagai schock absorber.
Meninges terdiri dari tiga lapisan dari luar kedalam yaitu : duramater, arachnoidea dan
piamater.(1,3,4)
a. Duramater
Merupakan selaput padat, keras dan tidak elastis. Duramater pembungkus medulla
spinalis terdiri atas satu lembar, sedangkan duramater otak terdiri atas dua lembar yaitu
lamina endostealis yang merupakan jaringan ikat fibrosa cranium, dan lamina meningealis.
Membentuk lipatan / duplikatur dibeberapa tempat, yaitu dilinea mediana diantara kedua
hehemispherium cerebri disebut falx cerebri , berbentuk segitiga yang merupakan lanjutan
kekaudal dari falx cerebri disebut Falx cerebelli, berbentuk tenda yang merupakan atap dari
fossa cranii posterior memisahkan cerebrum dengan cerebellum disebut tentorium cerebelli,
dan lembaran yang menutupi sella tursica merupakan pembungkus hipophysis disebut
diafragma sellae.(1,3)
Diantara dua lembar duramater, dibeberapa tempat membentuk ruangan disebut sinus
( venosus ) duramatris. Sinus duramatis menerima aliran dari vv. Cerebri, vv. Diploicae, dan
vv. Emissari. Ada dua macam sinus duramatis yang tunggal dan yang berpasangan. Sinus
duramater yang tunggal adalah : sinus sagitalis superior, sinus sagitalis inferior, sinus rectus,
dan sinus occipitalis. Sinus sagitalis superior menerima darah dari vv. Cerebri,vv. Diploicae,
dan vv. Emissari.Sinus sagitalis inferior menerima darah dari facies medialis otak. Sinus
rectus terletak diantara falx cerebri dan tentorium cerebelli, merupakan lanjutan dari v.
cerebri magna, dengan sinus sagitalis superior membentuk confluens sinuum. Sinus
occipitalis mulai dari foramen magnum, bergabung dengan confluens sinuum.(1)
Sinus duramater yang berpasangan yaitu sinus tranversus, sinus cavernosus, sinus sigmoideus
dan sinus petrosus superior dan inferior. Sinus tranversus menerima darah dari sinus sagitalis
superior dan sinus rectus, kemudian mengalir ke v. jugularis interna. Sinus sigmoideus
merupakan lanjutan sinus tranversus berbentuk huruf S. Sinus petrosus superior dan inferior
menerima darah dari sinus cavernosus dan mengalirkan masing masing ke sinus
traaanversus dan v. jugularis interna(1)
b. Aracnoidea
Membran halus disebelah dalam duramater, tidak masuk kedalam sulcus / fissura
kecuali fissura longitudinalis. Dari aracnoidea banyak muncul trabecula halus menuju
kepiamater membentuk bangunan seperti sarang laba laba.
Diantara aracnoidea dan piamater terdapat ruang spatium subaracnoidale, yang dibeberapa
tempat melebar membentuk cisterna. Sedangkan celah sempit diantara duramater dan
aracnoidea disebut spatium subdurale, celah sempit diluar duramater disebut spatium
epidurale. Dari aracnoidea juga muncul jonjot jonjot yang mengadakan invaginasi ke
duramater disebut granulasio aracnoidales terutama didaerah sinus sagitalis yang berfungsi
klep satu arah memungkinkan lalunya bahan bahan dari LCS ke sinus venosus.(1,3)
c. Piamater
Piamater melekat erat pada otak dan medulla spinalis, mengikuti setiap lekukan,
mengandung vasa kecil. Ditempat tertentu bersama dengan ependyma membentuk tela
choroidea. Piamater berperan sebagai barrier terhadap masuknya senyawa yang
membahayakan.(1,3)
a. Arteri
b. Vena
- Vv. Cerebellaris
- Vv. Emissariae, yaitu vena yang menghubungkan sinus duralis dengan vena
superfisialis cranium yang berfungsi sebagai klep tekanan jika terjadi kenaiakan tekanan
intrakranial. Juga berperan dalam penyebaran infeksi ke dalam cavum cranii.
