Anda di halaman 1dari 17

GCS (glasgow coma scale) adalah skala neurologi yang dapat digunakan untuk menilai

tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai kesadaran setelah cedera
kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam skala ini yaitu mata, verbal, dan motorik.
Hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 sampai
6 tergantung respon yang diberikan.

Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa
dengan baik.
Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur bangun
yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap pertanyaan,
tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik.
coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M dan
selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal
adalah 15 yaitu E4V5M6 , sedangkan yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Berikut beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS (15-14) : Composmentis
Nilai GCS (13-12) :
Apatis Nilai GCS (11-10) : Delirium
Nilai GCS (9-7) : Somnolen
Nilai GCS (6-5) : Sopor
Nilai GCS (4) : semi-coma
Nilai GCS (3) : Coma
Hipertensi : Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang)

CT-scan : Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana
pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan terhadap
pasien.

CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer dan televisi sehingga
mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice

Lesi hiperdens (gambaran darah intracranial)

intra cerebral (di dalam otak itu sndri)

stroke dan brain injury

Stroke
Stroke atau disebut juga cerebrovascular disease (CVD) adalah simtom gangguan
serebri yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak. Gangguan sirkulasi otak tersebut
dapat disebabkan oleh hipoperfusi ekstrakranial, trombosis, perdarahan intrakranial, emboli,
hipertensi, arterosklerosis, anoksia, dan gangguan darah seperti polisitemia.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai suatu kumpulan
gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak, baik sebagian ataupun menyeluruh,
secara tiba tiba disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu atau ketika
pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah disekitar sel pada otak. Gejala
dari stroke tiba tiba muncul dan sering lebih dari satu gejala pada waktu yang bersamaan,
12
seperti : 5,10,11
Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki, khususnya pada salah
satu bagian tubuh.
Tiba tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit dimengerti.
Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata.
Tiba tiba menjadi sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau kordinasi.
Tiba tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.

Faktor risiko yang paling penting untuk terjadinya stroke adalah hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, dan perokok. Termasuk pengkonsumsi alkohol, tinggi kadar kolesterol,
12
penggunaan obat terlarang, genetik, khususnya gangguan pembuluh darah.
Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia namun tiga perempat serangan stroke
12
terjadi pada orang orang dengan usia 65 tahun keatas. Menurut data statistik stroke
terbanyak dijumpai pada usia diatas 55 tahun, walupaun dapat terjadi pada semua golongan
usia. Insidens stroke karena perdarahan lebih sering terjadi pada usia 40 60 tahun sedangkan
akibat infark (emboli trombus) lebih sering dijumpai pada usia 60 90 tahun. Menurut
penelitian yang dilakukan Ecktstrorn dan kawan - kawan, juga penelitian yang dilakukan oleh
Suharso, insiden menurut jenis kelamin tidak ada perbedaan bermakna antara pria dan wanita.
.ANATOMI

1I.1 Meninges dan Vasa Darah Otak

1. Meninges

Meninges adalah selubung jaringan ikat non sarafi yang membungkus otak dan
medulla spinalis yang barisi liquor cerebrospinal dan berfungsi sebagai schock absorber.
Meninges terdiri dari tiga lapisan dari luar kedalam yaitu : duramater, arachnoidea dan
piamater.(1,3,4)

a. Duramater

Merupakan selaput padat, keras dan tidak elastis. Duramater pembungkus medulla
spinalis terdiri atas satu lembar, sedangkan duramater otak terdiri atas dua lembar yaitu
lamina endostealis yang merupakan jaringan ikat fibrosa cranium, dan lamina meningealis.
Membentuk lipatan / duplikatur dibeberapa tempat, yaitu dilinea mediana diantara kedua
hehemispherium cerebri disebut falx cerebri , berbentuk segitiga yang merupakan lanjutan
kekaudal dari falx cerebri disebut Falx cerebelli, berbentuk tenda yang merupakan atap dari
fossa cranii posterior memisahkan cerebrum dengan cerebellum disebut tentorium cerebelli,
dan lembaran yang menutupi sella tursica merupakan pembungkus hipophysis disebut
diafragma sellae.(1,3)

