Anda di halaman 1dari 10

BAB IV.

ANALISIS DAS

4.1. Hidromorfometri DAS


Para pakar akhir-akhir ini banyak menggunakan pendekatan
hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses hidrologi. Kepekaan
DAS untuk mengubah hujan menjadi limpasan (runqff) sangat ditentukan oleh
keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau dari berbagai
aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidromorfometrinya. Variabel
hidromorfometri antara DAS satu dengan DAS yang lainnya mempunvai
karakteristik sendiri-sendiri. Seberapa jauh perbedaan variabel morfometri ini
dapat diketahui dengan uji statistik.
Karakteristik DAS yang pertama-tama mudah dilihatidiketahui secara
sepintas adalah luas DAS dan bentuk DAS. Luas DAS dapat Whining, tetapi
bentuk DAS harus dapat diformulasikan menjadi bentuk numerik (Pramono,
1988). Dalam mengemukakan bentuk DAS_ beberapa pakar menyajikan sebagai
faktor bentuk (fbrm factor), shape (S), rasio sirkularitas (circularity ratio), dan
panjang DAS (basin elongation).
Faktor bentuk DAS sangat mempengaruhi hidrograf yang dihasilkan.
Apabila DAS mempunyai bentuk memanjang, maka hidrograf alirannya akan
berbentuk landai (Pramono, 1988). Sementara kalau bentuk DAS bulat, hidrograf
aliran yang dihasilkan akan lebih tajam (Selby, 1985).

Gambar 11. Hubungan antara faktor bentuk DAS dengan hidrograf aliran
yang dihasilkan (Pramono, 1988)

Universitas Gadjah Mada


Kerapatan aliran merupakan karakteristik DAS yang mudah untuk
membedakan kondisi DAS yang satu dengan yang lainnya. Kenyataan yang sering
didapat, bahwa perhitungan kerapatan aliran untuk daerah yang sama oleh berbagai
sumber menunjukkan nilai yang berlainan. Hal ini bukan semata-mata faktor ketelitian,
tetapi sumber gambar / peta DAS yang dipergunakan berlainan. Hasil yang didapat
dari peta topografi akan berlainan dengan hasil dari foto udara, dan akan lain dengan
kerapatan aliran yang dihasilkan dari citra radar (Pramono. 1988). Oleh sebab itu,
unsur teknologi dan sumber data juga harus dipertimbangkan. Kerapatan aliran (D)
dan luas DAS (A) ternyata mempengaruhi `bankfull discharge' (Qb), seperti
dirumuskan oleh Selby (1985) sebagai :
Craig dan Rankl (1978), mengatakan bahwa volume banjir dengan periode
ulang tertentu (2, 5, 10, 25 dan 50 tahun) dipengaruhi oleh luas DAS (A), beda tinggi
antara aoutlet dengan titik tertinggi dalam DAS (HM) dan kemiringan rata-rata DAS.
Dikatakannya juga, bahwa debit puncak dengan periode ulang tertentu dipengaruhi
juga oleh kemiringan sungai (S), selain variabel-variabel seperti tersebut diatas.
Pemilihan variabel hidromorfometri sebagai variabel bebas, ditentukan
sematamata pada kemudahan pengumpulan datanya. Sebagai variabel pengontrol
(variabel tak bebas/'dependent variable') adalah komponen hidrograf satuan.
Komponen hidrograf satuan ini meliputi waktu naik (time rising, Tr), adalah waktu
yang diukur dari pusat masa hujan hingga terjadinya puncak hidrograf satuan, waktu
dasar (time base, Tb), adalah waktu saat mulainya hidrograf satuan hingga akhir
hidrograf satuan; dan debit puncak hidrograf satuan (peak discharge, Qp) adalah
harga debit puncak hidrograf satuan.

Universitas Gadjah Mada


Gambar 12. Komponen Ilidrograf Satuan
Variabel hidromorfometri DAS yang dipilih meliputi:
a. Luas daerah aliran sungai (area of. watershed, A) adalah luas keseluruhan
DAS sebagai satu sistem sungai yang diproyeksikan secara horisontal pada
bidang datar.Untuk mengetahui luas DAS dapat d'gunakan pianimeter, kertas