Vena yang berasal dari truncus cerebri dan cerebellum pada umumnya mengikuti kembali
aliran arterinya. Sedangkan aliran balik darah venosa di cerebrum tidak tidak mengikuti pola
di arterinya. Semua darah venosa meninggalkan otak melalui v. jugularis interna pada basis
cranii. Anastomosis venosa sangat ektensif dan efektif antara vv. Superfisialis dan vv.
Profunda di dalam otak. (3)
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya disebabkan oleh aneurisma (arteri yang melebar)
yang pecah atau karena suatu penyakit. Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis
dan rapuh adalah penyebab tersering perdarahan intraserebrum. Penyakit semacam ini adalah
hipertensi (peningkatan tekanan darah).
menurut WHO dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dapat dibagi 2, yaitu:
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
PIS adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma.
2) Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
PSA adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoid.
Patogenesis
Penyebab stroke adalah aliran darah ke otak yang terhambat, sehingga membuat sel sel otak
tidak mendapatkan makanan. Terhambatnya aliran darah ke otak ini disebabkan dua hal,
pembuluh darah tersumbat (stroke iskemik) ataupun pecah (stroke hemoragik) (Fauzan,
2007).
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat adanya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi bila
arteri di otak pecah, darah tumpah ke otak atau rongga antara permukaan luar otak
dan tengkorak.
a) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Charcot-
Bouchard aneurysms) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah
sub kortikal, serebelum, pons, dan batang otak. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Misbach, 1999).
Namun 50% penderita PIS akut tidak mempunyai riwayat hipertensi dan hasil
pengobatan yang baik terhadap hipertensi menyebabkan menurunnya prevalensi PIS
dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, belakangan ini etiologi PIS dibagi menjadi dua
yaitu Hypertensive Intracerebral Hemorrhage dan Non-hypertensive Intracerebral
Hemorrhage. Yang termasuk Non-hypertensive Intracerebral Hemorrhage adalah
Cerebral Amyloid Angiopaty (CAA), pemakai anti koagulansia/trombolitik, neoplasma,
drug abuse, aneurisma/AVM, idiopatik, dan lain-lain
b) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid biasanya timbul karena pecahnya dinding pembuluh darah yang
lemah. Apakah karena suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu
Aneurisma
Pada trauma kapitis dapat terjadi perdarahan intrakranial / hematom intrakranial yang dibagi
menjadi :hematom yang terletak diluar duramater yaitu hematom epidural, dan yang terletak
didalam duramater yaitu hematom subdural dan hematom intraserebral ; dimana masing-masing
dapat terjadi sendiri ataupun besamaan
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-
20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg
(pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral
1. Sakit kepala
2. Muntah-muntah
3. Kesadaran menurun
Pemeriksaan fisik yang baik sesharusnya akan memberikan gambaran klinis perkiraan
diagnosis topis lesi.
Tindakan Operatif
1. Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi
2. Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
3. VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi
perdarahan intraserebral selalu disebabkan oleh pecahnya arteri arteriosklerotik kecil yang
menyebabkan melemahnya pembuluh darah, terutama oleh hipertensi arterial kronik. Perdarahan
lazimnya besar, tunggal, dan merupakan bencana. Penggunaan kokain atau kadang-kadang obat
simptomatik lainnya dapat menyebabkan hipertensi singkat yang parah yang menyebabkan
perdarahan. Perdarahan intraserebral akibat dari aneurisma congenital, arteriovenosa atau kelainan
vascular lainnya, trauma, aneurisma mycotic, infark otak (infark hemoragik), primer atau metastasis
tumor otak, antikoagulasi berlebihan, dyscrasia darah, perdarahan atau gangguan vasculitic jarang
terjadi.
Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi
akibat cedera vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture salah satu dari banyak arteri
kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intraserebral paling sering terjadi pada saat pasien terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya
sering disaksikan oleh orang lain. Karena lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam,
basal ganglia dan kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang
disebabkan oleh stroke tipe ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan intraserebral (PIS) adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan, bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
Perdarahan intraserebral merupakan 10% dari semua jenis stroke, tetapi persentase kematian
leih tinggi disebabkan oleh stroke. Sekitar 60% terjadi di putamen dan kapsula interna, dan
masing-masing 10% pada substansia alba, batang otak, serebelum dan talamus. Pada usia 60
tahun, PIS lebih sering terjadi dibandingkan subarachnoid hemorrhage (PSA). (1)
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
sehingga melemahkan arteri kecil dan menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan perdarahan sementara. Pada
beberapa orangtua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak.
Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan
perdarahan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Hipertensi
Cerebral Amyloid Angiopathy adalah suatu perubahan vaskular yang unik ditandai
oleh adanya deposit amiloid di dalam tunika media dan tunika adventisia pada arteri
kecil dan arteri sedang di hemisfer serebral. Arteri-arteri yang terkena biasanya adalah
arteri-arteri kortikal superfisial dan arteri-arteri leptomening.
PATOFISIOLOGI
C. GEJALA KLINIS
Secara umum gejala klinis PIS merupakan gambaran klinis akibat akumulasi
darah di dalam parenkim otak. PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur
sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,5-70%) per akut. Biasanya
disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran ini bervariasi frekuensi dan
derajatnya tergantung dari lokasi dan besarnya perdarahan tetapi secara keseluruhan
minimal terdapat pada 60% kasus. Dua pertiganya mengalami koma, yang dihubungkan
dengan adanya perluasan perdarahan ke arah ventrikel, ukuran hematomnya besar dan
prognosisnya jelek. Sakit kepala hebat dan muntah yang merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial dijumpai pada PIS, tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36%
kasus yang disertai dengan sakit kepala,namun kasus yang disertai muntah didapati pada
44% kasus. Jadi tidak adanya sakit kepala dan muntah tidak menyingkirkan PIS,
sebaliknya bila dijumpai akan sangat mendukung diagnosis PIS atau perdarahan
subarakhnoid sebab hanya 10% kasus stroke oklusif disertai gejala tersebut. Kejang
jarang dijumpai pada saat onset PIS. (5)
1. Putaminal Hemorrhage
2. Thalamic Hemorrhage
3. Perdarahan Pons
5. Perdarahan Lober
E. DIAGNOSIS
Cara yang paling akurat untuk mendefinisikan stroke hemoragik dengan stroke
non hemoragik adalah dengan CT scan tetapi alat ini membutuhkan biaya yang besar
sehingga diagnosis ditegakkan atas dasar adanya suatu kelumpuhan gejala yang dapat
membedakan manifestasi klinis antara perdarahan infark.(5)
CT-scan adalah suatu pemeriksaan penunjang yang efektif bagi pasien dengan kecurigaan
perdarahan intraserebral untuk mengetahui lokasi,tempat, arah penyebaran perdarahan. (5)
Pemeriksaan Penunjang
Kimia darah
Lumbal punksi
EEG
CT scan
Volume darah pada perdarahan intraserebral bisa dihitung menggunakan rumus
Broderick :
(Panjang lesi x Lebar lesi x jumlah slice yang ada lesi) / 2
Arteriografi
F. KOMPLIKASI
o Stroke hemoragik
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak. Penyebabnya biasanya hipertensi kronis. Gejala umum termasuk defisit
neurologis fokal, seringkali dengan onset mendadak sakit kepala, mual, dan penurunan
kesadaran. Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi ganglia basal, lobus otak,
otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat terjadi di bagian lain dari batang
otak atau otak tengah. Aada sindroma utama yang menyertai stroke hemoragik menurut
Smith dapat dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu putaminal hemorrhage, thalamic
hemorrhage, pontine hemorrhage, cerebellar hemorrhage, lobar hemorrhage.
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan.
Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya tinggi.
Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk. Dan adanya darah di
dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam
ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat.