Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MANDIRI SKE 2

SATRIYO MADIPURWO
1102013265

LI.1 M.M. Sintesis Hemoglobin


Hemoglobin terdiri dari heme dan globin. Pada embrio, fetal, dan dewasa terdapat perbedaan
hemoglobin seperti pada gambar.

Human Hemoglobins
Embryonic hemoglobins Fetal hemoglobin Adult hemoglobins
gower 1- zeta(2), epsilon(2)
gower 2- alpha(2), epsilon hemoglobin A- alpha(2), beta(2)
hemoglobin F- alpha(2),
(2) hemoglobin A2- alpha(2),
gamma(2)
Portland- zeta(2), gamma delta(2)
(2)

Yang membedakan ialah globin nya.


Sintesis hemoglobin dibahas menjadi 2 topik yaitu Heme dan Globin.
1. Sintesis Heme

Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-Koa dan glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan
dalam reaksi sintesis heme untuk mengaktifkan glisin.

1. Berikut urutan biosintesis porfobilinogen (PBG).

1. Suksinil-KoA + Glisin #ALA Sintase --> -Amino--Ketoadipat


2. -Amino--Ketoadipat #ALA Sintase --> -Aminolevulinat (ALA)
3. 2 molekul -Aminolevulinat (ALA) #ALA Dehidratase --> Porfobilinogen (PBG)

2. Urutan perubahan PBG menjadi uroporfirinogen.

1. 4 molekul PBG #Uroporfirinogen I Sintase --> Hidroksimetilbilan (HMB), terbagi


menjadi 2 jalur reaksi, yaitu reaksi 2 dan reaksi 3
2. HMB --> Uroporfirinogen Tipe I (Siklisasi Spontan)
3. HMB #Uroporfirinogen III Sintase--> Uroporfirinogen Tipe III

Catatan: Uroporfirinogen I Sintase = PBG Deaminase = HMB Sintase


3. Urutan proses derkarboksilase uroporfirinogen menjadi koproporfirinogen (sitosol).

1. Uroporfirinogen III #Uroporfirinogen Derkarboksilase --> Koproporfirinogen III dan


2. Uroporfirinogen I #Uroporfirinogen Derkarboksilase --> Koproporfirinogen I

Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam reaksi
yang dikatalisis oleh ferokelatase (heme sintase). Biosintesis heme terjadi di sebagian besar sel
mamalia kecuali eritrosit matang. Umumnya, terjadi di sumsum tulang dan hepatosit.

ALA Sintase adalah enzim regulatorik kunci dalam biosintesis heme di hepar, terdapat dalam
bentuk hepatik (ALAS1) dan eritroid (ALAS2). Reaksi penentu kecepatan dalam sintesis heme
di hati adalah reaksi yang dikatalisis oleh ALAS1. Heme bekerja sebagai regulator negatif
pembentukan ALAS1 melalui mekanisme represi-depresi.

Sumber: Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2009

Sintesis Globin
LI.2 M.M. Thalasemia
2.1 Definisi
Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara
umum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, ,
), dua katagori utamanya adalah thalassemia dan .
(Dorland, 2007)
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk
ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin.
Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:

Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence)


rantai globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan
produksi rantai globin tertentu, disebut thalassemia.

Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak atau orang
dewasa disebabkan oleh mutasi gen globin atau . Sedangkan, mutasi berat
gen globin , , dan dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.

(Djumhana A, 2009)

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi menjadi :
1. Talasemia alpha
Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai
alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :
Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).Pada keadaan ini mungkin
tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa
sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin
hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat
(hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat
bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai
dengan perbesaran limpa (splenomegali).
Alpha Thalassaemia Major (gangguan pada 4 rantai globin aplha). Talasemia tipe ini
merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alpha. Pada kondisi ini
tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi.
Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia mayor mengalami anemia pada awal
kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan
limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal
tidak lama setelah dilahirkan.

2. Talasemia Beta
Talasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Talasemia
beta dibagi menjadi :
Beta Thalassaemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen
yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel
darah merah yang mengecil (mikrositer).
Thalassaemia Intermedia.Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang
derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thalassaemia Major (Cooleys Anemia).Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi
sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.

