Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan gas alam (Conventional Gas) telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa kurun waktu belakangan ini dan diprediksi akan terus berlanjut menjadi sumber
energi utama untuk memenuhi kebutuhan industri maupun kebutuhan lainnya. Telah banyak
industri yang bergerak di bidang eksplorasi gas alam, salah satunya adalah Pertamina Hulu
Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang melakukan eksplorasi secara
berkelanjutan terhadap sumber minyak bumi dan gas alam di lepas pantai utara pulau Jawa.
PHE ONWJ merupakan center of excellence untuk kegiatan operasi lepas pantai dalam
mewujudkan Pertamina menjadi perusahaan minyak bumi dan gas alam berkelas dunia.
Sebagai anak perusahaan dari PT. Pertamina, Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java (PHE ONWJ) wajib menjunjung tinggi visi dan misi PT. Pertamina agar terbentuk
kesesuaian komitmen kerja.

1.2. Perumusan Masalah


Pada kondisi aktual saat ini, anjungan produksi Uniform akan menaikan produksi
minyak bumi dan gas alam. Pada tugas khusus rating separator dan pompa unit pada
anjungan produksi Uniform PHE ONWJ dilakukan rating untuk mengevaluasi terhadap
performa separator dan pompa dengan menggunakan perhitungan berdasarkan spread sheet
PT.Pertamina Hulu Energi ONWJ dengan fokus untuk menaikan produksi pada anjungan
produksi Uniform. Selain itu, juga dilakukan evaluasi terhadap arah aliran NUI UA dan UYA
pada anjungan produksi Uniform apabila dilakukan perubahan arah NUI menjadi berbalik
arah dari arah NUI sebelumnya.

1.3. Tujuan
1. Mengetahui komposisi keluaran pada anjungan produksi Uniform Pertamina Hulu
Energi Offshe North West Java (PHE ONWJ).
2. Mengetahui kondisi operasi keluaran pada anjungan produksi Uniform Pertamina
Hulu Energi Offshe North West Java (PHE ONWJ).
3. Mengevaluasi desain separator dan pompa untuk menaikan produksi pada anjungan
produksi Uniform Pertamina Hulu Energi Offshe North West Java (PHE ONWJ).
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui komposisi keluaran pada anjungan produksi Uniform Pertamina
Hulu Energi Offshe North West Java (PHE ONWJ).
2. Dapat mengetahui kondisi operasi keluaran pada anjungan produksi Uniform
Pertamina Hulu Energi Offshe North West Java (PHE ONWJ).
3. Dapat mengevaluasi desain separator dan pompa untuk menaikan produksi pada
anjungan produksi Uniform Pertamina Hulu Energi Offshe North West Java (PHE
ONWJ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Separator


Separator adalah alat separasi minyak dan gas bumi yang menggunakan prinsip
separasi flash pada tekanan dan temperatur tetap. Produksi dari sumur minyak
di separator vertikal sedangkan produksi dari sumur gas diproses di separator horizontal.
Memisahkan fase pertama cairan hidrokarbon dan air bebasnya dari gas atau cairan,
tergantung mana yang lebih dominan. Melakukan usaha lanjutan dari pemisahan fase pertama
dengan mengendapkan sebagian besar dari butiran-butiran cairan yang ikut di dalam aliran
gas. Mengeluarkan gas maupun cairan yang telah dipisahkan dari separator secara terpisah
dan meyakinkan bahwa tidak terjadi proses balik dari salah satu arah ke arah yang lainnya.
Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi pemisahan fluida antara lain.
a. Viskositas fluida
b. Densitas minyak dan air
c. Tipe peralatan dalam separator
d. Kecepatan aliran fluida
e. Diameter dari titik titik air (droplet)

