Bab V Metode Penilakian Kinerja
Bab V Metode Penilakian Kinerja
Kinerja dapat diniliai dengan menggunakan beberapa metode. Dalam gambar 2.1,
beragam metode dikategorikan dalam empat kelompok. Dalam seksi ini, setelah
suatu kombinasi dari metode-metode yang ada. Kombinasi kadang muncul diantara
pekerjaan-pekerjaan berbeda dalam organisasi yang sama dan bahkan dalam pekerjaan
Dimensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jabatan
Kuantitas Selalu Dapat Rata - rata Kadang-kadg Selalu hebat
rendah diterima Sangt bagus
1
karyawan pada alur kerja umum, dan kemampuan mengangani tugas-tugas
tertentu. Bagi penyelia, kuantitas kerja juga meliputi kemampuan menyelesaikan
pekerjaan. Nilainya sebagai berikut: buruk, 1 sampai 6 poin; rata-rata 7 sampai
18 poin; bagus ,19 sampai 25 poin.
2
Metode Penilaian Kategori
Metode yang paling sederhana dalam penilaina kinerja adalah metode penilaian
kategori, yang meminta para manajer memberi nilai untuk tingkat-tingkat kinerja
karyawan dalam formulir khusus yang dibagi dalam ketegori kinerja. Skala penilaian
grafik dan daftar periksa (checklist) merupakan cara umum dalam metode penilaian
kategori.
memberikan nilai terhadap kinerja karyawan secara kontinyu. Gambar 12-8 menunjukkan
suatu formulir skala penilaian grafik yang digunakan oleh para manajer untuk menilai
karyawannya. Penilai memeriksa penilaian yang pantas dalam skala itu untuk setiap
pekerjaan yang didata. Detail yang lebih banyak ditambahkan di dalam kolom komentar
Sebenarnya ada dua tipe skala penilaian grafik yang digunakan saat ini. Kadang-kadang
keduanya digunakan untuk menilai orang yang sama. Jenis pertama dan yang paling
umum digunakan adalah mendata seluruh kriteria pekerjaan (kuantitas pekerjaan, kualitas
pekerjaan). Jenis kedua lebih bersifat perilaku, dengan perilkau spesifik didata dan
Jelas ada beberapa kelemahan dalam skala penilaian grafik. Kadangkala, ciri dan
faktor yang terpisah dijadikan dalam satu kelompok, dan penilai diberikan hanya satu
kotak untuk diperiksa. Kelemahan yang lainnya adalah kata-kata deskriptif yang
digunakan dalam skala ini bisa memiliki arti yang berbeda-beda untuk masing-masing
penilai. Istilah inisiatif dan kerja sama merupakan sumber dari banyak interpretasi,
3
khususnya jika ditambahkan dengan kata keterangan seperti istimewa, rata-rata, dan
buruk.
Skala penilaian grafik dalam beberapa bentuk secara meluas karena mudah
dikembangkan, tetapi mereka mendorong banyak timbulnya kesalahan dari pihak penilai,
yang mungkin saja menjadi tergantung secara berlebihan pada bentuk formulirnya itu
sendiri dan bukannya untuk mendefinisikan kinerja. Baik skal penilaian grafik maupun
daftar periksa cenderung terlalu menekankan pada instrumen penilaian itu sendiri dan
orang dengan pekerjaan yang sedang dinilai, maka hal ini bisa berjalan dengan baik.
Namun demikian, jika instrumen itu tidak cocok, para manajer yang menggunakannya
Daftar periksa. Daftar periksa (checklist) terdiri dari daftar kalimat atau kata-kata.
Penilai memeriksa kalimat-kalimat yang paling mewakili karakter dan kinerja karyawan.
________menerima kritikan
diterapkan pada kalimat-kalimat atau kata-kata yang ada. Hasilnya dapat dikuantitaskan.
4
Biasanya, bobot tidak diketahui oleh atasan penilai karena biasanya ditabulasikan oleh
Ada beberapa kesulitan dengan daftar periksa ini: (1) seperti skala penilaian
grafik, kata-kata atau kalimat bisa memiliki arti yang berbeda pada masing-masing
penilai, (2) penilai tidak bisa membedakan hasil penilaian jika daftar periksa yang diberi
bobot ini digunakan, dan (3) penilai tidak menerapkan bobot ini kepada faktor-faktor
Metode Perbandingan
kinerja karyawan mereka satu sama lain. Sebagai contoh, seorang operator pemasukan
data akan dibandingkan dengan para operator lainnya oleh atasannya. Teknik
Pemberian peringkat. Metode pemberian peringkat terdiri dari daftar seluruh karyawan
dari yang tertinggi sampai yang terendah dalam kinerjanya. Kelemahan utama metode
didefinisikan secara jelas. Sebagai contoh, mungkin saja ada perbedaan kecil dalam
kinerja antara orang yang mendapat peringkat kedua dan ketiga, tetap ada perbedaan
yang besar antara individu yang berperingkat ketiga dan keempat. Kelemahan ini dapat
5
diatasi dengan memberikan poin untuk menandakan besarnya perbedaan (gap).