Diantara dua lembar duramater, dibeberapa tempat membentuk ruangan disebut sinus
( venosus ) duramatris. Sinus duramatis menerima aliran dari vv. Cerebri, vv. Diploicae, dan
vv. Emissari. Ada dua macam sinus duramatis yang tunggal dan yang berpasangan. Sinus
duramater yang tunggal adalah : sinus sagitalis superior, sinus sagitalis inferior, sinus rectus,
dan sinus occipitalis. Sinus sagitalis superior menerima darah dari vv. Cerebri,vv. Diploicae,
dan vv. Emissari.Sinus sagitalis inferior menerima darah dari facies medialis otak. Sinus
rectus terletak diantara falx cerebri dan tentorium cerebelli, merupakan lanjutan dari v.
cerebri magna, dengan sinus sagitalis superior membentuk confluens sinuum. Sinus
occipitalis mulai dari foramen magnum, bergabung dengan confluens sinuum.(1)
Sinus duramater yang berpasangan yaitu sinus tranversus, sinus cavernosus, sinus sigmoideus
dan sinus petrosus superior dan inferior. Sinus tranversus menerima darah dari sinus sagitalis
superior dan sinus rectus, kemudian mengalir ke v. jugularis interna. Sinus sigmoideus
merupakan lanjutan sinus tranversus berbentuk huruf S. Sinus petrosus superior dan inferior
menerima darah dari sinus cavernosus dan mengalirkan masing masing ke sinus
traaanversus dan v. jugularis interna(1)

b. Aracnoidea

Membran halus disebelah dalam duramater, tidak masuk kedalam sulcus / fissura
kecuali fissura longitudinalis. Dari aracnoidea banyak muncul trabecula halus menuju
kepiamater membentuk bangunan seperti sarang laba laba.
Diantara aracnoidea dan piamater terdapat ruang spatium subaracnoidale, yang dibeberapa
tempat melebar membentuk cisterna. Sedangkan celah sempit diantara duramater dan
aracnoidea disebut spatium subdurale, celah sempit diluar duramater disebut spatium
epidurale. Dari aracnoidea juga muncul jonjot jonjot yang mengadakan invaginasi ke
duramater disebut granulasio aracnoidales terutama didaerah sinus sagitalis yang berfungsi
klep satu arah memungkinkan lalunya bahan bahan dari LCS ke sinus venosus.(1,3)

c. Piamater

Piamater melekat erat pada otak dan medulla spinalis, mengikuti setiap lekukan,
mengandung vasa kecil. Ditempat tertentu bersama dengan ependyma membentuk tela
choroidea. Piamater berperan sebagai barrier terhadap masuknya senyawa yang
membahayakan.(1,3)

II.2. Vasa Darah Otak

a. Arteri

Otak divaskularisasi oleh cabang cabang a. carotis interna dan a. vertebralis. A.


carotis interna merupakan cabang dari a. carotis comunis yang masuk ke kavum cranii
melalui canalis caroticus, cabang- cabangnya adalah a. optalmica, a. choroidea anterior, a.
cerebralis anterior dan a.cerebralis medialis. A. opthalmica mempercabang a. centralis retina,

a. cerebralis anterior mempercabangkan a. communicans anterior, sedangkan a.


cerebralis medialis mempercabangkan a. communican posterior.(3)
Arteri vertebralis merupakan cabang a. subclavia naik ke leher melalui foramina tranversalis.
Kedua a. vertebralis di kranial pons membentuk a. basillaris yang mempercabangkan aa.
Pontis, a.labirintina ( mengikuti n. V dan n. VIII ), a. cerebellaris superior ( setinggi n. III dan
n. IV ) dan a. cerebralis posterior yang merupakan cabang terminal a. basilaris.(3)
Cabang -.cabang a. carotis interna dan a. vertebralis membentuk circulus arteriosus Willis
yang terdapat disekitar chiasma opticum. Dibentuk oleh a. cerebralis anterior, a. cerebralis
media, a. cerebralis posterior, a. comunican posterior dan a.communican anterior. Sistem ini
memungkinkan suplai darah ke otak yang adekuat terutama jika terjadi oklusi / sumbatan. (3)

b. Vena

Vena diotak dikalsifikasikan sebagai berikut : (3)

- Vena cerebri eksterna, meliputi v. cerebralis superior / lateralis / medialis / inferior


dan vv. Basallles.

- Vena cerebri interna, meliputi v. choroidea dan v. cerebri magna.

- Vv. Cerebellaris

- Vv. Emissariae, yaitu vena yang menghubungkan sinus duralis dengan vena
superfisialis cranium yang berfungsi sebagai klep tekanan jika terjadi kenaiakan tekanan
intrakranial. Juga berperan dalam penyebaran infeksi ke dalam cavum cranii.
Vena yang berasal dari truncus cerebri dan cerebellum pada umumnya mengikuti kembali
aliran arterinya. Sedangkan aliran balik darah venosa di cerebrum tidak tidak mengikuti pola
di arterinya. Semua darah venosa meninggalkan otak melalui v. jugularis interna pada basis
cranii. Anastomosis venosa sangat ektensif dan efektif antara vv. Superfisialis dan vv.
Profunda di dalam otak. (3)

Hubungan antara stroke hemoragik dan lesi hiperdense intra cerebral

Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya disebabkan oleh aneurisma (arteri yang melebar)
yang pecah atau karena suatu penyakit. Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis
dan rapuh adalah penyebab tersering perdarahan intraserebrum. Penyakit semacam ini adalah
hipertensi (peningkatan tekanan darah).

menurut WHO dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dapat dibagi 2, yaitu:
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
PIS adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma.
2) Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
PSA adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subarakhnoid.

Patogenesis
Penyebab stroke adalah aliran darah ke otak yang terhambat, sehingga membuat sel sel otak
tidak mendapatkan makanan. Terhambatnya aliran darah ke otak ini disebabkan dua hal,
pembuluh darah tersumbat (stroke iskemik) ataupun pecah (stroke hemoragik) (Fauzan,
2007).

1) Stroke Iskemik / Stroke non-Hemoragik


Stroke iskemik terjadi akibat turunnya tekanan perfusi otak. Keadaan ini disebabkan
oleh sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau
tertutupnya aliran darah otak, penyebabnya antara lain (Misbach, 1999):
a) Perubahan patologik pada dinding arteri pembuluh darah otak menyebabkan trombosis
yang diawali oleh proses arteriosklerosis di tempat tersebut.
b) Perubahan akibat proses hemodinamik, karena sumbatan di bagian proksimal pembuluh
arteri.
c) Perubahan akibat perubahan sifat darah.
d) Tersumbatnya pembuluh darah akibat emboli daerah proksimal

Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat adanya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi bila
arteri di otak pecah, darah tumpah ke otak atau rongga antara permukaan luar otak
dan tengkorak.
a) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Charcot-
Bouchard aneurysms) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah
sub kortikal, serebelum, pons, dan batang otak. Gejala neurologik timbul karena
ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis (Misbach, 1999).
Namun 50% penderita PIS akut tidak mempunyai riwayat hipertensi dan hasil
pengobatan yang baik terhadap hipertensi menyebabkan menurunnya prevalensi PIS
dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, belakangan ini etiologi PIS dibagi menjadi dua
yaitu Hypertensive Intracerebral Hemorrhage dan Non-hypertensive Intracerebral
Hemorrhage. Yang termasuk Non-hypertensive Intracerebral Hemorrhage adalah
Cerebral Amyloid Angiopaty (CAA), pemakai anti koagulansia/trombolitik, neoplasma,
drug abuse, aneurisma/AVM, idiopatik, dan lain-lain

b) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid biasanya timbul karena pecahnya dinding pembuluh darah yang
lemah. Apakah karena suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu
Aneurisma

Membedakan iskemik dan hemoragik


Sedangkan untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke hemoragik dilakukan
pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala (Misbach, 1999). Pada stroke hemoragik
akan terlihat adanya gambaran hiperdens(pendarahan), sedangkan pada stroke iskemik
akan terlihat adanya gambaran hipodens(abses otak, infark(kurangnya suplai darah ke
otak)).

Peningkatan tekanan darah sebagai salah satu faktor risiko


stroke
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko yang kuat untuk terjadinya
stroke hemoragik. Baik tekanan sistol yang tinggi, maupun tekanan diastol yang tinggi,
merupakan faktor risiko dominan untuk terjadinya stroke. AHA melaporkan, 77% dari
penderita stroke mengidap hipertensi.
Tekanan darah yang tinggi, seringkali menyebabkan rupturnya pembuluh darah
utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak. Bila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral. Akibatnya,
diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya
karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa
untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan
darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya,
terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak (Hariyono, 2006).
Pada hipertensi kronis dapat terjadi mikroaneurisma dengan diameter 1 mm (terutama terjadi
pada arteri lentikulostriata). Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah atau
mengejan, aneurisma bisa pecah. Hipertensi yang kronis merupakan salah satu penyebab
terjadinya disfungsi endotelial dari pembuluh darah.
Pecahnya pembuluh darah seringkali disebabkan oleh naiknya tekanan intravaskuler
sehingga dinding pembuluh darah tidak mampu menahan regangan. Kerusakan pada
dinding pembuluh darah mengakibatkan darah keluar dari vasa ke ruang interstitial,
kemudian menimbulkan tekanan ke jaringan sekitarnya dan mengalami konsolidasi
dan pembekuan.

Pada trauma kapitis dapat terjadi perdarahan intrakranial / hematom intrakranial yang dibagi
menjadi :hematom yang terletak diluar duramater yaitu hematom epidural, dan yang terletak
didalam duramater yaitu hematom subdural dan hematom intraserebral ; dimana masing-masing
dapat terjadi sendiri ataupun besamaan

III.1 EPIDURAL HEMATOMA


III.1.a. Definisi
Hematom epidural merupakan pengumpulan darah diantara tengkorak dengan duramater ( dikenal
dengan istilah hematom ekstradural ). Hematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arteriel
akibat adanya fraktur linier yang menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri-arteri
meningens ( a. Meningea media ). Fraktur tengkorak yang menyertai dijumpai pada 8% - 95% kasus,
sedangkan sisanya (9%) disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur (terutama
pada kasus anak-anak dimana deformitas yang terjadi hanya sementara)
II.2 SUBDURAL HEMATOMA
III.2. a Definisi
Perdarahan subdural ialah perdarahan yang terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan
subdural dapat berasal dari:
1. Ruptur vena jembatan ( "Bridging vein") yaitu vena yang berjalan dari ruangan subaraknoid atau
korteks serebri melintasi ruangan subdural dan bermuara di dalam sinus venosus dura mater.
2. Robekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau araknoid
iII.3 INTRASEREBRAL HEMATOM
III.3.a. Definisi
Adalah perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak. Hematom intraserbral pasca traumatik
merupkan koleksi darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera regangan atau robekan rasional
terhadap pembuluh-pembuluh darahintraparenkimal otak atau kadang-kadang cedera penetrans.
Ukuran hematom ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter dan dapat
terjadi pada 2%-16% kasus cedera.

Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-
20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan
volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg
(pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral

Anamnesis Stroke Hemoragik


Yang perlu ditanyakan pada pasien dengan kecurigaan stroke hemoragik adalah tanda-tanda
gejala prodormal dan gejala parenkim otak

Gejala prodormal yaitu Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat berupa :

1. Sakit kepala
2. Muntah-muntah
3. Kesadaran menurun

Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan intraserebral), memberikan gejala tergantung


daerah otak yang tertekan/terdorong oleh bekuan darah

Pemeriksaan Fisik Stroke Hemoragik


Pada pasien dengan stroke hemoragik biasanya dapat ditemukan pemeriksaan fisik yang
signifikan yaitu
1. GCS
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Kelemahan motorik
4. Defisit sensorik
5. Gangguan otonom
6. Gangguan neurobehavior

Pemeriksaan fisik yang baik sesharusnya akan memberikan gambaran klinis perkiraan
diagnosis topis lesi.

Kriteria Diagnosis Stroke Hemoragik


Defisit neurologis fokal atau global yang muncul sacara tiba-tiba, dapat disertai tanda
peningkatan tekanan intrakranial dan dibuktikan dengan adanya lesi perdarahan pada
pemeriksaan neuroimaging otak (CT-Scan atau MRI).

Diagnosis Banding Stroke Hemoragik


Stroke Iskemik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)

Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik


1. CT Scan/ MRI Brain
2. CT/MR Angiografi Brain
3. EKG
4. Doppler Carotis
5. Transcranial Doppler
6. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
Activated Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah
puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CPR), laju endap darah,
dan pemeriksaan atas indikasi seperti : enzim jantung (troponin / CKMB), serum
elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
7. Thorax foto
8. Urinalisa
9. Echocardiografi (TTE/TEE)
10. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
11. DSA Serebral

Tatalaksana Stroke Hemoragik


Tatalaksana stroke hemoragik dapat dibagi menjadi tatalaksana umum dan spesifik.

Tatalaksana Umum Stroke Hemoragik


1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol, furosemide, jika dipelukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH

Tatalaksana Spesifik Stroke Hemoragik


1. Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex Concentrate, jika perdarahan
karena antikoagulan)
2. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta
blocker, Diuretik)
3. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
4. Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor risiko)
5. Neuroprotektor
6. Perawatan di Unit Stroke
7. Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

Tindakan Operatif
1. Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi
2. Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
3. VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi

Terapi non farmakologi:


Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
Tidak merokok
Kontrol diabetes dan berat badan
Olahraga teratur dan mengurangi stress
Konsumsi makanan kaya serat
Pembedahan: Untuk lokasi perdarahan dekat permukaan otak.

Klasifikasi Stroke Hemoragik


Stroke Hemoragik terbagi 2, sebagai berikut. (2)
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan dari salah satu arteri otak ke
dalam jaringan otak. Lesi ini menyebabkan gejala yang terlihat mirip dengan stroke
iskhemik. Diagnosis perdarahan intraserebral tergantung pada neuroimaging yang
dapat dibedakan dengan stroke iskhemik. Stroke ini lebih umum terjadi di negara-
negara berkembang daripada Negara-negara maju, penyebabnya masih belum jelas
namun variasi dalam diet, aktivitas fisik, pengobatan hipertensi, dan predisposisi
genetik dapat mempengaruhi penyakit stroke tersebut.

2) Perdarahan ekstra serebral (Subarakhnoid)


Perdarahan subarachnoid dicirikan oleh perdarahan arteri di ruang antara dua
meningen yaitu piameter dan arachnoidea. Gejala yang terlihat jelas penderita tiba-tiba
mengalami sakit kepala yang sangat parah dan biasanya terjadi gangguan kesadaran. Gejala
yang menyerupai stroke dapat sering terjadi tetapi jarang. Diagnosis dapat dilakukan dengan
neuroimaging dan lumbal puncture.