2.2. Klasifikasi Separator


Klasifikasi separator tergantung dari pembagian jenis ruang lingkupnya, secara umum
diklasifikasikan sebagai berikut.
2.2.1. Berdasarkan bentuknya
a. Separator Vertikal
Vertical Separator vertical 2 fase (2 Phase Vertical Separator ) sering digunakan
untuk aliran fluid yang rasio gas terhadap cairannya ( gas oil ratio atau GOR) rendah
sampai sedang dan yang diperkirakan akan terjadi cairan yang datang secara kejutan
(slug) yang relatif sering adalah separator vertikal. Bagian bawah dari bejana biasanya
berbentuk cembung, gunanya untuk menampung pasir dan kotoran padat yang terbawa.
Pada pengoperasiannya, pengubah-arah aliran masuk (inlet diverter) akan menyebabkan
cairan yang masuk menyinggung dinding separator dalam bentuk film, dan pada saat
yang bersamaan memberikan gerakan centrifugal kepada fluida. Ini memberikan
pengurangan momentum yang diinginkan dan mengizinkan gas untuk keluar
dari film cairan. Gasnya naik ke bagian atas dari bejana, dan cairannya turun ke
bawah. Sedikit dari partikel-partikel cairan akan terbawa naik ke atas bersama gas yang
naik untuk memperangkap butiran-butiran cairan yang akan ikut aliran gas digunakan
mist extractor atau mist eliminator, yaitu susunan kawat kasa dan ada juga yang lebih
canggih dengan ketebalan tertentu, dipasang melintang terhadap arah arus gas pada
bagian atas seksi gasnya. Separator semacam ini biasa digunakan untuk tekanan kerja
antara 50 sampai 150 psig.

Gambar 2.1. Separator Vertikal

b. Separator Horisontal
Separator horizontal mungkin yang terbaik dan termurah dibandingkan
dengan separator vertical yang kapasitasnya sama. Separator horizontal mempunyai
luas antar permukaan gas dengan cairan lebih besar, terdiri dari banyak sekat-sekat
yang luas sepanjang seksi pemisah gasnya, yang memberikan lebih banyak kecepatan
gasnya. Separator horizontal hampir selalu digunakan untuk aliran yang mempunyai
rasio gas terhadap cairan (GOR) yang tinggi untuk arus yang berbuih, atau untuk cairan
yang keluar dari separator sebelumnya. (sumber : Surface Production Operations,
Design Oil Handling Facilities. Gulf Publishing Company.hal. 118)
Separator horizontal mudah pemasangannya, apalagi yang terpasang di atas skid,
dan juga mudah melakukan pemeliharaannya. Beberapa separator horizontal dengan
mudah dapat disusun ke atas, untuk dijadikan satu assembly pemisahan bertingkat
(stage separation) yang bisa menghemat ruang. Pada separator horizontal, fluid
mengalir secara horizontal dan bersamaan waktunya bersinggungan pada permukaan
cairan. Beberapa separator mempunyai pelat-pelat penyekat (baffle plates) horisontal
yang tersusun berdekatan dengan jarak yang sama pada hampir sepanjang bejana yang
tersusun dengan kemiringan sekitar 45 terhadap bidang horisontal. Gas mengalir di
dalam permukaan penyekat-penyekat dan butiran-butiran cairannya melekat pada pelat
penyekat dan membentuk film yang kemudian mengalir ke seksi cairan dari separator.

Gambar 2.2. Separator Horisontal

c. Separator Bulat/Spherical
Separator jenis ini mempunyai kapasitas gas dan surge terbatas sehingga umumnya
digunakan utuk memisahkan fluida produksi kecil sampai sedang namun separator ini
dapat bekerja pada tekanan tinggi. Terdapat dua tipe separator bulat yaitu tipe untuk
pemisahan dua fasa dan tipe untuk pemisahan tiga fasa. Jenis ini memiliki kelebihan
dalam pressure containment tetapi karena kapasitas surges terbatas dan mempunyai
kesulitan dalamfabrikasi maka separator jenis ini tidak banyak digunakan di lapangan.

