Anda di halaman 1dari 20

Nazza R Ramdhagama

1102014190

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko & Perilaku Kesehatan pada
Masa pubertas
1.1 Definisi
1.2 Tahapan perkembangan
1.3 Perilaku Beresiko
1.4 Kehamilan pada remaja dan kehamilan yang tidak diinginkan

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Tinggi Kehamilan


2.1 Faktor Resiko
2.2 Pencegahan

LI.3 Memahami dan Menjelaskan AKI & IMR

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal


4.1 Definisi
4.2 Tujuan
4.3 Mortalitas Rate
4.4 Kebijakan dan Strategi
4.5 Langkah dan Kegiatan
4.6 Metode Pelaksanaan
4.7 Pencatatan Laporan

LI.5 Memahami dan Menjelaskan Melakukan Hubungan Intim (Kehamilan) Diluar


Nikah dan Aborsi Menurut Pandangan Islam
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Beresiko & Perilaku Kesehatan pada
Masa pubertas

1.1 Definisi
Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:
1. Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa.
2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode perubahan dari
tidak matang menjadi matang.
3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu pubescere
yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin
sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.
4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam
perkembangan dimana terjadi kematangan alatalat seksual dan tercapai kemampuan
reproduksi

Pubertas : periode terjadinya perubahan fisik,fisiologis serta kematangan seksual secara pesat
terutama pada masa awal remaja. Terjadi pada usia 11/12 dan 15/16

1.2 Tahapan Perkembangan

Definisi Remaja berdasarkan usia :


Remaja : adolescence ; tumbuh menjadi dewasa (to grow into maturity) dan didahului oleh
fase pubertas.

Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang
terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja, yakni usia
antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksimanusia,
dan sering disebut masa peralihan

Tahapan perkembangan masa remaja :


Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual,
semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak
dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun.


Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal
tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan
diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap
tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses
tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.

Tahapan Perkembangan Identitas


Tahap Usia Karakteristik
Diferentiation 12-14 Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara sikologis dari orang
tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan
menolak nilai-nilai dan nasihat-nasihat orang tuanya, sekalipun
nilai-nilai dan nasihat tersebut masuk akal.
Practice 14-15
Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan dapat
melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan
peringatan atau nasihat dan menantang orang tuanya pada setiap
Rapprochment 15-18 kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga
bertambah.

Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya, telah


mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas
orang tuanya, tetapi dengan bersyarat. Tingkah lakunya sering
silih berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang
Consolidation 18-21 mereka menantang dan kadang berdamai dan bekerjasama
dengan orang tua mereka. Di satu sisi ia menerima tanggung
jawab di sekitar rumah, namun di sisi lain ia akan mendongkol
ketika orang tuanya selalu mengontrol membatasi gerak-gerik
dan akitvitasnya diluar rumah.

Remaja mengembangkan kesadaran akan identitas personal,


yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan diri orang lain,
serta untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan
individualitas.

Perkembangan Biologis Remaja


Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik
laki-laki: perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang semakin berotot
Perempuan: pinggulnya membesar dan munculnya lemak
Perempuan dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki (Berk, 1998)

Perkembangan Psikologis Remaja


Perkembangan identitas diri.
Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki mengenai diri (Gardner,
1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri secara terorganisir, merupakan ekspansi dari
rasa harga diri (Berk, 1998)
Mulai meninggalkan masa kecil yang tenang menuju masa dewasa yang penuh
persoalan
Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan dengan orang tua
Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti Mulai ada privasi dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis, dsb

Perkembangan sosial
Pengaruh teman sebaya sangat kuat
Terbentuknya pengelompokan sosial (nge-gank, dsb)

Tugas perkembangan masa remaja dan pubertas :


Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan)
Mencapai peran sosial feminim atau maskulin
Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara sosial
Mencapai kemandirian secara emosional
Mempersiapkan untuk karir ekonomi
Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku

1.3 Perilaku Beresiko

Definisi: perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga


remaja sulit berhasil dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko
dilakukan remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat memenuhi
perkembangan psikologisnya.
Contoh : Merokok, penggunaan narkoba agar diterima teman sebayanya, bukti
kemandirian dari orang tua

Berisiko terhadap kesehatan:


Merokok, minum alkohol, narkoba, tawuran
Berisiko terhadap masa depan:
putus sekolah, kehamilan
konsep diri yang tidak adekuat.
Berisiko terhadap lingkungan sosialnya:
bermasalah dengan hukum
- Pengangguran
Center for Deseases Control and Prevention (CDC) di US sejak tahun 1989
melakukan Youth Risk Behavior Surveillance System(YRBSS) untuk memonitor
masa depan USA. Perilaku yang dipantau:
Safety driving, Tobacco use
Drinking alcohol and or using drugs
Unprotected sex
Eating pattern, Physical activities
1.4 Kehamilan pada remaja dan kehamilan yang tidak diinginkan

1. Kehamilan pada remaja


Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu
adalah berisiko.
Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan
oleh:
Kesiapan fisik
Kesiapan mental/emosi/psikologis
Kesiapan sosial ekonomi
Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap,
Mengapa banyak remaja (usia < 20 tahun) hamil saat ini?
Faktor sosiodemografik (kemiskinan, kebiasaan, peran wanita di masy., seksualitas
aktif & penggunaan kontrasepsi, media massa)
Karakteristik keluarga (hubungan antar keluarga)
Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba,
kebutuhan thd perhatian)
Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan
Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks?
Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan ttg seks
Keinginan menjadi populer
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal
bagi
remaja utk melakukan hubungan seks
Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks
Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil di usia muda?
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol
kehamilan
1.Risiko kehamilan (ibu & janin)
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko
2.Berakibat pada kematian ibu
Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di masa yang akan dating

2.Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)


Suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaannya tdk diinginkan oleh
salah satu atau kedua orangtua bayi tersebut.
Faktor penyebabnya:
Karena kurangnya pengetahuan yg lengkap & benar ttg proses terjadinya kehamilan
& metode2 pencegahannya
Akibat terjadi tindak perkosaan
Kegagalan alat kontrasepsi
Jika remaja mengalami KTD:
Hanya ada pilihan Mempertahankan atau Aborsi, hal ini akan beresiko terhadap fisik,
psikis dan sosial remaja.

Mempertahankan Kehamilan
1. Risiko Fisik: kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, komplikasi lain
(PEB, persalinan prematur, IUGR, CPD) hingga kematian
2. Risiko Psikis/Psikologis.
pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya/
tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kalau mereka menikah: perkawinan bermasalah yang penuh konflik krn sama-
sama belum dewasa & siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
Pasangan muda terutama pihak perempuan : dibebani o/ berbagai perasaan yg
tdk nyaman (dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah/ berdosa,
depresi atau tertekan, pesimis dll) hingga gangguan kejiwaan
3. Risiko Sosial
berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri krn rasa malu/cuti
melahirkan.
dikeluarkan dari sekolah : sekolah tdk mentolerir siswi hamil.
menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yg seharusnya dinikmati, &
terkena cap buruk karena melahirkan anak "di luar nikah" : kelahiran anak di luar
nikah masih menjadi beban orang tua maupun anak yg lahir.
4. Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya
besar
Mengakhiri Kehamilan
Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana beratnya < 500
gram atau sebelum kehamilan usia 20 mgg

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Tinggi Kehamilan

2.1 Faktor Resiko


Faktor risiko kehamilan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita hamil di
perkirakan akan mengalami gangguan yang akan menganggu kehamilannya dan
berdampak pada wanita hamil tersebut ataupun bayi yang sedang di kandungnya.

Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.


Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang
belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun.
cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec)
atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda
biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan
berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang
ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan
seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis..
Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia.
Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan
kematian.
Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan
dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
(1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim
yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput
ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan
pada jalan lahir.
(2) Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik
dengan obat-obatan maupun memakai alat.
(3) Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang
salah.
(4) Kematian ibu.
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Dari bayinya :
(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil
kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita
oleh ibu hamil.
(3) Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan
hormon.
(4) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir
dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

Faktor-Faktor Resiko pada Kehamilan


Menurut Azrul Azwar (2008) faktor-faktor resiko pada ibu hamil meliputi:
1. Umur
a. Terlalu muda yaitu < 20 tahun
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik sehingga
perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit.
b. Terlalu tua yaitu > 35 tahun
Pada umur ini kesehatan dan rahim ibu sudah tidak baik seperti pada umur 20-
35 tahun sebelumnya sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya
persalinan lama, perdarahan dan resiko cacat bawaan.
2. Paritas
Paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena
semakin banyak anak keadaan rahim ibu semakin lemah.
3. Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang < 2 tahun, bila jarak
terlalu dekat maka rahim dan kesehatan ibu bulum pulih, keadaan ini perl
diwaspadai persalinan lama, kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik atau
perdarahan.
4. Tinggi badan
Tinggi badan < 145 cm, pada keadaan ini paerlu diwaspadai ibu yang mempunyai
panggul sempit sehingga sulit untuk melahirkan
5. Lingkar Lengan Atas
Lila < 23,5 cm, ini berarti ibu beresiko memderita KEK (Kekurangan Energi
Kronik) atau kekurangan gizi yang lama. Pada keadaan ini perlu diwaspadai
kemungkinan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, pertumbuhan
dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak
dikemudian hari.
6. Riwayat Keluarga menderita penyakit kencing manis (DM), Hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul
Menurut Wordpress (2008), faktor resiko atau resiko sedang dalam kehamilan
yaitu: tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kelahiran/ kehamilan kurang
dari 2 tahun, paritas lebih dari 3 orang, usia >35 tahun dan <20 tahun, serta
lingkar lengan atas <23,5 cm.