Pemberian peringkat juga berarti bahwa seseorang harus ada yang posisinya paling
bawah. Mungkin saja individu dengan peringkat terakhir dari satu kelompok akan
menjadi karyawan terbaik di kelompok yang berbeda. Lebih jauh lagi, pemberian
peringkat akan manjadi suliat jika kelompok yang dinilai sangat besar.
dapat digeneralisasi dengan metode-metode yang lainnya. Akan tetapi, hal ini juga
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
suatu kurva berbentuk bel. Dengan menggunakan metode ini, seorang kepala perawat
akan memberi peringkat terhadap seluruh anggota perawat dalam sebuah skala,
Metode ini mengasumsikan bahwa kurva yang dikenal luas sebagai kurva bentuk
bel ini betul-betul ada dalam suatu kelompok. Pada kenyataannya, secara umum,
distribusi dari nilai kinerja karyawan ini tidak secara persis terdistribusi secara normal
dalam kurva berbentuk bel ini. Adalah umum bahwa sekitar 60% hingga 70% dari tenaga
kerja dalam suatu organisasi mendapatkan penilaian dalam dua tingkatan yang terbaik.
Pola ini dapat merefleksikan kinerja yang luar biasa dari para karyawan, atau ini dapat
merefleksikan adanya bias kemurahan hati, yang telah didiskusikan dalam bab ini.
Ada beberapa kelemahan untuk metode distribusi normal ini. Satu permasalahan
adalah bahwa seorang atasan mungkin saja menentang penempatan seorang individu
6
dalam peringkat yang terendah (atau yang tertinggi) dalam kelompoknya. Kesulitan bisa
muncul ketika penilai harus menjelaskan kepada karyawannya mengapa dia ditempatkan
dalam satu kelompok dan yang lebih kecil, mungkin tidak ada alasan untuk berasumsi
bahwa kurva berbentuk normal dari kinerja karyawan ini benar-benar ada. Pada akhirnya,
dalam beberapa kasus para manajer mungkin merasa dipaksa untuk membuat batasan
diantara para karyawannya; padahal mungkin saja batasan atau perbedaan itu sebenarnya
tidak ada.
Metode Naratif
Para manajer dan spesialis Sumber Daya Manusia kadang-kadang diminta untuk
kejadian kritis, esai, dan metode tinjauan lapangan. Catatan-catatan ini lebih
sebenarnya.
Kejadian yang kritis. Dalam metode kejadian kritis, manajer membuat catatan tertulis
baik untuk tindakan karyawan yang baik maupun tindakan yang diharapkan dalam
kinerja karyawan. Ketika kejadian kritis yang melibatkan karyawan muncul, maka si
manajer segera mencatatnya. Suatu daftar dari kejadian kritis ini akan disimpan selama
periode waktu penilaian untuk masing-masing karyawan. Metode kejadian kritis ini
Metode kejadian kritis ini memiliki beberapa aspek yang tidak menyenangkan.