Gambar 3. Separator Spherical

2.2.2. Berdasarkan hasil pemisahannya


a. Separator dua fasa
Separator dua fasa memisahkan fluida formasi menjadi fasa cair dan fasa gas. Gas
akan keluar dari atas, sedangkan cairan akan keluar dari bawah.
b. Separator tiga fasa
Separator dua fasa memisahkan fluida formasi menjadi fasa minyak, air, dan gas.
2.2.3. Berdasarkan fungsinya
a. Gas scrubber
Jenis ini dirancangan unntuk memisahkan butir cairan yang masih terikut gas hasil
pemisahan tingkat pertama, karenanya alat ini ditempatkan setelah separator, atau
sebelum dehydrator, extraction plant atau compressor untuk mencegah masuknya
cairan ke dalam alat tersebut.
b. Knock-out
Jenis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Free Water Knock-Out (FWKO) yang
digunakan untuk memisahkan air bebas dari hidrokarbon cair dan Total Liquid Knock-
Out (TLKO) yang digunakan untuk memisahkan cairan dari aliran gas bertekanan
tinggi (>125 psi).
c. Flash Chamber
Alat ini digunakan pada tahap lanjut dari proses pemisahan secara kilat (flash) dari
separator. Flash chamber ini digunakan sebagai separator, tingkat kedua dan dirancang
untuk bekerja pada tekanan rendah (>125 psi).
d. Expansion vessel
Alat ini digunakan untuk proses pengembangan pada pemisahan bertemperatur
rendah yang dirancang untuk menampung gas hidrat yang terbentuk pada proses
pendinginan dan mempuyai tekanan kerja antara 100-1300 psi.
e. Chemical electric
Alat ini merupakan jenis separator tingkat lanjut untuk memisahkan air dari cairan
hasil separasi tingkat sebelumnya yang dilakukan secara elektris (menggunakan prinsip
anoda katoda) dan umumnya untuk memudahkan pemisahan.

2.3. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing separator


a. Separator Vertikal
Kelebihannya:
- Pengontrolan level cairan tidak terlalu rumit
- Dapat menanggung pasir dalam jumlah yang besar
- Mudah dibersihkan
- Sedikit sekali kecenderungan akan penguapan kembali dari cairan
- Mempunyai surge cairan yang besar
Kekurangannya:
- Lebih mahal
- Bagian-bagiannya lebih sukar dikapalkan (pengiriman)
- Membutuhkan diameter yang lebih besar untuk kapasitas gas tertentu
b. Separator Horisontal
Kelebihannya:
- Lebih murah dari separator vertikal
- Lebih mudah pengiriman bagian-bagiannya
- Baik untuk minnyak berbuih (foaming)
- Lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah volume gas yang lebih besar
- Lebih luas untuk setting bila terdapat dua fasa cair
Kekurangannya:
- Pengontrolan level cairan lebih rumit daripada separator vertikal
- Sukar dalam membersihkan lumpur, pasir, dan parafin
- Diameter lebih kecil untuk kapasitas gas tertentu
c. Separator Bulat/Spherical
Kelebihannya:
- Termurah dari kedua tipe di atas
- Lebih mudah mengeringkan dan membersihkannya daripada separator
vertikal, lebih kompak dari yang lain
Kekuranganya:
- Pengontrolan cairan rumit
- Mempunyai runngn pemisah dan kapasitas surge yang lebih kecil

2.4. Bagian dalam Separator


Bagian dalam separator terdiri dari berbagai bagian, antara lain inlet fluid, gas outlet,
dan oulet liquid, seperti ada pada gambar 2.4. Dan penjelasannya adalah sebagai berikut.