perdarahan intraserebral selalu disebabkan oleh pecahnya arteri arteriosklerotik kecil yang
menyebabkan melemahnya pembuluh darah, terutama oleh hipertensi arterial kronik. Perdarahan
lazimnya besar, tunggal, dan merupakan bencana. Penggunaan kokain atau kadang-kadang obat
simptomatik lainnya dapat menyebabkan hipertensi singkat yang parah yang menyebabkan
perdarahan. Perdarahan intraserebral akibat dari aneurisma congenital, arteriovenosa atau kelainan
vascular lainnya, trauma, aneurisma mycotic, infark otak (infark hemoragik), primer atau metastasis
tumor otak, antikoagulasi berlebihan, dyscrasia darah, perdarahan atau gangguan vasculitic jarang
terjadi.

Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering terjadi
akibat cedera vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture salah satu dari banyak arteri
kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intraserebral paling sering terjadi pada saat pasien terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya
sering disaksikan oleh orang lain. Karena lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam,
basal ganglia dan kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang
disebabkan oleh stroke tipe ini.
BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan, bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
Perdarahan intraserebral merupakan 10% dari semua jenis stroke, tetapi persentase kematian
leih tinggi disebabkan oleh stroke. Sekitar 60% terjadi di putamen dan kapsula interna, dan
masing-masing 10% pada substansia alba, batang otak, serebelum dan talamus. Pada usia 60
tahun, PIS lebih sering terjadi dibandingkan subarachnoid hemorrhage (PSA). (1)

Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
sehingga melemahkan arteri kecil dan menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan perdarahan sementara. Pada
beberapa orangtua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak.
Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan
perdarahan.

Umumnya tidak banyak penyebabnya, termasuk ketidak normalan pembuluh darah


yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan
perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan
perdarahan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan
intraserebral. (1)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang


disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan dalam dapat
terjadi di bagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di
ruang antara otak dan selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi
hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada
struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep
intracerebral hemorrhage).(1)

B. ETIOLOGI

Hipertensi merupakan penyebab terbanyak perdarahan intraserebral.


Perdarahan intraserebral spontan yang tidak berhubungan dengan hipertensi,
biasanya berhubungan dengan diskrasia darah, hemartroma, neoplasma, aneurisma,
AVM, tumor otak metastasis, pengobatan dengan antikoagulans, gangguan koagulasi
seperti pada leukemia atau trombositopenia, serebralarteritis, amyloid angiopathy dan
adiksi narkotika. (6),(7)

Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh:

1. Hipertensi

Penyebab tersering perdarahan intraserebral adalah hipetensi arterial. Peningkatan


tekanan darah patologis merusak dinding pembuluh darah arteri yang kecil,
menyebabkan mikroaneurisme yang dikenal sebagai Charcot Bouchard. Aneurisme
ini dapat ruptur secara spontan. Lokasi predileksi untuk perdarahan intraserebral
hipertensif adalah ganglia basalis, thalamus, nukelus serebri, dan pons. Substansia
alba serebri yang dalam, sebaliknya jarang terkena. (6)
Manifestasi perdarahan intraserebral tergantung pada lokasinya. Perdarahan ganglia
basalis dengan kerusakan kapsula interna biasanya menyebabkan hemiparesis
kontralateral berat, sedangkan perdarahan pons menimbulkan tanda-tanda mati batang
otak. Ancaman utama perdarahan intraserebral adalah hipertensif intrakranial akibat
efek massa hematom. Tidak seperti infark, yang meningkatkan tekanan intrakranial
secara perlahan ketika edema sitotoksik yang menyertainya bertambah berat,
perdarahan intraserebral meningkatkan tekanan intrakranial secara cepat. (6)

2. Cerebral Amyloid Angiopathy

Cerebral Amyloid Angiopathy adalah suatu perubahan vaskular yang unik ditandai
oleh adanya deposit amiloid di dalam tunika media dan tunika adventisia pada arteri
kecil dan arteri sedang di hemisfer serebral. Arteri-arteri yang terkena biasanya adalah
arteri-arteri kortikal superfisial dan arteri-arteri leptomening.

