Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

ALTERNATOR AND SYNCHRONOUS MOTOR

EXPERIMENT N.8

Dosen Pembimbing : Djodi Antono, B.Tech. M. Eng

Oleh :

DIYANISSA ZAHRA FATHIA

3.39.15.1.08

LT-2E

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2017
I. JUDUL
Alternator And Synchronous Motor

II. DASAR TEORI


Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada
stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan
mesin induksi, sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub
sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Arus searah
(DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui
cincin dan sikat.

a. Prinsip Kerja Motor Sinkron

Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban (c)
kurva karakteristik torsi

Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron. Keadaan ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator) dihubungkan
dengan sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa pada kumparan.
Arus tiga fasa pada kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar homogen (BS).
Berbeda dengan motor induksi, motor sinkron mendapat eksitasi dari sumber DC
eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor melalui slip ring dan sikat. Arus DC pada
rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang tetap. Kutub medan rotor
mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut berputar dengan kecepatan
yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron merupakan fungsi sudut torsi
(). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet, maka torsi yang dihasilkan akan
semakin besar seperti persamaan di bawah ini.

T = k .BR .Bnet sin

b. Rangkaian Ekuivalen Motor Sinkron


Motor sinkron pada dasarnya adalah sama dengan generator sinkron, kecuali arah
aliran daya pada motor sinkron merupakan kebalikan dari generator sinkron. Oleh karena
arah aliran daya pada motor sinkron dibalik, maka arah aliran arus pada stator motor
sinkron juga dapat dianggap dibalik. Maka rangkaianekuivalen motor sinkron adalah
sama dengan rangkaian ekuivalen generator sinkron, kecuali arah arus Ia dibalik. Bentuk
rangkaian ekuivalen motor sinkron diperlihatkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron


Keterangan:
- Ram = Hambatan armatur
- Xsm = Reaktans sinkron
- Eam = GGL armatur
- IL = Arus jala-jala
- Iam = Arus armatur
- Vt = Tegangan sumber bolak-balik
- If = Arus penguat medan
- Rf = Kumparan penguat medan

Dari gambar di atas berlaku persaman:


Vt = Iam.Xsm + Iam.Ram + Eam

Proses terjadinya perputaran rotor karena kumparan stator mendapat sumber arus
AC 3 phasa, maka pada kumparan stator timbul fluks putar yang mempunyai kutub
utara stator (Ns) dan kutub selatan (Ss). Andaikan saat awal fluks berputar searah jarum
jam dengan kedudukan kutub utara stator pada titik A dan kutub selatan stator pada titik
B, sedangkan kedudukan kutub-kutub magnet rotor yaitu kutub utara magnet pada titik
A dan kutub selatan magnet pada titik B (perhatikan gambar a), maka kedua kutub
magnet tersebut akan tolak-menolak. Kedudukan kutub-kutub fluks putar pada setengah
periode berikutnya (gambar b), kutub selatan fluks putar stator pada titik A sedangkan
kutub utara fliks putar pada titik B. Hal ini berlawanan dengan kedudukan kutub-kutub
magnet rotor, yaitu kutub utara rotor pada titik A sedangkan kutub selatan rotor pada
titik B. Hal ini membuat magnet rotor akan tertarik oleh arah fluks putar stator karena
saling berlawanan tanda.

Gambar 2.3 Proses Terjadinya Perputaran Motor


Pada setengah periode berikutnya (ganbar c), kutub utara stator pada titik A
sedangkan kutub selatan stator pada titik B, demikian juga kutub utara rotor pada titik A
dan kutub selatan rotor pada titik B. Sehingga pada periode berikutnya, rotor akan
berputar sinkron dengan arah perputaran fluks stator.
Eksitasi pada Motor Sinkron
Pada motor sinkron, sifat GGL armatur (stator) yang timbul akibat adanya fluks
rotor adalah menentang tegangan sumber Vt. Besar GGL armatur hanya tergantung pada
arus eksitasi rotor (tidak seperti pada motor DC yang tergantung pada kecepatan).
Dengan adanya GGL armatur (Ea) dan tegangan sumber (V), maka pada armatur timbul
tegangan armatur resultan (ER) yang besarnya merupakan jumlah vektor V dan Ea.
Gambar 2.4 Motor tanpa beban