Gambar 2.4. Bagian dalam separator


a. Deflector Plate/Inlet Diverter
Peralatan ini dipasang di belakang inlet separator, yang berupa lempengan yang
tujuannya untuk menahan tumbukan yang datang akibat kecepatan fluida yang
masuk ke separator dan mempercepat proses pemisahan gas dan cairan. Deflector
plate juga berfungsi untuk memperlambat arus aliran yang masuk ke separator.
Gambar 2.5. Deflector Plate
b. Straightening vanes
Terdapat pada separator horizontal berfungsi untuk menghilangkan aliran yang
turbulen menjadi laminer, setelah dipisahkan dari inlet deflector.

Gambar 2.6. Straightening vanes


c. Weir
Weir adalah dinding yang dipasang tegak lurus di dalam separator. Peralatan ini
mempunyai fungsi untuk pemisah ruangan dan menahan cairan di dalam separator
sebelum cairan meninggalkan separator, sehingga membantu meningkatkan waktu
tinggal yang lama dari cairan.

Gambar 2.7. Weir


d. Vortex Breaker
Alat ini berfungsi sebagai filter atau saringan butir cairan yang masih terikut oleh
gas dimana butir cairan atau kabut cairan lebih dari 10 micron dipisahkan. Alat ini
terbuat dari rajutan kawat dan disisipkan pada rangka yang kuat,sehingga
menyebabkan gas secara terus menerus mengubah arah alirannya,dan butir cairan
menyebar pada rajutan kawat tersebut dan akhirnya jatuh ke dalam cairan. Vortex
breaker berfungsi untuk mencegah terjadinya pusaran cairan (vortex), agar gas tidak
ikut serta dalam cairan.

Gambar 2.8. Vortex Breaker


e. Mist Extractor (Demister Pad)
Mist Extractor (Demister Pad) berfungsi untuk mencegah atau menangkap minyak
atau kondensat yang terikut dalam gas.

Gambar 2.9. Mist Extractor (Demister Pad)


2.5. Instumentasi dan Safety Device
Safety device berfungsi untuk melindungi peralatan terhadap ancaman yang dapat
membahayakan peralatan dan manusia yang ada disekitarnya agar tidak menimbulkan
ledakan atau kerusakan yang lain. Dilihat dari ancaman yang ditimbulkan safety device dapat
dibedakan menjadi dua antara lain.
1. Level / Tinggi Permukaan Cairan
Ada dua macam permukaan cairan yang dikontrol yaitu permukaaan air dan
permukaan cairan minyak . Di beberapa station yang tidak ada fasilitas pembuangan air
(Debutator), maka yang dikontrol adalah hanya permukaan cairan campuran antara
minyak dan gas. Disini pengaturan level-pun sama dengan pengaturan tekanan dimana
tidak boleh terlalu rendah ataupun telalu tinggi . Level disini diatur memakai Level
Controller (baik minyak maupun air) dan level Control Valve (LCV) yang mempunyai
action FC (Fail Closed) yang artinya bila terjadi keadaan darurat dimana gas
bertekanan habis maka Control Valve tersebut akan tertutup sehingga cairan didalam
separator masih ada. Pengaturan level cairan biasanya di tengah- tengah separator. Bila
pegaturan level terlalu rendah maka ada kemungkinan gas masuk kedalam saluran
cairan sehingga mengakibatkan kesalahan pembacaan hasil dari fluida di meter.
Sedangkan apabila pengaturan level terlalu tinggi maka cairan akan masuk ke saluran
gas dan ini sangat berbahaya apabila gasnya langsung terbakar. Untuk mencegah
terjadinya ini maka dipasang LSH (Level Switch High) dan LSL (Level Switch Low).
Level Switch adalah peralatan pengaman yang berfungsi untuk mencegah agar
tinggi permukaan cairan didalam separator tidak berubah menjadi telalu tinggi ataupun
terlalu rendah dengan cara menutup laliran yang menuju ke separator, bila Control
Valve gagal dalam megintrol ketinggian permukaan cairan
Level Switch yang terpasang pada separator ada dua buah, yaitu :
a. Level Switch High, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya high level.
b. Level Switch Low, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya low level.
Level Switch terdiri dari 2 (dua) buah floater dan 2 (dua) buah switch yang
terpasang di separator, yaitu Level Switch High dan Level Switch Low.
a. Level Switch High memiliki cara kerja yaitu dengan posisi floater mengikuti
level cairan mengubah posisi tangka floater hingga pada saat mencapai set
point high level dan high level switch pada posisi closed, maka arus listrik
terhubung dan mengaktifkan shutdown system.
Gambar 2.10. High Level Switch
b. Level Switch Low memiliki cara kerja yaitu pada posisi floater turun mengikuti
level cairan mengubah posisi tangka floater hingga pada saat mencapai set
point low level dan low level switch pada posisi closed, maka arus listrik
tersambung dan mengaktifkan shutdown system.