PATOFISIOLOGI

Kasus PIS umumnya terjadi di kapsula interna (70 %), di fossa


posterior (batang otak dan serebelum) 20 % dan 10 % di hemisfer (di luar kapsula
interna). Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya
pembuluh darah otak dan diikuti adanya edema dalam jaringan otak di sekitar
hematom. Akibatnya terjadi diskontinuitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan
edema pada struktur sekitar, termasuk pembuluh darah otak dan penyempitan
atau penyumbatannya sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang dilayaninya, maka
gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi pembuluh
darah otak / iskemia dan akibat kompresi pada jaringan otak lainnya.(4)

C. GEJALA KLINIS

Secara umum gejala klinis PIS merupakan gambaran klinis akibat akumulasi
darah di dalam parenkim otak. PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur
sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,5-70%) per akut. Biasanya
disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran ini bervariasi frekuensi dan
derajatnya tergantung dari lokasi dan besarnya perdarahan tetapi secara keseluruhan
minimal terdapat pada 60% kasus. Dua pertiganya mengalami koma, yang dihubungkan
dengan adanya perluasan perdarahan ke arah ventrikel, ukuran hematomnya besar dan
prognosisnya jelek. Sakit kepala hebat dan muntah yang merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial dijumpai pada PIS, tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36%
kasus yang disertai dengan sakit kepala,namun kasus yang disertai muntah didapati pada
44% kasus. Jadi tidak adanya sakit kepala dan muntah tidak menyingkirkan PIS,
sebaliknya bila dijumpai akan sangat mendukung diagnosis PIS atau perdarahan
subarakhnoid sebab hanya 10% kasus stroke oklusif disertai gejala tersebut. Kejang
jarang dijumpai pada saat onset PIS. (5)

D. KLASIFIKASI PERDARAHAN INTRASEREBRAL

Tipe perdarahan intaserebral yang tersering adalah seperti berikut : (6)

1. Putaminal Hemorrhage

Antara sindroma klinis perdarahan yang tersering adalah disebabkan oleh


perdarahan putaminal dengan terjadinya penekanan pada daerah berdekatan dengan
kapsula interna. Gejala dan kelainan neurologik hampir bervariasi berdasarkan
kedudukan dan ukuran penekanan.

2. Thalamic Hemorrhage

Sindroma klinis akibat perdarahan talamus sudah dikenal.


Umumnya perdarahan talamus kecil menyebabkan defisit neurologis lebih berat
dari perdarahan putaminal. Seperti perdarahan putaminal, hemiparesis kontralateral
terjadi bila kapsula internal tertekan. Namun khas dengan hilangnya hemisensori
kontralateral yang nyata yang mengenai kepala, muka, lengan, dan tubuh.

3. Perdarahan Pons

Perdarahan pons merupakan hal yang jarang terjadi dibandingkan dengan


perdarahan intraserebral supratentorial, tetapi 50% dari perdarahan infratentorial
terjadi di pons. Gejala klinik yang sangat menonjol pada perdarahan pons ialah onset
yang tiba-tiba dan terjadi koma yang dalam dengan defisit neurologik bilateral serta
progresif dan fatal. Perdarahan ponting paling umum menyebabkan kematian dari
semua perdarahan otak.
4. Perdarahan Serebelum

Sindroma klinis perdarahan serebeler pertama dijelaskan secara jelas


oleh Fisher. Yang khas adalah onset mendadak dari mual, muntah, tidak mampu
bejalan atau berdiri. Tergantung dari evolusi perdarahan, derajat gangguan neurologis
terjadi. Hipertensi adalah faktor etiologi pada kebanyakan kasus. Duapertiga dari
pasien dengan perdarahan serebeler spontan mengalami gangguan tingkat kesadaran
dan tetap responsif saat datang

5. Perdarahan Lober

Sindroma klinis akut perdarahan lober dijelaskan Ropper dan Davis.