Pada gambar di atas menunjukkan motor berputar tanpa beban dan tanpa adanya
rugi-rugi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa arah vektor Ea berlawanan dengan arah
vektor V dan sama besar atau ditulis V = -Ea. Hasil penjumlahan dari kedua vektor
tegangan tersebut adalah ER = 0. dalam keadaan ini, motor bekerja mengambang.

Gambar 2.5 Motor tanpa beban dengan rugi-rugi

Bila motor tanpa beban tetapi mempunyai rugi-rugi, maka Ea akan bergeser
dengan sudut yang kecil sebesar d terhadap V karena adanya rugi-rugi Ia.Ra dan Ia.Xsm
(besar Ea tidak berubah karena eksitasi konstan).
Gambar 2.6. Motor berbeban

Apabila moor terbebani, sudut d akan naik menjadi d1, sedangkan ER juga akan
naik menjadi ER1 (Ea besarnya tetap karena eksitasi konstan).

2.3 Kurva Karakteristik Torsi-Kecepatan Motor Sinkron


Motor sinkron pada dasarnya merupakan alat yang menyuplai tenaga ke beban pada
kecepatan konstan. Kecepatan putaran motor adalah terkunci pada frekuensi listrik yang
diterapkan, oleh karena itu kecepatan motor adalah konstan pada beban bagaimanapun.
Kecepatan motor yang tetap ini dari kondisi tanpa beban sampai torsi maksimum yang
bisa disuplai motor disebut torsi pullout. Bentuk karakteristik torsi terhadap kecepatan ini
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.7 Karakteristik torsi - kecepatan
Dengan mengacu kebali ke persamaan (2.3) dapat dibuatkan kembali persamaan torsi
motor sinkron sebagai berikut.

Torsi maksimum motor terjadi ketika = 90. Umumnya torsi maksimum motor
sinkron adalah tiga kali torsi beban penuhnya. Ketika torsi pada motor sinkron melebihi
torsi maksimum maka motor akan kehilangan sinkronisasi. Dengan mengacu kembali ke
persamaan (2.1) dan (2.4), maka persamaan Torsi maksimum (pullout) motor sinkron
dapat dibuatkan sebagai berikut.

Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin besar arus medan, maka torsi
maksimum motor akan semakin besar.
2.4 Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron
Gambar 2.8 Pengaruh perubahan beban pada motor sinkron

Gambar 2.4 memberikan gambaran bentuk pengaruh perubahan beban pada motor
sinkron. Jika beban dihubungkan pada motor sinkron, maka motor akan membangkitkan
torsi yang cukup untuk menjaga motor dan bebannya berputar pada kecepatan sinkron.
Misal mula-mula motor sinkron beroperasi pada faktor daya mendahului (leading). Jika
beban pada motor dinaikkan, putaran rotor pada asalnya akan melambat. Ketika hal ini
terjadi, maka sudut torsi menjadi lebih besar dan torsi induksi akan naik. Kenaikan
torsi induksi akan menambah kecepatan rotor, dan motor akan kembali berputar pada
kecepatan sinkron tapi dengan sudut torsi yang lebih besar.

2.5 Pengaruh Pengubahan Arus Medan pada Motor Sinkron


Kenaikan arus medan IF menyebabkan kenaikan besar Ea tetapi tidak mempengaruhi
daya real yang disuplai motor. Daya yang disuplai motor berubah hanya ketika torsi
beban berubah. Oleh karena perubahan arus medan tidak mempengaruhi kecepatan dan
beban yang dipasang pada motor tidak berubah sehingga daya real yang disuplai motor
tidak berubah, dan tegangan fasa sumber juga konstan, maka jarak daya pada diagram
fasor (Ea.sin dan Ia.cos ) juga harus konstan. Ketika arus medan dinaikan, maka Ea
naik, tetapi ia hanya bergeser di sepanjang garis dengan daya konstan. Gambaran
hubungan pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron diperlihatkan pada gambar
di bawah ini.
Gambar 2.9 Pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron
Ketika nilai Ea naik, besar arus Ia mula-mula turun dan kemudian naik lagi. Pada
nila Ea rendah, arus jangkar Ia adalah lagging dan motor bersifat induktif. Ia bertindak
seperti kombinasi resitor-induktor dan menyerap daya reaktif Q. Ketika arus medan
dinaikkan, arus jangkar menjadi kecil dan pada akhirnya menjadi segaris (sefasa) dengan
tegangan. Pada kondisi ini motor bersifat resistif murni. Ketika arus medan dinaikkan
lebih jauh, maka arus jangkar akan menjadi mendahului (leading) dan motor menjadi
beban kapasitif. Ia bertindak seperti kombinasi resistor-kapasitor menyerap daya reaktif
negatif Q (menyuplai daya reaktif Q ke sistem). Hubungan antara arus jangkar Ia
dengan arus medan IF untuk satu beban (P) yang tetap akan merupakan kurva yang
berbentuk V seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.0 Kurva V hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk
satu beban (P) yang tetap pada motor sinkron
Beberapa kurva V digambarkan untuk level daya yang berbeda. Arus jangkar
minimum terjadi pada faktor daya satu dimana hanya daya real yang disuplai ke motor.
Pada titik lain, daya reaktif disuplai ke atau dari motor. Untuk arus medan lebih rendah
dari nilai yang menyebabkan Ia minimum, maka arus jangkar akan tertinggal (lagging)
dan menyerap Q. Oleh karena arus medan pada kondisi ini adalah kecil, maka motor
dikatakan under excitation. Untuk arus medan lebih besar dari nilai yang menyebabkan
Ia minimum, maka arus jangkar akan mendahului (leading) dan menyuplai Q. Kondisi ini
disebut over excitation.

2.6 Kondensor Sinkron


Telah diterangkan sebelumnya bahwa apabila motor sinkron diberi penguatan
berlebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks, dari jala-jala akan ditarik arus
kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang diberi penguat berlebih akan
berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki faktor daya.
Motor sinkron demikian disebut kondensor sinkron.

2.7 Daya Reaktif


Motor sinkron tanpa beban dalam keadaan penguatan tertentu dapat menimbulkan
daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa beban pada gambar di
bawah ini.

Gambar 3.1 Diagram vektor daya reaktif motor sinkron tanpa beban

Pada gambar (a), penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam keadaan


mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V berimpit dengan E
karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya = 0. Pada gambar (b), penguatan
berlebih, sehingga E >V. Arus kapasitif (leading current) ditarik dari jala-jala. Daya aktif
P = VI cos = 0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat
kapasitif (kapasitor). Pada gambar (c), penguatan berkurang, sehingga E < V. Arus
magnetisasi (lagging current) ditarik dari jala-jala. Jadi, motor berfungsi sebagai
pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor).

2.8 Starting Motor Sinkron


Pada saat start ( tegangan dihubungkan ke kumparan stator) kondisi motor adalah
diam dan medan rotor BR juga stasioner, medan magnet stator mulai berputar pada
kecepatan sinkron. Saat t = 0, BR dan BS adalah segaris, maka torsi induksi pada rotor
adalah nol. Kemudian saat t = siklus rotor belum bergerak dan medan magnet stator ke
arah kiri menghasilkan torsi induksi pada rotor berlawanan arah jarum jam. Selanjutnya
pada t = siklus BR dan BS berlawanan arah dan torsi induksi pada kondisi ini adalah
nol. Pada t = siklus medan magnet stator ke arah kanan menghasilkan torsi searah
jarum jam. Demikian seterusnya pada t = 1 siklus medan magnet stator kembali segaris
dengan medan magnet rotor. Bentuk hubungan Torsi motor sinkron pada kondisi start ini
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Torsi motor sinkron pada kondisi start