2.3 Epidemiologi

2.4 Etiologi
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa
oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin
terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin dan globin . Protein globin
tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin diproduksi oleh
kromosom 16, sedangkan globin oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi
protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan
penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit
beta-thalassemia
(Yuki Yunanda, 2008)

2.5 Patofisiologi
Patofisiologi Thalassemia-
Penurunan produksi rantai beta, menyebabkan produksi rantai alfa yang
berlebihan. Produksi rantai globin pasca kelahiran masih tetap diproduksi,
untuk mengkompensasi defisiensi 22 (HbA), namun tetap tidak mencukupi.
Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin dan dan rantai globin
tidak pernah dapat mencukupi untuk mengikat rantai alfa yang berlebihan.
Rantai alfa yang berlebihan ini merupakan ciri khas pada pathogenesis thalassemia-.

Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantia globin
lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan
timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong proliferasi
eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif, sehingga
terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas
skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemia
kemudian akan ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat adanya
hubungan langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh
adanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah
abnormal yang terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem fagosit.
Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatan
besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi, hal ini
akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ,
yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri oleh kematian bila besi ini tidak segara
dikeluarkan.

Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi thalassemia
beta dan manifestasinya

1. Mutasi primer terhadap produksi globin : sintesis globin yang tidak seimbang
2. Rantai globin yang berlebihan terhadap metabolism dan ketahanan hidup eritrosit :
anemia
3. Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ : produksi eritroprotein dan ekspansi
sumsum tulang, deformitas skeletal, gangguan metabolism, dan perubahan adaptif
fungsi kardiovaskular
4. Metabolism besi yang abnormal : muatan besi berlebih mengakibatkan kerusakan jar
hati, endokrin, miokardium dan kulit
5. Sel ekskresi : peningkatan kadar HbF, heterogenitas populasi sel darah merah
6. Modifiers genetic sekunder : variasi fenotip, variasi metabolism bilirubin besi dan
tulang
7. Pengobatan : muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang ditularkan lewat
darag, toksisitas obat
8. Riwayat evolusioner : variasi latar belakang genetic, respon terhadap infeksi
9. Factor ekologi dan etnologi

Patofisiologi Thalassemia-
Patofisiologi thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalassemia-, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)
rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak
berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a- homozigot (-/-) atau
thalassemia-1a- heterozigot (/--) memberi fenotip seperti thalassemia- carrier.
Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia o
homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Barts hydrops syndrome.

Kelainan dasar thalassemia- sama dengan thalassemia-, yakni ketidakseimbangan sintesis


rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalassemia ini:

1. Rantai- dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa, maka


thalassemia-alfa bermanifestasi pada masa fetus.
2. Sifat yang ditimbullkan akibat produksi berlebihan rantai globin a dan beta
yang disebabkan oleh defek produksi rantai globin-alfa sangat berbeda
dibandingkan dengan akibat produksi berlebih rantai pada thalassemia .
Bila kelebihan rantai tersebut menyebabkan presipitasi pada prekusor
eritrosit, maka thalassemia menimbulkan tetramer yang larut, yakni 4 (Hb
Barts) dan 4 (HbH).

Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :

Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka
menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka.
Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/ bawaan, sedangkan yang
lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka
akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka
Thalassemia mayor.

Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin
akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau
mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia
beta mayor (anemia berat).

2.6 Manifestasi Klinis

Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya anemia hemolitik. Pada bentuk yang lebih
berat, khususnya thalassemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit
(ulkus/ borok), batu empedu, serta pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif
bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-
tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia akan
tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang
normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka
kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gagal jantung.

(Moedrik T, 2009)

a. Diagnosis
Riwayat penyakit
(Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)

Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi, tanda vital)

Laboratorium darah dan sediaan apus


(Hb, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah tepi)

Elektrofosresis hemoglobin
(Adanya Hb normal, termaksud anilisis pada pH 6-7 untuk HbH dan H Barts)

Penentuan HbA2 dan HbF


(Untuk memastikan thalassemia-

Distribusi HbF intraseluler Sintesis rantai globin Analisis struktural Hb varian

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


PEMERIKSAAN LAB

Pengujian yang membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:

1. Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT

Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, danukuran (size). Fitur-fitur ini
membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan jika iya, jenis apa. Tes
darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat besi dan feritin tes). Sebuah tes
darah yang mengukur jumlah berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung
darah lengkap (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil
menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling
parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's. Kadar Hb adalah 7 10 g/ dL. Pada
sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan poikilositosis
(target cell).

Elektroforesis Hemoglobin

Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein pembawa
oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul hemoglobin
membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :

HbA : 95% - 98% HbS : 0%

HbA2 : 2% - 3% HbC : 0%

HbF : 0,8% - 2 %
Sediaan Darah Apus
Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat jumlah dan
bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat juga dievaluasi
bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah.
Iron studies
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan penyimpanan
zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah
penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia.
Haemoglobinophathy evaluation
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif hemoglobin yang ada
dalam darah.
Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi
rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk
mendiagnosa keadaan karier pada talasemia.

b. Diagnosis banding
Anamnesis
- Usia, tersering pada usia >18-67
- Adanya tanda gejala anemia dengan atau tanpa riwayat
o Splenomegali
o Batu empedu
o Trombosis
o Kardiomiopati
o Hemopoiesis ekstramedular
o Penyakit hati kronik
o Ulkus maleolar
o Kelainan endokrin/diabetes melitus
Beberapa penyakit yang bisa menjadi diagnosis banding talasemia :
o Anemia kurang besi
o Anemia karena infeksi menahun
o Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
o Anemia sideroblastik

2.8 Penatalaksanaan

Transfusi sel darah merah pemberian yang teratur, akan mengurangi


komplikasi anemia dan eritropoiesis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan
perkembangan selama masa anak-anak dan memperpanjang ketahanan hidup pada
thalasesmia mayor. Keputusan untuk memulai program transfusi didasarkan pada
kadar hemoglobin <6 g/dl dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturut-turut, yang
berhubungan dengan pertumbuhan yang terganggu, pembesaran limpa dan atau
ekspansi sumsum tulang. Sebelum dilakukan transfusi pertama, status besi dan folat
pasien harus diukur, vaksin hepatitis B diberikan dan fenotip sel darah merah secara
lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang timbul dapat dideteksi.
Regimen yang digunakan untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin sebelum
transfusi tidak melebihi dari 9,5 g/dl telah menunjukkan berupa penurunan
kebutuhan transfusi dan memperbaiki kontrol beban besi tubuh, dibandingkan
dengan regimen transfusi dimana hemoglobin lebih dari 11g/dl. Konsentrasi
hemoglobin sebelum transfusi, volume sel darah merah yang diberikan dan besarnya
limpa, sebaiknya dicatat pada setiap kunjungan untuk mendeteksi perkembangan
hipersplenisme.
Usaha untuk mencegah penumpukan besi (hemochromatosis) akibat transfusi dan
akibat pathogenesis dari thalassemia sendiri. Dilakukan dengan pemberian iron
chelator yaitu: desferoksamin / desferal sehingga meningkatkan eksresi besi dalam
urin. Desferoksamin diberikan dengan infusin bag atau secara subkutan. Sekarang di
Eropa dan India dikembangkan preparat desferiprone yang dapat diberikan secara
oral. Karena absorpsi deferoksamin secara oral buruk.
Pemberian asam folat 5mg/ hari secara oral untuk mencegah krisis megaloblastik.
Usaha untuk mengurangi proses hemolisis, yaitu dengan splenektomi. Hal ini
dilakukan jika splenomegali cukup besar serta terbukti adanya hipersplenisme.
Splenektomi dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada
pasien yang indeks transfusinya (dihitung dari penambahan PRC yang diberikan
selama setahun dibagi berat badan dalam kg pada pertengahan tahun) melebihi
200ml/kg/tahun. Karena adanya resiko infeksi, splenektomi sebaiknya ditunda
hingga usia 5 tahun. Minimal 2-3 minggu sebelum dilakukan splenektomi, pasien
sebaiknya divaksinasi denga vaksin pneumococcal dan Haemophlus influenza type
B dan sehari setelah operasi diberi penisilin profilaksis. Bila anak alergi, penisilin
dapat diganti dengan eritromisin.
Terapi definitive dengan transplantasi sumsum tulang meskipun penyembuhan
pasien dengan TST, prosedur yang optimal untuk seleksi pasien, waktu yang tepat
untuk transplantasi, dan regimen yang harus diperisapkan masih belum ditentukan
dengan jelas hingga saat ini. Ada tiga karakteristik yang bermakna dalam
menimbulkan resiko komplikasi setelah transplantasi allogenik pada pasien
thalassemia: (1) Tingkatan hepatomegali (2) Adanya fibrosis portal pada biopsy
hati. (3) Efektivitas terapi pengikat sebelum transplantasi.
Pada pasien dengan satu dari faktor diatas sebelum transplantasi, kejadian
bebas sakitnya lebih buruk disbanding pasien tanpa faktor diatas. Pada pasien yang
tidak memiliki faktor tersebut sebelum TST allogenik (didefinisikan sebagai pasien
kelas 1), ketahanan tanpa sakit lebih dari 90%. Sebaliknya pada pasien dengan
semua faktor diatas (pasien kelas 3) hanya 56%. Faktor ini berkaitan dengan
beratnya kelebihan besi pada saat transplantasi.
Keberhasilan transplantasi ini, membebaskan pasien dari transfusi kronis namun
tidak menghilangkan kebutuhan terapi pengikat besi pada semua kasus.
Pengurangan konsentrasi besi hati hanya ditemukan pada pasien muda dengan
beban besi tubuh yang rendah sebelum transplantasi, kelebihan besi pada parenkim
hati bertahan sampai 6 tahun setelah TST, pada kebanyakan pasien yang tidak
mendapat terapi deferoksamin setelah transplantasi. Baik flebotomi maupun
pemberian deferoksamin jangka pendek aman dan efektif untuk menurunkan besi
jaringan pada pasien eks-thalassemia dan dapat dimulai 1 jam setelah
transplantasi sumsum tulang jika konsentrasi besi hati > 7mg/kg berat kering
jaringan hati pada saat itu.
Terapi eksperimental dengan adanya rekayasa genetic transfer gen
2.9 Pencegahan
Program pencegahan berdasarkan penapisan pembawa sifat thalassemia dan diagnosis prantal
telah dapat menurunkan secara bermakna kejadian thalassemia mayor pada anak-anak di Yunani,
Siprus, Italia daratan dan sardinia. Di indonesia program pencegahan thalassemia- mayor telah
dikaji oleh Departemen Kesehatan melalui program health technology assesment (HTA), di
mana beberapa butir rekomendasi, sebagai hasil kajian, diusulkan dalam program prevensi
thalassemia, termasuk teknik dan metoda uji saring laboratorium, strategi pelaksanaan dan aspek
medikolegal, psikososial, dan agama.

Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yaitu :


a. Screening pembawa sifat thalassemia
Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara
prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi
diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat
melalui penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study).
Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang
keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia
seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut.
Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-
negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi.
Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang
dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di
negara berkembang daripada program prospektif.

b. Konsultasi genetik (genetic counseling)


Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi
belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang
keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.

c. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan
retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai
anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil.
Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka
keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada
masa kehamilan 8-10 minggu, mutasi thalasemia biasanya dapat dideteksi dengan
analisis DNA langsung yang diperoleh dari fetus dengan biopsi villus korionik atau
cairan amniosentesis. DNA dianalisis dengan metoda polymerase chain reaction (PCR)
dan metoda hibridisasi molekular untuk menentukan adanya mutasi thalassemia

Bila kedua pasang orang tua membawa sifat gen thalassemia minor, diagnosis pranatal
thalasemia homozigot pada bayi yang dikandung dapat dibuat dengan analisis
endonuklease restriksi DNA, yang diperoleh dari villus korionik atau cairan
amniosentesis. Tidak adanya gen memastikan diagnosis. Terminasi awal akan dapat
mencegah akibat berbahaya bagi si ibu, yakni toksemia dan perdarahan hebat pasca
partus. Jika hasil tes positif sebaiknya dilakukan aborsi.

Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang
harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu
tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak
mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3)
kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah
dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat
penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini.
Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan
membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat :
(1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah
antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3)
ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.

2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada umumnya
mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi hingga
saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di antara berbagai
penyelidik secara global.
Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia decade
ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agents
(desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak terjangkau oleh penduduk
Negara berkembang). Di Negara maju dengan fasilitas transfuse yang cukup dan perawatan
dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai