TM sk2
TM sk2
1102014190
Sasbel
Definisi KLB
Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan
dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah
sebagai daerah wabah
Tujuan khusus :
Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi
KLB
Penyebab KLB
Klasifikasi KLB
1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.
7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.
8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91,
tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut
aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun
sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan
kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau
lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan,
Keracunan pestisida.
Metodologi Penyelidikan KLB
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga
metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau
retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat
merupakan suatu penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah
sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu
mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang
akan datang (pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan
terjadi KLB
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus
dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984
juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini,
dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini
terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB
terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem
surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut
dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah
suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk
menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh
Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui
sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga
tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah
DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD
dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari
seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)
1. Jangka pendek
Menemukan dan mengobati pasien
Melakukan rujukan dengan cepat
Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
Memperbaiki faktor lingkungan
Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan
pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut
Periode Prevalence Rate.
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks,
dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan Individu
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur
pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia,
baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok,
yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari
batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan
memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan
perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit
dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit
serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan .perilaku ini disamping berpengaruh
terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap
kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama
anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kesehatanya.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior)
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
c. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition )
dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya,
sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah
dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah
laku model.
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang
kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu
karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas
layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga
tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat, dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern
yang dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim
medis lokal tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara
keduanya menghasilkan adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang
menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara
program dan nilai-nilai lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan
etiologi tentang sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis
dan model-model biomedis serta bekerja atas diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA
di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal,
kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental
sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks
pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum
terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi
rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin.
Pada gilirannya hal ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan
menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan program yang cendrung
tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal bagi ibu.
Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat dan pola
keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat
memberi keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat
menyediakan layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya
memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang
faktor- faktor yang menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang
dapat mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil
bersalin, faklor sosial budaya.
2. Holistik Modern
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan
holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan.
holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem pelayanan
terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan
perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-
sakitan. Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam,
meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh, konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan
juga kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh
(juga fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjuran-anjuran
kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional
dan kejiwaan), kontrol ulang serta bimbingan / tuntunan selama penyakit-
penyakitnya belum sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu
dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk
menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil darah,
tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian sangat etis.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan
atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan,
baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi
di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
a. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
b. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
c. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
d. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
e. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang
berasal dari alam (back to nature).
f. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
g. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
h. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
i. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
j. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Determinan perilaku
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,
antara lain
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Pelayanan kesehatan
Sistem terdiri dari :
Input
Subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem,
seperti sistem pelayanan kesehatan :
- Potensi masyarakat
- Tenaga kesehatan
- Sarana kesehatan
Proses
Kegiatan yg berfungsi untuk mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yg
diharapkan dari sistem tersebut, yaitu berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, Output pelayanan kesehatan : pelayanan
yang berkualitas, efektif dan efisien serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga pasien sembuh & sehat optimal.
Dampak
Akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sistem, relative lama waktunya. Dampak
sistem Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian
menurun.
Umpan balik (feedback)
Suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, berupa kualitas tenaga kesehatan
Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Mutu pelayanan
Sistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang
didorong oleh manajemen, berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan dari mutu juga harus
diperhatikan. Yang mana cakupan tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.
3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.
4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.
5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.
6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik.
Tujuan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi lebih kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan.
(A.Aziz, 2008)
Jenis-Jenis Imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah Immunoglobulin jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakitcampak (measles pada anak-anak).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung. (Depkes RI, 2005).
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit
umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik
dan rujukan kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya
dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana
alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan,
kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic
worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas
bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat manusia itu disebabkan
oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas simbol
perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan
juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa
nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah
seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah
(sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu
sabdanya,
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal,
jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan
dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan
kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk
tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat
diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat
diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat
dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca
tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-
objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.
Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.:
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang
yang membersihkan diri.
Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan
kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-
Muddatstsir [74]: 4-5).
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam:
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?,Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam
Sunan Ibnu Majah 3436)
DAFTAR PUSTAKA