Selama satu siklus elektrik dihasilkan torsi pertama berlawanan jarum jam kemudian
searah jarum jam, sehingga torsi rata-rata pada satu siklus adalah nol. Ini menyebabkan
motor bergetar pada setiap siklus dan mengalami pemanasan lebih. Tiga pendekatan
dasar yang dapat digunakan untuk menstart motor sinkron dengan aman adalah.
1. Mengurangi kecepatan medan magnet stator pada nilai yang rendah sehingga rotor
dapat mengikuti dan menguncinya pada setengah siklus putaran medan magnet. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi tegangan yang diterapkan.
2. Menggunakan penggerak mula eksternal untuk mengakselarasikan motor sinkron
hingga mencapai kecepatan sinkron, kemudian penggerak mula dimatikan (dilepaskan).
3. Menggunakan kumparan peredam (damper winding) atau dengan membuat
kumparan rotor motor sinkron seperti kumparan rotor belitan pada motor induksi (hanya
saat start).
Untuk membuat kerja pararel antara generator sinkron dan motor sinkron ada syarat
yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Mempunyai tegangan kerja yang sama
2. Mempunyai frekuensi kerja yang sama
3. Mempunyai beda phase yang sama
4. Mempunyai urutan phase yang sama
Memparalel generator dengan jala - jala prinsip kerjanya sama dengan
menggabungkan dua buah generator atau lebih dan kemudian dioperasikan secara
bersama sama dengan tujuan :
a) Mendapatkan daya yang lebih besar.
b) Untuk effisiensi (Menghemat biaya pemakaian operasional dan Menghemat biaya
pembelian)
c) Untuk memudahkan penentuan kapasitas generator.
d) Untuk menjamin kotinyuitas ketersediaan daya listrik.
Jika kita hendak memparalelkan dua generator atau lebih tentunya kita harus
memperhatikan beberapa persyaratan paralel generator tersebut. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi adalah:
1. Tegangan kedua generator harus mempunyai amplitudo yang sama.
2. Polaritas dari generator harus sama dan tidak bertentangan setiap saat terhadap satu
sama lainnya
3. Nilai efektif tegangan harus sama
4. Tegangan Generator yang diparalelkan mempunyai bentuk gelombang yang sama.
5. Frekuensi kedua generator atau frekuensi generator dengan jala-jala harus sama
6. Urutan fasa dari kedua generator harus sama.
Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan dua generator atau
lebih adalah dengan mempergunakan sinkroskop lampu. Yang harus diperhatikan
dalam metode sederhana ini adalah lampu lampu indikator harus sanggup menahan
dua kali tegangan antar fasa. Berikut adalah beberapa metode untuk melakukan
sinkronisasi.
a. Sinkronoskop Lampu Gelap
Jenis sinkronoskop lampu gelap pada prinsipnya menghubungkan antara
ketiga fasa, yaitu U dengan U, V dengan V dan W dengan W. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Skema Sinkronoskop Lampu Gelap


Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama maka ketiga lampu
akan gelap yang disebabkan oleh beda tegangan yang ada adalah nol. Demikian
juga sebaliknya, jika lampu menyala maka diantara fasa terdapat beda tegangan.
Ini dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 3.4 Beda tegangan antara fasa pada sinkronoskop lampu gelap
b. Sinkronoskop Lampu Terang
Jenis sinkronoskop lampu terang pada prinsipnya menghubungkan antara
ketiga fasa, yaitu U dengan V, V dengan W dan W dengan U. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.5 Skema Sinkronoskop Lampu Terang
Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskop lampu gelap.
Jika antara fasa terdapat beda tegangan maka ketiga lampu akan menyala sama
terang dan generator siap untuk diparalel. Kelemahan dari sinkronoskop ini
adalah kita tidak mengetahui seberapa terang lampu tersebut sampai generator
siap diparalel. Ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini.

Gambar 3.6 Beda tegangan antara fasa sinkronoskop lampu terang


c. Sinkronoskop Lampu Terang Gelap
Sinkronoskop jenis ini dapat dikatakan merupakan perpaduan antara
sinkronoskop lampu gelap dan terang. Prinsip dari sinkronoskop ini adalah
dengan menghubungkan satu fasa sama dan dua fasa yang berlainan, yaitu fasa U
dengan fasa U, fasa V dengan fasa W dan fasa W dengan fasa V. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Gambar 3.7 Skema sinkronoskop lampu terang gelap


Pada sinkronoskop ini generator siap diparalel, jika satu lampu gelap dan dua
lampu lainnya terang. Pada kejadian ini dapat diterangkan pada gambar berikut
ini.
Gambar 3.8 Beda tegangan antara fasa sinkronoskop lampu terang gelap
d. Paralel Otomatis
Paralel generator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara
otomatis memonitor perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa. Apabila
semua kondisi telah tercapai alat memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel
dapat dimasukkan.

Gambar 3.9 Synchroscope.


Pengaruh dan akibat yang ditimbulkan bila syarat syarat paralel generator tidak
dipenuhi :
o Pada generator yang diparalel dengan PLN , maka apabila generator yang akan
diparalel mempunyai tegangan lebih tinggi maka begitu breaker close generator
tersebut mempunyai power factor yang rendah, namun tidak membahayakan
karena power factor di PLN masih induktif dan berdaya besar.Dan apabila jika
generator itu mempunyai tegangan yang lebih rendah maka power factor akan
bersifat kapasitif dan mempunyai kecenderungan akan terjadi reverse power.
Reverse power dibatasi pada level 5 % dari daya nominal. Pada generator yang
diparalel dengan generator pada saat sama sama belum berbeban, maka apabila
tegangan lebih tinggi power factor akan rendah ( induktif) namun sebaliknya
power factor genset yang lain akan juga rendah namun bersifat kapasitif. Hingga
genset yang lain mempunyai kecenderungan reverse power.
o Jika urutan phase tidak sama system ABC di parallel dengan system CBA, maka
akan terjadi selisih tegangan sebesar 2 kali tegangan nominal ,hal itu bisa
dideteksi dengan diukur secara manual menggunakan voltmeter, pada saat
synchronoscope menunjuk 0 derajat, terdapat selisih sebesar 2 x 400 V.
o Jika frekuensi tidak sama diparalelkan maka akan terjadi beberapa kemungkinan
yaitu dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Sebagai contoh generator
1 mempunyai frekuensi 49 hz sedangkan generator 2 mempunyai frekuensi 50 hz.
Dengan melihat synchronoscope maka jarum akan berputar dengan kecepatan
sudut 2 phi r/ detik atau 1putaran/ detik. Jika pada saat masuk pas pada sudut nol
maka generator yang memiliki frekuensi lebih rendah akan mengalami reverse
power dimana pada saat terhubung sinkron fekuensi ada pada 49,5 Hz . Dan
proteksi reverse power akan bekerja mengamankan , namun jika pada saat masuk
sinkron pas posisi synchronoscope di sudut 180 derajat itu berarti terjadi selisih
tegangan yang sangat besar disamping kemungkinan reverse juga terjadi
kerusakan yang fatal terhadap generator, di breaker akan muncul arus yang besar
dan menimbulkan percikan api yang besar dan diengine akan terjadi hunting
sesaatdan hal itu bisa mengakibatkan kerusakan mekanis sampai patah pada
cransaft. Karena tekanan beban besar yang tiba tiba.
o Jika sudut fase tidak sama namun kecenderungan frekuensi sama hanya akan
menyebabkan hunting sesaat tanpa ada kemungkinan reverse power, namun juga
sangat berbahaya jika berbeda sudutnya terlalu besar , engine akan mengalami
tekanan sesaat hingga hunting.

III. ALAT DAN BAHAN


NO ALAT GAMBAR

1 DC filtered power supply


DL 1013T2 (1buah)
Shunt dc drive motor
2 DL 1023PS (1buah)

3 Three-phase alternator
DL 1026A (1buah)

4 Speed indicatorDL 2025DT (1buah)

Optical electronic generator


5 DL 2031 (1buah)

Three-phase power supply unit


6 DL 2108TAL (1buah)
7 Excitation voltage controller
DL 2108T01 (1buah)

Power circuit breaker


8 DL 2108T02 (1buah)

Moving-iron ammeter (1000 mA) DL


9 2109T1A (2buah)

Moving-iron voltmeter
10 (2 buah)
Phase sequence indicator
11 DL 2109T2T (1buah)

Double frequencymeter
12 DL 2109T16 (1buah)

Synchronoscope
13 DL 2109T32 (1buah)

14 Kabel Penghubung (20 buah)


15 Frekuensi Meter Yokogawa (2 buah)

16 Digital Multimeter (1buah)

IV. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 7.1.Rangkaian Paralel Motor Sinkron dan Generator Sinkron

V. LANGKAH PERCOBAAN

1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan, serta mengecek kelayakan


peralatan dan bahan tersebut.
2. Merangkai peralatan sesuai gambar.
3. Menyalakan power supply
4. Mengatur frekuensi motor hingga 50 Hz dengan mengatur kecepatan putaran
motor DC. Frekuensi 50 Hz akan tercapai saat putaran 3000 rpm
5. Mengatur tegangan hingga 380 V, dengan megatur eksitasi mesin sinkron
6. Mengecek urutan fasa dengan dengan Phase Sequence Indicator. Jika urutan fasa
sudah benar, lampu pada kanan Phase Sequence Indicator akan menyala pada arah
panah ke kanan,

7. Memastikan sudut fasa rangkaian sama, kesamaan sudut fasa dapat diketahui dari
putaran nyala lampu, jika lampu sudah menyala hijau yang menandakan sudut fasa
sudah sama, tekan saklar untuk mensinkronkan generator saat hijau
8. Mematikan power supply DC untuk merubah fungsi mesin ( motor
generator) lalu sambungkan dengan beban
9. Memberikan beban
10. Mengamati perubahan arus pada beban.

11. Memutar switch sumber PLN


12. Mematian saklar atau tombol merah pada alat pensinkron
13. Mematian saklar eksitasi
14. Mematikan saklar atau tombol merah pada sumber power DC
15. Mengembalikan alat seperti semula

VI. DATA PERCOBAAN


Pada saat Sinkronisasi
V Generator = V PLN = 400 V
F Generator = F PLN = 50 Hz

I Eksitasi Generator I Eksitasi Motor


R I Beban (A) V (V)
DC (mA) (mA)

1 0,55 270 600 198


2 0,75 270 600 196
3 1,3 270 600 194
4 1,85 270 600 191
5 2,5 270 600 188
1200

1000

800
2.5
1.85
600
1.3
0.75
400
0.55

200

0
0 100 200 300 400 500

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai motor sinkron.
Dimana mesin sinkron ini bisa difungsikan sebagai motor maupun generator.
Sebelum melakukan sinkronisasi harus diketahui bahwa syarat sinkronisasi adalah
tegangan, frekuensi, dan urutan fasa pada PLN dan generator harus sama. Untuk
menyamakannya yaitu dengan cara memberi eksitasi kurang lebih 30%. Jika sudah
sama maka lampu merah akan menyala dengan pelan, tunggu hingga lampu hijau
selanjutnya menekan tombol sinkron. Setelah tombol sinkron di tekan ini artinya
motor sudah sinkron.
Untuk mengubah mesin sinkron menjadi motor sinkron dan motor dc sebagai
generator dc dapat dilakukan dengan menekan sumber merah, berarti power telah
mati. Secara langsung mesin sinkron sudah berubah. Sebelum diberi beban R,
terlebih dahulu menaikkan eksitasi menjadi 80%, setelah dinaikkan maka motor
sinkron sudah siap untuk dibebani.