Tanda-Tanda Bahaya pada Kehamilan


Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan pada ibu hamil yang mengancam
jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Tanda bahaya pada kehamilan adalah:
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak menghilang
c. Perubahan visual yang hebat
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bayi kurang bergerak seperti biasa
f. Pembengkakan pada wajah dan tangan

2.2 Penatalaksanaan

Kehamilan dengan faktor resiko dapat dicegah bila gejalanya dapat ditemukan
sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Pencegahannya
dapat dilakukan dengan:
1. Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan teratur ke petugas
kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan.
2. Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2
3. Bila ditemukan dengan kelainan resiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif
4. Mengkonsumsi makanan dengan pola makan teratur dan gizi seimbang.
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dihindari dengan mengenali tanda-tanda
kehamilan beresiko serta segera datang ke petugas kesehatan bila ditemukan tanda-
tanda bahaya kehamilan

LI.3 Memahami dan Menjelaskan AKI & IMR


Angka Kematian IBU (AKI)

Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll
(Budi, Utomo. 1985).
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per
100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas
umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000
kelahiran.

Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,
mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang.Oleh karena itu kita
umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.

Angka Kematian Bayi (AKB)


Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun.Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian
bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu
endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal
adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya
program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian
Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit
menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian
makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

X 1000

Ket:
NMR : Neonatal Mortality Rate, Angka Kematian Neonatal
PNMR : Post Nneonatal Mortality Rate, Angka Kematian Post Neonatal
IMR : Infant Mortality Rate, Angka Kematian Bayi
USMR : Under Five Mortality Rate, Angka Kematian Balita

Angka kematian neo-natal


Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Dimana :
Angka Kematian Neo-Natal :Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
D0-<1thn :Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada
satu tahun tertentu di daerah tertentu.
lahir hidup :Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu
K :1000
Angka kematian post neo-natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian
yang terjadi pada bayiyang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per
1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus

Angka Kematian Post Neo-Natal :angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
D 1bulan-<1tahun :Jumlah kematian bayi berumur satu bulan
sampai dengan kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
lahir hidup :Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu
& daerah tertentu
K :konstanta (1000)

Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)


Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya
ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi)
Cara Menghitung
Dimana:
Jumlah Kematian Balita (0-4)th :Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th :Jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
K :Konstanta, umumnya 1000
Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu
sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi
keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk,
tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di
dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka
Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

Dimana:
Jumlah kematian Anak (1-4)th :Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum
tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th :Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan
tahun tertentu didaerah tertentu
K :Konstanta, umumnya 1000

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal

4.1 Definisi
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah kepada
patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu penerapan patient
safety sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka globalisasi.
Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board
yang terdiri dari 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi
untuk membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah:
1. Penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian, pengaturan dan
pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penerapan aturan untuk
menurunkan resiko.
2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis bukti dengan
standard global, yang menitik beratkan terutama dalam aspek produk yang aman dan
praktek klinis yang aman sesuai dengan pedoman, medical product dan medical devices
yang aman digunakan serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam
pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.
3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui karakteristik provider
pelayanan kesehatan bahwa telah melewati benchmark untuk unggulan dalam
keselamatan dan keamanan pasien secara internasional. Dan yang terakhir adalah
mendorong penelitian terkait dengan patient safety.

Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu dilaksanakan
Audit Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya pencegahan sekaligus
penerapan aturan untuk menurunkan risiko kematian ibu dan bayinya.

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai
informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan
masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.

Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan
dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang
lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai
kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh pelayanan KIA sampai
ketingkat masyarakat.
Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan
pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan
ini dapat ditentukan:
Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal
Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian
Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem
rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan
kesehatan
Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi
verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui riwayat
penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal
sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.

4.2 Tujuan

Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di
seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan perinatal.
Tujuan khusus audit maternal adalah :
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur
dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah
sakit pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta
atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi
Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah
sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati

4.3 Mortalitas Rate

1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)

Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk
tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
yang masih muda.
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini
berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk
pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar
akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per
1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

Catatan: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi


yang umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka
jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data
dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap
sebagai penduduk tengah tahun.

2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

4.4 Kebijaksanaan dan Strategi


Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan
Indonesia Sehat 2010 dan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) sehubungan
dengan audit maternal perinatal adalah sebagai berikut :
Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga
mutu puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan
dan pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal.
Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan
semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh
wilayahnya
Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar (puskesmas dan
jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS kabupaten/kota
Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan
pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis

Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah :


Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA
secara bertahap menerapkan kendali mutu ,yang antara lain dilakukan melalui AMP
diwilayahnya ataupun diikut sertakan kabupaten/kota lain
Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator fasilitator yang
bekerja sama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit
pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu diwilayah kabupaten/kota
Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP, yang selalu mengadakan pertemuan
rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut
berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku)
Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan
audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat
Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-sama RS
dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam bentuk yang disepakati
oleh tim AMP.

4.5 Langkah dan kegiatan

Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut :


Pembentukan tim AMP
Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP
Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP
Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP
Pelaksanaan kegiatan AMP
Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS
Pemantauan dan evaluasi

Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut :


A. Tingkat kabupaten /kota
Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak terkait mengenai
pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota
Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota, yang susunannya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi setempat.
Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan:
- Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA dipuskesmas dan jajarannya
- Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter spesialis anak dokter
ahli lain RS kabupaten/kota
- Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola program terkait
- Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik swasta petugas
rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.
Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim AMP
Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya, dan
melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi untuk memohon dukungan
Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan
program KIA, secara berkelanjutan
B. Tingkat puskesmas
Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan
kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP
Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan
penanganan atau rujukannya, untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten
kota
Mengikuti pertemuan AMP di kabupaten/kota
Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal ) selambat-lambatnya
7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini harus dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan. Temuan otopsi verbal
dibicarakan dalam pertemuan audit dikabupaten /kota.
Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan KIA, sebagai tindak
lanjut dari kegiatan audit
Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota
Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor terkait.
C. Tingkat propinsi
Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kabupaten/kota
Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan pengembangan kendali
mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara
intensif.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota
Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota sesuai kebutuhan
Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut
temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan sektor diluar kesehatan
Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
D. Tingkat pusat

Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan
mutu pelayanan KIA di wilayah kabupaten/kota serta peningkatan kesinambungan
pelayanan KIA di tingkat dasar dan tingkat rujukan primer.

4.6 Metode
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota, berlangsung sekitar 2 jam.
Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas. Semua
kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit kabupaten/kota/puskesmas
hendak nya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil
pelajaran darinya
Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak
dari

- Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga


kesehatan dirumah
- Proses rujukan yang terjadi
- Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah
dilakukan
- Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari
pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan
dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola
program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk
mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
- Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk
bertujuan menyalahkan atau memberi sanksi, salah satu pihak
- Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan
rencana tindak lanjut, yang akan disampaikan dan dibahas dalam
pertemuan tim AMP yang akan dating
- RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan
perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota, dengan memakai format yang
disepakati

4.7 Pencatatan Laporan

Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang
akurat, baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS kabupaten/kota. Pencatatan
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas, ditambahkan pula :
- Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan didesa maupun bidan swasta untuk
merujuk kasus ibu maupun perinatal.
- Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal)
Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal
sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk
mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang
meninggal oleh tenaga puskesmas.
RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
- Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk
kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
- Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit
perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian
kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus
perinatal)

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang, yaitu :


Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta
bagian anak.
Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus
yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani
oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat
kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi
dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi
pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.
Pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering
terjadi pada ibu

LI.5 Memahami dan Menjelaskan Melakukan Hubungan Intim (Kehamilan) Diluar


Nikah dan Aborsi Menurut Pandangan Islam
Aborsi menurut Islam

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An
Nisa : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut
ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga ,
berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan
rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia.
( Bukhari dan Muslim )

Hubungan Suami Istri di Luar Pernikahan


a. Hukum Zina
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan bersanggama
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan).
Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi
segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk
dikategorikan zina.

Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.

Hukuman untuk orang yang berzina


Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali
bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana
dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.
Syarat-syarat mendapatkan hukuman bagi pezina
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan
syaarat-syarat sebagai berikut:
Orang yang berzina itu berakal/waras
Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh)
Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri
Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan

Daftar Pustaka :

http://www.slideshare.net/candra19/7-audit-maternal-perinatal

http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja.pdf

http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRemaj
a.pdf

Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar.
Djuhari, Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan
Pengembangan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

http://www.anneahira.com/hamil-di-luar-nikah.htm

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/

Anda mungkin juga menyukai