Pertama, apa yang termasuk dalam kejadian kritis ini tidak terdefinisikan secara sama
7
oleh setiap manajer. Berikutnya, membuat catatan mingguan atau harian untuk setiap
kinerja karyawan dapat cukup menyita waktu. Lebih auh lagi, para karyawan dapat
menjadi terlalu meng khawatirkan tentang apa yang dituliskan atasan dan mulai takut
Esai. Metode penilaian esai, atau bentuk berkas menurut seorang manajer untuk
menuliskan suatu esai pendek yang mendeskripsikan kinerja kerja setiap karyawannya
selama periode waktu penilaian. Penilai biasanya diberikan beberapa judul untuk
memungkinkan penilai lebih fleksibel daripada dengan metode yang lainnya. Sebagai
Tinjauan Lapangan. Tujuan lapangan lebih banyak terkait dengan siapa yang
melibatkan departemen Sumber Daya Manusia sebagai peninjau, atau peninjau dari lar
organisasi. Dalam tinjauan lapangan, peninjau dari luar ini menjadi partner yang aktif
dalam proses penilaian. Pihak luar ini mewancarai si manajer tentang kinerja setiap
penilaian bagi si karyawan. Kemudian penilaian ini akan ditinjau oleh atasan untuk
perubahan yang mungkin diperlukan. Metode ini mengasumsikan bahwa pihak luar
cukup tahu tentang kondisi pekerjaan untuk memberitahu atasan dalam memberikan
Keterbatasan utama dari tinjauan lapangan ini adalah bahwa pihak luar
mempunyai kontrol yang cukup besar terhadap proses penilaian. Walaupun kontrol ini
8
mungkin lebih disukai dari satu sudut panjang, para manajer bisa saja melihatnya sebagai
tantangan terhadap otoritas mereka. Sebagai tambahan, tinjauan lapangan dapat menyita
Metode Tujuan/Perilaku
Dalam usaha untuk mengatasi beberapa kesulitan dari metode-metode yang baru
saja dijelaskan, beberapa perilaku yang berbeda juga sudah digunakan. Pendekatan
perilaku ini cukup menjanjikan untuk beberapa situasi dalam usaha mengatasi beberapa
(BARS- behavioral anchored rating scales), skala observasi perilaku (BOS- behavioral
observation scales), dan skala harapan terhadap perilaku (BES- behavioral espectation
scales). BARS mencocokkan deskripsi dari perilaku yang munkin dengan apa yang biasa
ditampilkan karyawan. BOS digunakan untuk menghitung berapa kali suatu perilaku
ditampilkan. BES mengurutkan perilaku dalam suati garis kontinu untuk menggambarkan
istimewa, rata-rata dan kinerja yang tidak dapat diterima. BARS dikembangkan pertama
dengan suatu skala tingkatan perilaku. Gambar dibawah menunjukkan suatu skala
9
menjadikan suatu tingkatan kinerja yang berbeda-beda didefinisikan secara jelas dalam
Menawarkan
4 informasi tambahan ketika mendapatkan pertanyaan dari konsumen
Memuaskan
Merujuk kepada
3 produk lainnya kepada konsumen ketika produk yang diminta tidak tersedia
merupakan faktor kinerja yang paling penting dalam deskripsi pekerjaan di karyawan.
Sebagai contoh, untuk seorang dosen di akademi, dimensi pekerjaan yang utama yang
berhubungan dengan kegiatan mengajar adalah (a) organisasi kursus, (b) sikap terhadap
siswa, (c) perlakuan yang adil, dan (d) kompetensi dalam subjek yang menjadi
bidangnya.
10
Kalimat pendek, sama dengan kejadian yang kritis diatas, dikembangkan untuk
Kemudian aspek-aspek tersebut diartikan kembali, atau ditetapkan kedalam salah satu
dari dimensi-dimensi pekerjaan. Tugas ini biasanya merupakan proyek kelompok, dan
penetapan kedalam dimensi biasanya menuntut kesepakatan antara 60% sampai 70% dari
kelompok. Kelompok ini, terdiri dari orang-orang yang sangat kenal dengan pekerjaan,
seberapa baik atau buruk suatu perilaku. Ketika diberi angka tadi, jangkar-jangkar ini
kemudian dimasukkan dalam sebuah skala. Gambar 12-11 menunjukkan alur diagram
Gambar 5.3. Contoh skala rating yang diberi bobot menurut perilaku untuk satu dimensi
kinerja seorang Asisten Pinjaman Korporat
Transakasi Pinjaman
11
Melakukan wawancara dengan Berian pinjaman
Sikap buruk sehingga
Mendatangkan keluhan
Pemohon pinjaman
12
Gambar 5.4. Proses Pengembangan untuk Jangkar Perilaku
Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan pendekatan perilaku yang harus
jangkar perilaku menuntut usaha dan waktu yang sangat besar. Sebagai tambahan,
didalam organisasi. Dalam rumah sakit, perawat, ahli gizi, dan karyawan admisi memiliki