Pada percobaan ini, motor mengalami perubahan beban seiring dengan


berubahnya beban yang diberikan pada motor. Pengaruh perubahan beban pada
motor sinkron sendiri adalah jika beban dihubungkan pada motor sinkron, maka
motor akan membangkitkan torsi yang cukup untuk menjaga motor dan bebannya
berputar pada kecepatan sinkron. Misal mula-mula motor sinkron beroperasi pada
faktor daya mendahului (leading). Jika beban pada motor dinaikkan, putaran rotor
pada asalnya akan melambat.
Ketika nilai Ea naik, besar arus Ia mula-mula turun dan kemudian naik lagi.
Pada nilai Ea rendah, arus jangkar Ia adalah lagging dan motor bersifat induktif.
Ia bertindak seperi kombinasi resitor-induktor dan menyerap daya reaktif Q. Ketika
arus medan dinaikkan, arus jangkar menjadi kecil dan pada akhirnya menjadi
segaris (sefasa) dengan tegangan. Pada kondisi ini motor bersifat resistif murni.
Ketika arus medan dinaikkan lebih jauh, maka arus jangkar akan menjadi mendahului
(leading) dan motor menjadi beban kapasitif.

VIII. KESIMPULAN
1. Mesin sinkron dapat dioperasikan sebagai motor maupun generator
2. Motor sinkron memiliki efisiensi tinggi dari pada motor asinkron karena tak ada
rugi-rugi slip.
3. Syarat sinkronisasi yaitu tegangan, sudut fasa, frekuensi, dan urutan fasa harus
sama
4. Untuk memberikan beban pada motor sinkron harus memperhatikan nilai eksitasi
terlebih dahulu.
5. Motor sinkron tidak punya torsi awal untuk bekerja sehingga dibutuhkan
altenator.
6. Apabila dibebani motor akan menghasilkan arus beban yang menunjukkan ciri-
ciri Motor
7. Semakin besar beban, maka semakin besar pula arus eksitasi yang dibutuhkan.
Semakin besar nilai beban maka semakin kecil arus yang mengalir.
8. Ketika sudah sinkron maka lampu merah berjalan dengan pelan hingga sampai
lampu hijau.
9. Motor sinkron tidak bisa dijalankan secara direct online (DOL).
10. Motor sinkron dalam arus eksitasi minimal dapat digunakan untuk memperbaiki
faktor daya pada jala - jala.
11. Motor sinkron akan menjadi beban kapasitif ketika nilai arus eksitasi diturunkan
sampai nilai tertentu dibawah 30% karena sudut fasanya menjadi negatif.
12. Semakin diturunkan nilai arus eksitasinya, Qc akan mengecil. Tetapi arus eksitasi
maksimal diturunkan sampai 10% saja, karena mesin sinkron tersebut bisa
menjadi tidak sinkron lagi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Delorenzo,Electrical Power Enginering (Alternator and Parallel Operation DL GTU1011)


[2] http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/ZurimanAnthony/Mesin%20Listrik%20AC/Bab%2
0II.pdf
[3] https://ujangaja.wordpress.com/2008/03/30/motor-sinkron/
[4] Ali, Imam. 2011. Prinsip Kerja dan Jenis-Jenis Motor DC. http://imamcapsule.blogspot.com/.
(diakses 29 Maret 2015)
[5] http://ilmulistrikzar.blogspot.co.id/2015/07/motor-listrik.html
[6] Nizbal, Faizah. 2013.Pengertian dan Prinsip Kerja Motor
Sinkron. http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-prinsip-kerja-motor.html

Anda mungkin juga menyukai