Laporan Mandiri Ske 2
Laporan Mandiri Ske 2
SATRIYO MADIPURWO
1102013265
Human Hemoglobins
Embryonic hemoglobins Fetal hemoglobin Adult hemoglobins
gower 1- zeta(2), epsilon(2)
gower 2- alpha(2), epsilon hemoglobin A- alpha(2), beta(2)
hemoglobin F- alpha(2),
(2) hemoglobin A2- alpha(2),
gamma(2)
Portland- zeta(2), gamma delta(2)
(2)
Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-Koa dan glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan
dalam reaksi sintesis heme untuk mengaktifkan glisin.
Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam reaksi
yang dikatalisis oleh ferokelatase (heme sintase). Biosintesis heme terjadi di sebagian besar sel
mamalia kecuali eritrosit matang. Umumnya, terjadi di sumsum tulang dan hepatosit.
ALA Sintase adalah enzim regulatorik kunci dalam biosintesis heme di hepar, terdapat dalam
bentuk hepatik (ALAS1) dan eritroid (ALAS2). Reaksi penentu kecepatan dalam sintesis heme
di hati adalah reaksi yang dikatalisis oleh ALAS1. Heme bekerja sebagai regulator negatif
pembentukan ALAS1 melalui mekanisme represi-depresi.
Sumber: Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2009
Sintesis Globin
LI.2 M.M. Thalasemia
2.1 Definisi
Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara
umum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, ,
), dua katagori utamanya adalah thalassemia dan .
(Dorland, 2007)
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk
ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin.
Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak atau orang
dewasa disebabkan oleh mutasi gen globin atau . Sedangkan, mutasi berat
gen globin , , dan dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.
(Djumhana A, 2009)
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi menjadi :
1. Talasemia alpha
Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai
alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :
Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).Pada keadaan ini mungkin
tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa
sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin
hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat
(hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat
bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai
dengan perbesaran limpa (splenomegali).
Alpha Thalassaemia Major (gangguan pada 4 rantai globin aplha). Talasemia tipe ini
merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alpha. Pada kondisi ini
tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi.
Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia mayor mengalami anemia pada awal
kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan
limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal
tidak lama setelah dilahirkan.
2. Talasemia Beta
Talasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Talasemia
beta dibagi menjadi :
Beta Thalassaemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen
yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel
darah merah yang mengecil (mikrositer).
Thalassaemia Intermedia.Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang
derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thalassaemia Major (Cooleys Anemia).Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi
sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
2.3 Epidemiologi
2.4 Etiologi
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa
oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin
terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin dan globin . Protein globin
tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin diproduksi oleh
kromosom 16, sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi
protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan
penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit
beta-thalassemia
(Yuki Yunanda, 2008)
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi Thalassemia-
Penurunan produksi rantai beta, menyebabkan produksi rantai alfa yang
berlebihan. Produksi rantai globin pasca kelahiran masih tetap diproduksi,
untuk mengkompensasi defisiensi 22 (HbA), namun tetap tidak mencukupi.
Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin dan dan rantai globin
tidak pernah dapat mencukupi untuk mengikat rantai alfa yang berlebihan.
Rantai alfa yang berlebihan ini merupakan ciri khas pada pathogenesis thalassemia-.
Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantia globin
lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan
timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong proliferasi
eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif, sehingga
terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas
skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemia
kemudian akan ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat adanya
hubungan langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh
adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah
abnormal yang terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem fagosit.
Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatan
besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi, hal ini
akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ,
yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri oleh kematian bila besi ini tidak segara
dikeluarkan.
Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi thalassemia
beta dan manifestasinya
1. Mutasi primer terhadap produksi globin : sintesis globin yang tidak seimbang
2. Rantai globin yang berlebihan terhadap metabolism dan ketahanan hidup eritrosit :
anemia
3. Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ : produksi eritroprotein dan ekspansi
sumsum tulang, deformitas skeletal, gangguan metabolism, dan perubahan adaptif
fungsi kardiovaskular
4. Metabolism besi yang abnormal : muatan besi berlebih mengakibatkan kerusakan jar
hati, endokrin, miokardium dan kulit
5. Sel ekskresi : peningkatan kadar HbF, heterogenitas populasi sel darah merah
6. Modifiers genetic sekunder : variasi fenotip, variasi metabolism bilirubin besi dan
tulang
7. Pengobatan : muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang ditularkan lewat
darag, toksisitas obat
8. Riwayat evolusioner : variasi latar belakang genetic, respon terhadap infeksi
9. Factor ekologi dan etnologi
Patofisiologi Thalassemia-
Patofisiologi thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalassemia-, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)
rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak
berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a- homozigot (-/-) atau
thalassemia-1a- heterozigot (/--) memberi fenotip seperti thalassemia- carrier.
Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia o
homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Barts hydrops syndrome.
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka
menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka.
Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/ bawaan, sedangkan yang
lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka
akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka
Thalassemia mayor.
Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin
akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau
mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).
Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya anemia hemolitik. Pada bentuk yang lebih
berat, khususnya thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit
(ulkus/ borok), batu empedu, serta pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif
bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-
tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia akan
tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang
normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka
kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gagal jantung.
(Moedrik T, 2009)
a. Diagnosis
Riwayat penyakit
(Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi, tanda vital)
Elektrofosresis hemoglobin
(Adanya Hb normal, termaksud anilisis pada pH 6-7 untuk HbH dan H Barts)
Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, danukuran (size). Fitur-fitur ini
membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan jika iya, jenis apa. Tes
darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat besi dan feritin tes). Sebuah tes
darah yang mengukur jumlah berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung
darah lengkap (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil
menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling
parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's. Kadar Hb adalah 7 10 g/ dL. Pada
sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan poikilositosis
(target cell).
Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein pembawa
oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul hemoglobin
membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA2 : 2% - 3% HbC : 0%
HbF : 0,8% - 2 %
Sediaan Darah Apus
Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat jumlah dan
bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat juga dievaluasi
bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah.
Iron studies
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan penyimpanan
zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah
penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia.
Haemoglobinophathy evaluation
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif hemoglobin yang ada
dalam darah.
Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi
rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk
mendiagnosa keadaan karier pada talasemia.
b. Diagnosis banding
Anamnesis
- Usia, tersering pada usia >18-67
- Adanya tanda gejala anemia dengan atau tanpa riwayat
o Splenomegali
o Batu empedu
o Trombosis
o Kardiomiopati
o Hemopoiesis ekstramedular
o Penyakit hati kronik
o Ulkus maleolar
o Kelainan endokrin/diabetes melitus
Beberapa penyakit yang bisa menjadi diagnosis banding talasemia :
o Anemia kurang besi
o Anemia karena infeksi menahun
o Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
o Anemia sideroblastik
2.8 Penatalaksanaan
c. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan
retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai
anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil.
Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka
keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada
masa kehamilan 8-10 minggu, mutasi thalasemia biasanya dapat dideteksi dengan
analisis DNA langsung yang diperoleh dari fetus dengan biopsi villus korionik atau
cairan amniosentesis. DNA dianalisis dengan metoda polymerase chain reaction (PCR)
dan metoda hibridisasi molekular untuk menentukan adanya mutasi thalassemia
Bila kedua pasang orang tua membawa sifat gen thalassemia minor, diagnosis pranatal
thalasemia homozigot pada bayi yang dikandung dapat dibuat dengan analisis
endonuklease restriksi DNA, yang diperoleh dari villus korionik atau cairan
amniosentesis. Tidak adanya gen memastikan diagnosis. Terminasi awal akan dapat
mencegah akibat berbahaya bagi si ibu, yakni toksemia dan perdarahan hebat pasca
partus. Jika hasil tes positif sebaiknya dilakukan aborsi.
Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang
harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu
tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak
mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3)
kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah
dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat
penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini.
Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan
membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat :
(1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah
antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3)
ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada umumnya
mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi hingga
saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di antara berbagai
penyelidik secara global.
Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia decade
ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agents
(desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak terjangkau oleh penduduk
Negara berkembang). Di Negara maju dengan fasilitas transfuse yang cukup dan perawatan
dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga
lebih baik.