pekerjaan yang berbeda; bentuk BARS yang terpisah perlu dikembangkan untuk masing-
13
Gambar 5.5. Contoh butir-butir Skala Pengamatan Perilaku bagi Seorang Mekanis
Pemeliharaan
Dalam mengerjakan formulir ini lingkarilah :
0 jika anda tidak tahu mengenai perilaku karyawan
1 jika karyawan menampilkan perilaku pada 0 sampai 64 % dari waktu tersedia
2 ---------------sama dengan atas (sda)---------65 sampai 74 % ------sda------------
3 --------------------------sda----------------------75 sampai 84 %-------sda------------
4---------------------------sda----------------------85 sampai 94 %-------sda------------
5---------------------------sda----------------------95 sampai 1005-------sda------------
Hubungan Pelanggan Frekuensi Tingkah Laku
1. Bersumpah di depan pelanggan (misalnya, operator dan 0 1 2 3
4 5
penjual) (B)
2. Menyalahkan pelanggan karena malfungsi (B) 0 1 2 3 4 5
3. Menyapa pelanggan dengan namanya atau menanyakan
Namanya ketika pertama kali berkenalan 0 1 2 3 4 5
4. Meminta operator memperlihatkan apa yang akan ia lakukan
pada waktu malfungsi. 0 1 2 3 4 5
Kerja sama tim
1. Menunjukkan perilaku kasar yang dikeluhkan teman kerja (B) 0 1 2 3
4 5
2. Secara verbal berbagi pengetahuan tknis dengan teknisi lain 0 1 2 3
4 5
3. Bila perlu, berkonsultasi dengan rekan sekerja untuk menda-
patkan ide tentang cara-cara memecahkan masalah tertentu 0 1 2 3 4 5
4. Bila diberi penugasan yang tidak lengkap, meninggalkan
pesan tertulis dan jelas untuk dipakai aplusan keesokan harinya. 0 1 2 3 4 5
5. Mengerjakan tugas lemburnya. 0 1 2 3 4 5
Perencanaan
14
2. Menyesuaikan peralatan menurut tingkat toleransi yang tyelah diten-
tukan, berkomitmen untuk tidak membuat kesalahan 0 1 2 3 4 5
3.Mengganti komponen pada saat diperlukan dan bukan ketika me-
mungkinkan atau mudah 0 1 2 3 4 5
3.Memebutuhkan waktu lebih banyak daripada yang disediakan untuk
menyelesaikan reparasi pemeliharaan terencana (R) 0 1 2 3 4 5
________________________________________________________________________
Catatan : B item yang mempunyai nilai kebalikannya
Manajemen dengan Tujuan
pada tujuan kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh individu dalam jangka waktu
menjadi sasaran dan tujuan menyeluruh dari organisasi, meskipun MBO tidak boleh
menjadi tujuan tersamar dari para atasan yang ingin mendiktekan tujuan dari si manajer
atau karyawan itu sendiri. Meskipun tidak dibatasi pada penilaian untuk manajer saja,
MBO lebih sering digiunakan untuk tujuan ini. Nama lainnya untuk MBO antara lain
penilaian hasil, target-pembinaan, perencanaan dan tinjauan kerja, tujuan kinerja, dan
Pemikiran Kunci MBO. Ada tiga asumsi kunci yang menggarisbawahi sistem
penilaian MBO ini. Pertama, jika seorang karyawan dilibatkan dalam perencanaan dan
penetapan tujuan dan menetapkan suatu ukuran, hasilnya mungkin adalah tingkat
Kedua, jika tujuan diidentifikasikan secara jelas dan tepat, seorang karyawan akan
diharapkan. Ambiguitas dan kebingungan sehingga menjadi suatu kinerja yang kurang
efektif dapat terjadi jika pihak atasan menentukan tujuan-tujuan untuk si individu.
15
Dengan menetapkan tujuannya sendiri, si karyawan mendapatkan pemahaman yang
Ketiga, tujuan kinerja harus dapat diukur dan menggambarkan hasil. Istilah umum
yang kabur seperti inisiatif dan kerja sama, yang umum digunakan dalam penilaian
dari atasan, haruslah dihindari. Tujuan-tujuan terdiri dari spesifik yang diambil atau
pekerjaan yang harus diselesaikan. Contoh dari tujuan-tujuan ini antara lain :
Memberikan laporan per wilayah dari penjualan pada setiap bulan yang
kelima.
pembukaan.
dengan menggunakan sistem MBO merupakan proses dengan empat tahapan. Tahap-
Dasar pemikirannya adalah untuk sepakat dalam bentuk pekerjaan yang pasti.
16
jumlah penjualan lima mobil dalam sebulan mungkin bisa menjadi standar kinerja
harus sejalan dengan dan diarahkan oleh, pihak atasa. Bagi seorang tenaga
karyawan mungkin akan menetapkan suatu tujuan baru yaitu menjual enam mobil
sebulannya. Catat bahwa penetapan tujuan itu mungkin berbeda dengan standar
karyawan dan manajernya tidaklah harus menunggu hingga waktu yang telah
periode tadi.
Kritik terhadap MBO. Tidak ada suatu alat manajemen yang sempurna, dan tentunya
MBO juga tidak selalu tepat untuk keseluruhan karyawan didalam organisasi. Pekerjaan
dengan fleksibilitas yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali, tidak cocok dengan
MBO ini. Sebagai contoh, pekerja dalam lini perakitan (seperti dalam pabrik) biasanya
memiliki fleksibilitas pekerjaan yang sedikit sehingga standar kinerja dan tujuan-
tujuannya telah ditetapkan sebelumnya. Proses MBO tampaknya paling bermanfaat untuk
personel manajerial dan karyawan yang memiliki ruang fleksibilitas dan wewenang yang
17
cukup luas terhadap pekerjaannya. Ketika dihadapkan dengan suatu sistem manajemen
yang kaku dan otoriter, MBO mungkin bisa gagal. Penekanan yang ekstrem pada
hukuman untuk tidak tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan akan mengalahkan
menunjukkan bahwa metode yang digunakan tidak mengubah akurasi atau mengatasi
kesalahan dari penilaian. Sistem pengukuran kinerja yang menggunakan kombinasi dari
metode-metode yang sedang berjalan adalah dimungkinkan, dan bisa cukup beralasan
keuntungan dan kerugian berikut ini. Metode penilaian kategori mudah untuk
dikembangkan, tetapi biasanya tidak berperan banyak dalam mengukur antar penilai
toleransi, kecenderungan yang terpusat, dan kesalahan dari kekakuan, yang membuat
metode ini bermanfaat untuk keputusan administratif seperti kenaikan gaji. Akan tetapi,
pendekatan perbandingan ini tidak baik dalam menghubungkan kinerja karyawan dengan
tujuan organisasi, dan tidak memberikan umpan balik bagi peningkatan karyawan seperti
Metode naratif adalah paling baik bagi peningkatan karyawan, karena secara
potensial menggeneralisasi lebih banyak informasi umpan balik. Namun demikian, tanpa
adanya definisi yang baik dari kriteria dan standar yang digunakan, metode ini dapat
18
menjadi tidak terstruktur, sehingga menjadi tidak bernilai. Juga, metode ini lemah jika
memakan waktu dengan tenaga yang lebih untuk mendefinisikan harapan dan
menjelaskan prosesnya kepada karyawan. Pendekatan ini mungkin tidak tepat untuk
Ketika manajer mengartikulasikan apa yang mereka inginkan untuk dicapai oleh
sebuah sistem penilaian kinerja karyawan, mereka dapat memilih dan/atau menyatukan
yang diinginkan. Sebagai contoh, salah satu kombinasi mungkin antara lain
menggunakan skala grafik untuk kriteria pekerjaan yang utama, metode naratif untuk
departemen. Kategori yang berbeda-beda dari karyawan (antara lain, gaji yang mendapat
Gambar 5.6. Contoh butir-butir Skala Standar Campuran untuk Pemeriksa Toko Grosir
Berilah tanda untuk masing-masing pernyataan yang dinomori ini dengan salah satu dari
tanda berikut:
+ menunjukkan pemeriksa berkinerja lebih baik dibandingkan pernyataan ini
0 menunjukkan pemeriksa berkinerja sama persis dengan pernyataan ini.
19
ngan pemeriksa lain (M)
___4. Datang kerja terlambat sekali dalam sebulan (L)
___5. Ketika bisnis seret, membersihkan tempat pemeriksaan , membantu mengisi per-
sediaan yang telah menipis, atau mengerjakan tugas-tugas lain (M)
___6. Rata-rata menyelesaikan 18 jenis barang dalam satu menit saat memeriksa barang
(P)
___7. Datang kerja terlambat 2 shift dalam seminggu.
___8. Rata-rata menyelesaikan 36 jenis barang dalam Satu menit bila memeriksa barang
(P)
___9. Ketika bisnis seret , membersihkan tempat pemeriksaan.
Gambar 5-7. Interaksi antara Sifat Pekerjaan dan Tehnik Penilaian Kinerja
Tertentu,rutin, Pekerjaan tidak tertentu, tidak ru-
dapat diprediksi karakteristik tin, tidak dapat dipre-
si
Keinginan tinggi I II
Otonomi
Rendah efekti tepatpada
diagonal: kinerja
tinggi dan kepuasan
tinggi
20
Karakteristik Peringkat struktur organisasi
Pekerja IV III
Keinginan
otonomi
tinggi rendah
prosedur
evaluasi
pilihan dasar perilaku dasar sasaran dasar kebijakan
(skala perilaku) MBO Multi pemeringkatan
21