milimeter, atau dengan menggunakan digitizer-computer. Batas DAS


ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah batas
DAS secara
topografik (topographic drainage boundary).
b. Paniang sungai utama (L). Panjang sungai utama adalah alur sungai yang
diukur mulai dari outlet DAS hingga perpanjangan sungai sampai batas DAS
(Pramono. 1988). Kenyataannya cukup sulit membedakan sungai utama
dengan bukan sungai utama bila terdapat percabangan sungai yang
mempunyai daerah tangkapan (catchment) yang lebih luas.
c. Panjang sungai utama dari outlet hingga pusat berat DAS (Lc). Adalah
panjang sungai utama yang diukur dari outlet DAS hingga titik pada sungai
utama yang terdekat dengan pusat berat DAS. Titik berat DAS dapat diketahui
dengan membuat grid pada DAS, kemudian dengan menggunakan formulasi
tertentu, koordinat titik berat dapat diketahui (Pramono, 1988). Agar lebih jelas
diberikan contoh perhitungan titik berat DAS sebagai berikut:

Universitas Gadjah Mada


Gambar 13. Penentuan Titik Berat DAS

Untuk sumbu y Untuk Sumbu x

1x1 =1
1x6=6 2x3 =6
3x4 =12
2x6=12 4 x4 = 16
5 x4 = 20
3x6=18 6x4 =24
7 x 3 = 21
4x6=24 8x1 = 8
60 108

Universitas Gadjah Mada


Jadi koordinat titik berat (x,y) adalah
(108/24, 60/24) _ (4,5; 2,5)

d. Panjang maksimum DAS (Lb). Panjang maksimum DAS adalah panjang garis
lurus yang ditarik mulai dari outlet DAS, meliputi titik berat DAS sehingga batas
DAS bagian hulu.
e. Kemiringan sungai rata-rata (S1). Kemiringan sungai dinyatakan dalam
berbagai
cara, misalnya dalam derajat, %, km/km. Kemiringan sungai merupakan
perbandingan beda tinggi penampang memanjang sungai dengan jarak
mendatarnya. Cara menentukan kemiringan sungai rata-rata adalah dengan
menggambarkan terlebih dulu penampang memanjang sungai utama dan
mengukur kemiringan garis lurus yang ditarik mulai dari outlet sehingga luasan
di atas dan di bawah garis lurus mendekati sama (Pramono,1988).

Gambar 14. Penentuan Kemiringan Sungai Rata-rata (Pramono, 1988)


f. Bifurcation ratio (Rb). Adalah nisbah antara jurnlah orde sungai ke u dengan
orde sungai ke u + 1 (Horton dalam Seyhan, 1977). Perhitungan bifurcation
ratio ini didasarkan sistem pengorderan menurut cara Strahler (dalam Seyhan,
1977). Dalam menentukan nilai Rb untuk keseluruhan sistem sungai
digunakan nilai rata-rata tertimbang dengan cara sebagai berikut :

Universitas Gadjah Mada


W Rb = Rbu/ u+l.(Nu+Nu+1) ..(4.2)
Nu
dengan,
W Rb = Rb tertimbang
Rb u/u +1 = Rb antara orde sungai ke u dan u -i 1,
Nu = Jumlah orde sun.gai ke u,
Nu + 1 = Jumlah orde sungai ke u + 1 (Seyhan, 1977)
g. Circularity ratio (Rc). Menurut Miller (dalam Seyhan, 1981), Rc. Merupakan
nisbah antara luas DAS dengan luas lingaran yang dikelilingnya sama dengan
keliling DAS
Rc = A/Ac ......................................... (4.3)

h. Elongation ratio (Re). Schumm (dalam Seyhan, 1981), mengatakan bahwa Rc


adalah nisbah antara garis tengah suatu lingkaran (D) yang mempunyai luas
sama dengan luas DAS, dengan panjang sungai utama (L)
Re= D/L ........................................... (4.4)

Kerapatan alur sungai (D). Kerapatan alur sungai adalah nisbah antara
panjang sungai keseluruhan dengan luas DAS
D = Ln/A (km/km2) ............................. (4.5)

j. Rasio frekuensi orde sungai (F) Adalah nisbah antara jumlah keseluruhan
orde sungai (sistemStrahler) dengan luas DAS

k. Luas relatif DAS (Rua). Luas relatif DAS adalah nisbah luas DAS sebelah hulu
dengan luas DAS keseluruhan. Luas DAS sebelah hulu ditentukan herdasarkan
garis yang ditarik membelah DAS melewati titik berat DAS.
Rua = Au/A ......................................... (4.6 )