Hipertensi kronik tampil hanya pada 31 % kasus, dan 4 % pasien yang koma saat
datang. Perdarahan oksipital khas menyebabkan nyeri berat sekitar mata ipsilateral
dan hemianopsia yang jelas. Perdarahan temporal kiri khas dengan nyeri ringan pada
atau dekat bagian anterior telinga, disfasia fluent dengan pengertian pendengaran
yang buruk namun repetisi relatif baik. Perdarahan frontal menyebabkan kelemahan
lengan kontralateral berat, kelemahan muka dantungkai ringan, dan nyeri kepala
frontal. Perdarahan parietal mulai dengan nyeri kepala temporal anterior serta defisit
hemisensori, terkadang mengenai tubuh ke garis tengah.

3. Perdarahan intraserebral akibat trauma

Adalah perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. Hematom intraserebral


pascatraumatik merupkan koleksi darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera
regangan atau robekan rasional terhadap pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal
otak atau kadang-kadang cedera penetrans. Ukuran hematom ini bervariasi dari
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2%-16% kasus
cedera. Intracerebral hematom mengacu pada hemorragi / perdarahan lebih dari 5 ml
dalam substansi otak (hemoragi yang lebih kecil dinamakan punctate atau
petechial/bercak).(6)

E. DIAGNOSIS

Cara yang paling akurat untuk mendefinisikan stroke hemoragik dengan stroke
non hemoragik adalah dengan CT scan tetapi alat ini membutuhkan biaya yang besar
sehingga diagnosis ditegakkan atas dasar adanya suatu kelumpuhan gejala yang dapat
membedakan manifestasi klinis antara perdarahan infark.(5)

CT-scan adalah suatu pemeriksaan penunjang yang efektif bagi pasien dengan kecurigaan
perdarahan intraserebral untuk mengetahui lokasi,tempat, arah penyebaran perdarahan. (5)

Pemeriksaan Penunjang

Kimia darah
Lumbal punksi
EEG
CT scan
Volume darah pada perdarahan intraserebral bisa dihitung menggunakan rumus
Broderick :
(Panjang lesi x Lebar lesi x jumlah slice yang ada lesi) / 2
Arteriografi

F. KOMPLIKASI

o Stroke hemoragik

o Kehilangan fungsi otak permanen

o Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi

BAB III

KESIMPULAN
Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak. Penyebabnya biasanya hipertensi kronis. Gejala umum termasuk defisit
neurologis fokal, seringkali dengan onset mendadak sakit kepala, mual, dan penurunan
kesadaran. Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi ganglia basal, lobus otak,
otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat terjadi di bagian lain dari batang
otak atau otak tengah. Aada sindroma utama yang menyertai stroke hemoragik menurut
Smith dapat dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu putaminal hemorrhage, thalamic
hemorrhage, pontine hemorrhage, cerebellar hemorrhage, lobar hemorrhage.

Pemeriksaan penunjang dengan lumbal pungsi, CT-scan, MRI, serta angiografi.


Adapun penatalaksanannya di ruang gawat darurat (evaluasi cepat dan diagnosis, terapi
umum, stabilisasi jalan napas dan pernapasan, stabilisasi hemodinamik, pemeriksaan awal
fisik umum, pengendalian peninggian TIK, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh,
pemeriksaan penunjang) kemudian penatalaksanaan di ruang rawat inap (cairan, nutrisi,
pencegahan dan mengatasi komplikasi, penatalaksanaan medik yang lain. Penatalaksanaan
stroke perdarahan intraserebral (PIS) meliputi terapi medik pada PIS akut (terapi hemostatik,
reversal of anticoagulation) dan tindakan operatif.

Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan.
Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya tinggi.
Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk. Dan adanya darah di
dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi. Adanya darah di dalam
ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat.

Anda mungkin juga menyukai