Gambar 2.11. Low Level Switch

2. Pressure / Tekanan
Pressure di Separator harus dijaga agar supaya sesuai dengan yang dikehendaki.
Untuk mengatur tekanan separator ini memakai Pressure Control dan Pressure Control
Valve (PCV). Dimana yang diatur adalah keluarnya gas dari separator. Pengukuran
tekanan ini tidak boleh terlalu rendah atau tinggi sebab akan dapat mempengaruhi hasil
pemisahan fluida. Bila tekanan terlalu tinggi maka gas yang akan terpisah menjadi
sedikit sehingga banyak gas yang terikut dalam cairan. Sebaliknya bila tekanan terlalu
rendah maka kemungkinan cairan terikut dalam gas.
Control Valve dalam keadaan darurat ini dipakai FO (Fail Open) artinya dalam
keadaan darurat dengan tiadanya gas /air supply yang mengoperasikannya maka
Control Valve ini akan terbuka. Sehingga tekanan yang berlebihan (Over Pressure).
Untuk mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan ataupun kerendahan didalam
separator, dipasang suatu alat Instrumentasi yang disebut Pressure Switch atau PSHL
(Pressure Switch High and Low).
Pressure Switch Separator merupakan peralatan pengaman yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya tekanan abnormal di separator. Baik tekanan yang berlebihan
(terlalu tinggi) maupun tekanan kurang (terlalu rendah) dengan cara menutup aliran
yang menuju separator bila pressure control gagal dalam mengonrol tekanan.
Pressure switch ini mempunyai dua buah sensor yaitu,
1. Pressure Switch High
2. Presure Switch Low
Bila set point pada kedua pressure switch tersebut tercapai maka akan
menyebabkan shutdown system bekera sehingga separator terhindar dari bahaya,
terutama bahaya dari tekanan yang terlalu tinggi.
Pressure Switch dalam keadaan normal, dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12. Pressure Switch Normal

Pressure Switch terdiri dari 2 (dua) buah floater dan 2 (dua) buah switch yang
terpasang di separator, yaitu High Pressure Switch dan Low Pressure Switch.
a. High Pressure Switch memiliki cara kerja apabila tekanan mencapai set point
yang sudah ditentukan, maka tekanan tersebut akan mendorong ke atas switch
dari pressure tersebut sehingga arus listrik tersambung atau menjadi
tertutup/closed dan mengaktifkan alarm di control room panel kemudian control
room panel akan mengaktifkan shutdown system.

Gambar 2.13. Pressure Switch High pada posisi off-on


b. Low Pressure Switch memiliki cara kerja apabila tekanan terlalu mencapai set
point low pressure, maka pressure switch low akan bekerja (menjadi closed)
Dengan berkurangnya tekanan menyebabkan spring (pegas) tidak ada yang
menahan sehingga switch bergerak ke bawah dan arus listrik tersambung
mengaktifkan alarm dan shutdown terjadi.

Gambar 2.13. Pressure Switch Low pada posisi off-on

Anda mungkin juga menyukai