Faktor lebar DAS (W). Faktor lebar DAS adalah nisbah antara lebar DAS yang
diukur pada jarak 0.75 panjang sungai untama dari outlet dengan lebar DAS
yang diukur pada jarak 0,2.5 panjang sungai yang diukur dari outlet.
W W.75/W.25 ....................................... (4.7)

Universitas Gadjah Mada


Gambar 15. Penentuan Luas Relatif DAS (Rua) dan Faktor Lebar DAS (W)
(Pramono, 1988)

4.2. Model Hidrologi


Model hidrologi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah model matematis.
Clark (dalam Fleming, 1979), mengatakan bahwa model matematis merupakan
penyederhanaan sistem yang disajikan dalam bentuk persamaan matematis, yang
kadang-kadang ditambahkan keterangan-keterangan untuk menjelaskan hubungan
antar variabel dan unsur-unsur di dalamnya.

Universitas Gadjah Mada


Gambar 16. Bagan Model Matematis Menurut Fleming (1979)

Universitas Gadjah Mada


Gambar 17. Konsep Model Matematis (Fleming (1979)

Sherman pada tahun 1932 (Chow, 1988) mengemukakan suatu model yang
disebut Unit Hydrograph", adalah hidrograf aliran langsung yang disebabkan hujan
efektif satu satuan tebal hujan yang tersebar merata diseluruh DAS dengan intensitas
tetap selama satu satuan waktu. Dalam membuat hidrograf satuan suatu sungai
diperlukan data pengukuran debit otomatis dan pengukuran hujan otomatis.
Seharusnya satuan suatu sungai, keadaannya hares selalu tetap (konsisten), tetapi
kenyataannya hidrograf satuan yang dihasilkan suatu kejadian hujan dengan kejadian
hujan lainnva tidak sama. Untuk menetapkan hidrograf satuan yang cocok untuk
sungai yang bersangkutan dapat dilakukan dengan merata-rata hidrograf satuan dari
beberapa kejadian hujan. Kalau hidrograf suatu sungai sudah diketahui, maka
hidrograf satuan ini digunakan untuk memperkirakan aliran sungai lain yang tidak
terdapat data pencatatan alirannya (ungauged river), dengan syarat kondisi iklim,
topografi dan keadaan

Universitas Gadjah Mada


geologinya mirip. Periu dicacat bahwa teori hidrograf satuan ini tidak mendasarkan
sepenuhnya pada proses hidrologi yang sebenarnya, tetapi banyak dilakukan
penyederhanaan (Nash dalam Harto Br., 1985).
Kelangkaan data aliran dan data hujan otomatis masih dirasakan sampai saat
ini, terutama pada kondisi di Indonesia. Oleh karena itu, model tiruan hidrograf satuan,
yang lebih dikenal sebagai `Hidrograf Satuan Sintetik, (Syntetic Unit Hydrograph) mulai
banyak digemari oleh para pakar dalam perencanaan hidrologi. Hidrograf satuan
sintetik ini pertama kali dikemukakan oleh Snyder (Cordery dalam, Suyono, 1986).
Pembuatan hidrograf satuan sintetik ini dapat dikelompokkan berdsarkan. pada :
a. Hubungan empiris antara karakteristik DAS dengan parameter hidrograf
satuan terukur.
b. Prosedur berdasarkan pada penelusuran timbunan DAS terhadap time area
diagram.
c. Hubungan empiris antara karakteristik DAS dengan beberapa fungsi hidrograf
banjir.

Dalam hidrograf satuan sintetik model Snyder, dikemukakan bahwa variabel


yang paling berpengaruh adalah waktu kelambatan (lag time) (Snyder dalam Harto
BR., 1985; Seyhan, 1977), yaitu waktu antara titik pusat hujan efektif sampai debit
puncak hidrograf satuan, yang dirumuskan :
tp = Ct (L.Lc)3 ................................................ (4.8)
dengan, tp = waktu kelambatan (jam),
Ct = koefisiensi (berkisar 1.8 hingga 2.2),
L = panjang sungai utama (mil),
Lc = panjang sungai utama yang diukur mulai dari outlet hingga titik
pada sungai yang terdekat dengan pusat ber.at DAS (mil).
Debit puncak hidrograf satuan sintetik (Qp) dan waktu dasar hidrograf
satuan sintetik (t) dirumuskan sebagai berikut :

= . (4.9)

dengan Cp = koefisiensi (berkisar 0.56 hingga 0,69)


A = Luas DAS (mil2)
tt, = 3 +3/24 tp (dalam hari)

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai